Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Tradisi Baru Buat Klub ?

Jayakarta berhasil menahan azzuri dari perth, australia dengan angka 3-3. mereka memperebutkan piala antar klub, piala Indonesia-Australia. (or)

20 Maret 1976 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SUATU lembaran baru dalam dunia sepakbola Indonesia telah dibuka oleh kesebelasan Jayakarta di Stadion Utama Senayan, Sabtu 13 Maret malam lalu. Mereka memperebutkan piala antar klub -- antara Indonesia dan Australia Barat. Tradisi awal yang dibuka dengan team Azzuri, Perth belum merebut kepercayaan publik. Tapi ada arti tersendiri bagi kehidupan klub. Karena perebutan lambang kejuaraan Piala Indonesia-Westralia dimainkan dalam bentuk turnamen di lapangan sendiri dan di kandang lawan. Tergoda oleh keberhasilan regu Australia Barat dalam kejuaraan Piala Marah Halim 1975 lampau, Jayakarta bagai dihadapkan pada teka-teki untuk memenangkan pertandingan. Akhirnya klub kesebelasan profesional itu berhasil menyamai gebrakan sang tamu dengan 3-3. Tapi didahului dengan kekalahan beruntun: gol-gol Australia masuk lebih dulu. Dalam kekalahan beruntun itu, Jayakarta akhirnya berbuat segalanya termasuk bermain keras dan kasar. Gelandang kiri, Sofyan Hadi yang terjatuh akibat tackling lawan melakukan pembalasan dengan cara kotor: menghajar kaki pemain musuh tanpa perebutan bola. Meski wasit Joris memperingatkan dengan kartu kuning, tapi siasat menteror mental anak-anak Azzuri dengan 'permainan' Sofyan tersebut memang berhasil. Dalam permainan keras lawan keras gedoran Azzuri tampak agak mengendor. Tapi nyaris juga tidak menyelamatkan Jayakarta. Karena begitu Taufik Saleh memperkecil angka kekalahan pada menit ke-60, tak lama kemudian penyerang tengah Millar kembali menjebolkan gawang kiper Sudarno. Untunglah pada menit-menit menjelang bubaran Taufik dan Iswadi sama berbagi angka menyamakan keadaan. Tanda Tanya Datang untuk kedua kalinya ke Jakarta, sebetulnya kebolehan Azzuri tak lebih baik ketimbang yang dulu. Bentuk permainan yang mereka perlihatkan tak ada yang istimewa. Kalau saja Jayakarta bermain rapi, sedikitnya mereka akan mengantongi angka kemenangan. "Habis Jayakarta terlalu percaya pada jebakan off-side", komentar poros halang PSSI, Oyong Lisa seusai pertandingan. Akibat 'kecerobohan' itu mereka harus bisa memenangkan pertandingan di Perth, akhir bulan ini untuk bisa menyimpan Piala Indonesia-Westtralia. Kini yang menjadi tanda-tanya, akankah lembaran yang telah dirintis Jayakarta-Azzuri ini bakal menjadi tradisi yang tetap? Seandainya dalam kejuaraan antar klub nanti yang muncul kesebelasan dari tempat yang lebihn "udik" dari Jakarta, Australia Barat terlalu jauh bagi mereka. Artinya: mungkin tak ada ongkos. Dan bukan mustahil pertandingan perintis ini akan berlangsung sekali, lalu tak lagi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus