HAN JIAN, 23 tahun, saat ini adalah pemain nomor dua di RRC.
Dalam final Pekan Olahraga Nasional IV, 1979, ia dikalahkan oleh
Yan Yu Jiang. Tingginya 170 cm dan berat badannya 68 kg. Han,
menurut pelatihnya, paling sombong dibandingkan anak asuhannya
yang lain.
Kemenangannya atas King minggu silam adalah untuk kali pertama
dari tiga pertemuan mereka di arena pertandingan. Dua kali
kekalahanya terdahulu terjadi dalam Asian Games 17 di
Bangkok. Ia tersisih di tangan King baik sewaktu memperkuat regu
maupun ketika turun di nomor perorangan.
Han, mahasiswa Sekolah Tinggi Olahraga, bisa berkomunikasi dalam
bahasa Inggris. Ia mengaku belajar bahasa asing itu di sekolah.
Selama di Singapura ia sering memakai kaus Yonex di luar mau
pun di arena pertandingan. Ia rupanya mendapat imbalan dari
perusahaan raket Jepang itu.
Kemenangan anda atas Liem Swie King merupakan kejutan besar
dalam dunia bulutangkis. Dapatkah anda mengulangi kemenangan
anda di lain kesempatan ?
Susah untuk mengatakan. Anda baru ingat, tak ada juara yang
tak terkalahkan. Saya pribadi masih menilai King sebagai pemain
nomor 1 di dunia. Kini giliran saya yang menang, lain kali
mungkin dia.
Apa program latihan anda menjelang pertandingan di Singapura?
Ceritanya panjang. Jauh sebelumnya, tepatnya seusai Asian Games
VIII, akhir 1978, persiapan sudah saya mulai. Saya masih ingat
di sana saya dikalahkan 2 kali. Sekali dalam nomor beregu,
sekali dalam perorangan. Sejak itu kami mempelajari benar-benar
gaya permainannya. Termasuk gaya smash King yang khas itu. Malah
saya dilatih untuk menjemput dropshot a la King yang sangat
tajam.
Di mana letak faktor kemenangan anda?
Ketika saya melihat King mulai berputar-putar menarik napas,
saya bilang sekarang saatnya saya ulur terus tempo permainan
dengan lob-lob menyudut. Saya tantang dia melancarkan smash.
Inilah yang membikin King putus asa. Dan ini kunci kemenangan
saya.
Coba ceritakan asal mulanya anda memegang raket!
Saya terhitung terlambat main bulutangkis. Baru pada usia 17
tahun saya berkenalan dengan raket. Sebelumnya saya adalah
pemain tenismeja dan sepakbola pada posisi gelandang. Pada suatu
hari saya tertarik oleh kampanye bermain bulutangkis yang
dilancarkan secara nasional. Pikir saya, inilah olahraga yang
menguji reaksi dan menuntut inteligensi. Saya coba dan terus
jatuh cinta.
Stamina anda kuat benar?
Menyinggung soal stamina, ini masalah yang boleh dibilang
gampang, boleh dibilang susah. Gampang karena anggapan bahwa
untuk melatih stamina atau faktor fisik lainnya, orang hanya
membutuhkan ketekunan dan keuletan. Tidak seperti latihan teknik
yang memerlukan jurus-jurus dasar dan liku-liku pengembangannya.
Ada benarnya. Tapi untuk membangun kondisi dasar dari setiap
pemain, latihan fisik membutuhkan waktu yang lama dan kontinyu.
Dan bertahun-tahun. Sejak kekalahan saya dari King dua tahun
lalu, saya tak pernah absen berlatih fisik di musim salju
sekalipun. Ini yang saya bilang, untuk memecahkan masalah fisik,
boleh dibilang gampang, boleh dibilang susah.
Dalam bentuk apa yang anda biasa lakukan?
Lari pagi dan senam.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini