Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Rahasia Dari Beijing

Pemain bulu tangkis rrc dalam dwilomba di singapura mengalahkan king. hasil wawancara setelah kemenangannya. (or)

1 Maret 1980 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

HAN JIAN, 23 tahun, saat ini adalah pemain nomor dua di RRC. Dalam final Pekan Olahraga Nasional IV, 1979, ia dikalahkan oleh Yan Yu Jiang. Tingginya 170 cm dan berat badannya 68 kg. Han, menurut pelatihnya, paling sombong dibandingkan anak asuhannya yang lain. Kemenangannya atas King minggu silam adalah untuk kali pertama dari tiga pertemuan mereka di arena pertandingan. Dua kali kekalahanya terdahulu terjadi dalam Asian Games 17 di Bangkok. Ia tersisih di tangan King baik sewaktu memperkuat regu maupun ketika turun di nomor perorangan. Han, mahasiswa Sekolah Tinggi Olahraga, bisa berkomunikasi dalam bahasa Inggris. Ia mengaku belajar bahasa asing itu di sekolah. Selama di Singapura ia sering memakai kaus Yonex di luar mau pun di arena pertandingan. Ia rupanya mendapat imbalan dari perusahaan raket Jepang itu. Kemenangan anda atas Liem Swie King merupakan kejutan besar dalam dunia bulutangkis. Dapatkah anda mengulangi kemenangan anda di lain kesempatan ? Susah untuk mengatakan. Anda baru ingat, tak ada juara yang tak terkalahkan. Saya pribadi masih menilai King sebagai pemain nomor 1 di dunia. Kini giliran saya yang menang, lain kali mungkin dia. Apa program latihan anda menjelang pertandingan di Singapura? Ceritanya panjang. Jauh sebelumnya, tepatnya seusai Asian Games VIII, akhir 1978, persiapan sudah saya mulai. Saya masih ingat di sana saya dikalahkan 2 kali. Sekali dalam nomor beregu, sekali dalam perorangan. Sejak itu kami mempelajari benar-benar gaya permainannya. Termasuk gaya smash King yang khas itu. Malah saya dilatih untuk menjemput dropshot a la King yang sangat tajam. Di mana letak faktor kemenangan anda? Ketika saya melihat King mulai berputar-putar menarik napas, saya bilang sekarang saatnya saya ulur terus tempo permainan dengan lob-lob menyudut. Saya tantang dia melancarkan smash. Inilah yang membikin King putus asa. Dan ini kunci kemenangan saya. Coba ceritakan asal mulanya anda memegang raket! Saya terhitung terlambat main bulutangkis. Baru pada usia 17 tahun saya berkenalan dengan raket. Sebelumnya saya adalah pemain tenismeja dan sepakbola pada posisi gelandang. Pada suatu hari saya tertarik oleh kampanye bermain bulutangkis yang dilancarkan secara nasional. Pikir saya, inilah olahraga yang menguji reaksi dan menuntut inteligensi. Saya coba dan terus jatuh cinta. Stamina anda kuat benar? Menyinggung soal stamina, ini masalah yang boleh dibilang gampang, boleh dibilang susah. Gampang karena anggapan bahwa untuk melatih stamina atau faktor fisik lainnya, orang hanya membutuhkan ketekunan dan keuletan. Tidak seperti latihan teknik yang memerlukan jurus-jurus dasar dan liku-liku pengembangannya. Ada benarnya. Tapi untuk membangun kondisi dasar dari setiap pemain, latihan fisik membutuhkan waktu yang lama dan kontinyu. Dan bertahun-tahun. Sejak kekalahan saya dari King dua tahun lalu, saya tak pernah absen berlatih fisik di musim salju sekalipun. Ini yang saya bilang, untuk memecahkan masalah fisik, boleh dibilang gampang, boleh dibilang susah. Dalam bentuk apa yang anda biasa lakukan? Lari pagi dan senam.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus