SUATU lembaran baru dalam dunia sepakbola Indonesia telah dibuka
oleh kesebelasan Jayakarta di Stadion Utama Senayan, Sabtu 13
Maret malam lalu. Mereka memperebutkan piala antar klub --
antara Indonesia dan Australia Barat. Tradisi awal yang dibuka
dengan team Azzuri, Perth belum merebut kepercayaan publik. Tapi
ada arti tersendiri bagi kehidupan klub. Karena perebutan
lambang kejuaraan Piala Indonesia-Westralia dimainkan dalam
bentuk turnamen di lapangan sendiri dan di kandang lawan.
Tergoda oleh keberhasilan regu Australia Barat dalam kejuaraan
Piala Marah Halim 1975 lampau, Jayakarta bagai dihadapkan pada
teka-teki untuk memenangkan pertandingan. Akhirnya klub
kesebelasan profesional itu berhasil menyamai gebrakan sang tamu
dengan 3-3. Tapi didahului dengan kekalahan beruntun: gol-gol
Australia masuk lebih dulu.
Dalam kekalahan beruntun itu, Jayakarta akhirnya berbuat
segalanya termasuk bermain keras dan kasar. Gelandang kiri,
Sofyan Hadi yang terjatuh akibat tackling lawan melakukan
pembalasan dengan cara kotor: menghajar kaki pemain musuh tanpa
perebutan bola. Meski wasit Joris memperingatkan dengan kartu
kuning, tapi siasat menteror mental anak-anak Azzuri dengan
'permainan' Sofyan tersebut memang berhasil. Dalam permainan
keras lawan keras gedoran Azzuri tampak agak mengendor. Tapi
nyaris juga tidak menyelamatkan Jayakarta. Karena begitu Taufik
Saleh memperkecil angka kekalahan pada menit ke-60, tak lama
kemudian penyerang tengah Millar kembali menjebolkan gawang
kiper Sudarno. Untunglah pada menit-menit menjelang bubaran
Taufik dan Iswadi sama berbagi angka menyamakan keadaan.
Tanda Tanya
Datang untuk kedua kalinya ke Jakarta, sebetulnya kebolehan
Azzuri tak lebih baik ketimbang yang dulu. Bentuk permainan yang
mereka perlihatkan tak ada yang istimewa. Kalau saja Jayakarta
bermain rapi, sedikitnya mereka akan mengantongi angka
kemenangan. "Habis Jayakarta terlalu percaya pada jebakan
off-side", komentar poros halang PSSI, Oyong Lisa seusai
pertandingan. Akibat 'kecerobohan' itu mereka harus bisa
memenangkan pertandingan di Perth, akhir bulan ini untuk bisa
menyimpan Piala Indonesia-Westtralia.
Kini yang menjadi tanda-tanya, akankah lembaran yang telah
dirintis Jayakarta-Azzuri ini bakal menjadi tradisi yang tetap?
Seandainya dalam kejuaraan antar klub nanti yang muncul
kesebelasan dari tempat yang lebihn "udik" dari Jakarta,
Australia Barat terlalu jauh bagi mereka. Artinya: mungkin tak
ada ongkos. Dan bukan mustahil pertandingan perintis ini akan
berlangsung sekali, lalu tak lagi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini