Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menjelang akhir Piala Dunia, Kota Saint Petersburg malah terasa lengang. Apalagi sejak tim nasional Rusia tersingkir di perempat final setelah dikalahkan Kroasia lewat adu penalti, Minggu, 7 Juli lalu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ingar-bingar Piala Dunia yang biasa ada di jalan nyaris tak terlihat lagi. Bahkan, ketika pertan-dingan semifinal digelar di Saint Petersburg Arena, Selasa lalu, gairah warga lokal terhadap Piala Dunia seperti sudah memudar. Ob-rolan soal sepak bola nyaris tak terdengar di jalan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Hilangnya nama Rusia dari papan persaingan juara menjadi salah satu faktor lesunya para suporter lokal. Keberhasilan Rusia masuk ke babak 16 besar di Piala Dunia kali ini, setelah tiga turnamen sebelumnya selalu keok di babak penyisihan grup, menyengat publik tuan rumah. Mereka jadi lebih bersemangat membahas tim nasionalnya.
Saint Petersburg adalah salah satu penyelenggara pertandingan terbanyak selama Piala Dunia. Ada tujuh pertandingan di sini sejak penyisihan grup hingga laga terakhir untuk penentuan peringkat ketiga. Ketika kota-kota lain sudah berbenah karena jatah pertandingan habis, warga Saint Petersburg masih berkutat dengan euforia penyelenggara pertandingan dan ribuan suporter asing.
Habisnya jatah pertandingan di kota-kota penyelenggara Piala Dunia juga berdampak menyusutnya keriuhan. Kondisi sepi sempat terjadi di Yekaterinburg, kota di kawasan Ural, yang cuma kebagian empat pertandingan penyisihan grup. Ketika hari pertandingan di kota itu datang, penduduk kota seperti tumpah di jalan-jalan, stadion, dan fan fest.
Setelah laga terakhir Meksiko melawan Swedia pada 27 Juni lalu, Yekaterinburg kembali menjadi kota yang lebih tenang. Para relawan Piala Dunia di sana pun tak lagi sibuk mengurusi para suporter yang berseliweran di jalan. "Paling ramainya di bandara, satu-dua hari beres mereka pulang," kata seorang relawan.
Kazan juga mendadak sepi setelah perempat final, yang menjadi laga terakhir dari jatah enam pertandingan di kota itu, selesai digelar. Warga asing yang sebagian besar suporter itu pergi meninggalkan kota pulang ke negara asalnya. Atau, seperti para suporter Prancis, bepergian ke kota lain menyusul timnya yang menang. Tersisa para turis lokal dan mancanegara yang memang singgah di Kazan untuk berwisata.
Selama setidaknya dua minggu, Piala Dunia berhasil menyemarakkan masing-masing kota penyelenggara. Namun, layaknya sebuah pesta yang sudah selesai, yang tersisa adalah urusan beres-beres dan suasana rumah yang kembali tenang.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo