Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Surat Pembaca

Soal Pembangunan PLTN

Pemerintah sedang menyiapkan PLTN. Tak perlu tergesa-gesa.

29 Desember 2024 | 08.30 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Surat Pembaca

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ringkasan Berita

  • Pemerintah tak perlu tergesa-gesa membangun PLTN karena rumit dan memerlukan mitigasi.

  • Anggaran pencegahan stunting terpakai untuk biaya rapat dan keperluan lain yang tak perlu.

  • Sebagai negara kepulauan, swasembada pangan semestinya berbasis komoditas laut dan perairan.

PEMBANGUNAN pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) memang tidak bisa dilakukan tergesa-gesa. Wacananya dimulai pada 1972 dengan pembentukan Komisi Persiapan Pembangunan PLTN oleh Badan Tenaga Atom Nasional. Hasil terbaik yang dicapai adalah studi tapak dan studi kelayakan (STSK) PLTN di Muria, Jepara, Jawa Tengah; dan Bangka Belitung. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2014, pembangunan PLTN ditetapkan oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral setelah berkonsultasi dengan Dewan Perwakilan Rakyat. PLTN tertentu yang akan dibangun juga harus sudah mendapat sertifikat atau persetujuan desain negara asal PLTN.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kini berkembang wacana pembangunan PLTN di Bangka Belitung dan Kalimantan Barat. Di Kalimantan akan dilaksanakan STSK dan jenis PLTN yang akan dipilih adalah SMR NuScale. Meskipun telah mendapat persetujuan, di dunia belum ada PLTN jenis ini yang beroperasi. Masih diperlukan waktu yang lebih panjang untuk terlaksananya pembangunan dan pengoperasian PLTN karena adanya proses mendapatkan izin tapak, konstruksi, commissioning, dan operasi komersial.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dionisius Indriyotomo
Jakarta

Swasembada Pangan Akuatik

SEBAGAI negara yang memiliki garis pantai terpanjang di dunia dan negeri kepulauan terbesar, Indonesia tentu bisa memanfaatkan sumber daya perairannya. Apalagi bila dipertimbangkan bahwa ikan merupakan komoditas yang bergizi, berprotein cukup tinggi, dan paling mudah dicerna. Ikan banyak mengandung Omega-3 yang mencerdaskan. Kandungan mineral, kalsium, selenium, dan lainnya membantu menguatkan tulang dan gigi serta produksi enzim dan hormon. Ada pula kandungan vitamin A, D, B6, dan B12 yang mendukung semua itu.

Sebagai negara kepulauan, ketersediaan pangan dan budaya sosial penduduk Indonesia dalam konsumsi pangan sangat beraneka ragam. Ditambah lagi tidak sedikit desa terpencil di pulau kecil atau di puncak perbukitan.

Dengan demikian, pemanfaatan sumber daya perairan sebagai porsi utama swasembada pangan harus melalui lima strategi. Pertama, memetakan kebutuhan di setiap kawasan sesuai dengan potensi ketersediaan dan selera penduduk setempat. Kedua, meningkatkan produksi untuk mencukupkan ketersediaan dan menghindari impor.

Ketiga, membangun cara penanganan dan cara pengolahan yang baik terhadap nelayan, pembudi daya ikan, penjual, dan pengolah agar produk tetap berkualitas.

Keempat, menyediakan sarana-prasarana yang baik dan tepat sesuai dengan kebutuhan setempat untuk logistik, distribusi, dan penyimpanan. Kelima, memberikan edukasi atau penyuluhan mengenai pentingnya konsumsi gizi seimbang serta edukasi bahwa ikan merupakan hidangan yang nikmat, menyehatkan, dan mencerdaskan.

Dr Soen’an Hadi Poernomo
Pasar Minggu, Jakarta Selatan

Dana Penanganan Tengkes

BARU-BARU ini Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian memberikan perhatian khusus terhadap anggaran pendapatan dan belanja daerah yang penggunaannya tidak efektif. Salah satu contoh adalah dana penanganan masalah stunting atau tengkes Rp 10 miliar. Sebagian besar dana dialokasikan untuk rapat, studi banding, dan banyak lagi sehingga tersisa Rp 2 miliar. Anggaran belanja modal dan belanja barang dan jasa pun nilainya cukup besar, tapi realisasi untuk substansi kegiatannya sangat kecil. 

Temuan itu sungguh memalukan, memprihatinkan, dan mencederai hati nurani masyarakat. Kita juga bisa melihat ada gedung sekolah dan perabotnya hancur di Bogor, Jawa Barat, sehingga para pelajar harus duduk di lantai. Salah satu penyebabnya adalah anggaran tidak sepenuhnya dipakai dengan benar. Ada banyak kebocoran anggaran sehingga mengurangi kualitas pembangunan.

Hal-hal di atas terjadi karena kita tidak memiliki jiwa integritas, yang intinya adalah kejujuran, menghindari kecurangan, serta mempunyai rasa tanggung jawab atas akibat perbuatan yang dilakukan.

Kosmantono
Banyumas, Jawa Tengah

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus