Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Semua Dapat Sepeda Motor

Kesebelasan niac mitra berhasil memboyong piala aga khan pada turnamen piala tersebut. di dacca, bangladesh. dullah rahim, terpilih sebagai pemain terbaik oleh grup wartawan olah raga negeri itu. (or)

22 Desember 1979 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DI kertas, tim NIAC Mitra dari Surabaya semula tak diperhitungkan tapi ternyata ia pekan lalu pulang dengan piala di tangan. Selama turnamen sepakbola Piala Aga Khan di Dacca, Bangladesh, tak satu pun kesebelasan yang sanggup mengalahkannya. Bahkan tim RRC dan Korea Selatan yang semula diunggulkan telah diatasinya. Apa rahasia keberhasilan NIAC Mitra? Pelatih Mohamad Basri mengaku tak punya resep apa pun dalam menjinakkan musuh. Namun anak asuhannya memang bermain sebaik mungkin. Persiapan regu ini cukup matang. Sebulan penuh menjelang keberangkatan seluruh pemain mendapat gemblengan fisik khusus di bawah pengawasan Iskandar, pelatih renang nasional. "Tiga kali lebih berat dari latihan fisik biasa," komentar seorang pemain, Suyanto. Suyanto benar dan hasilnya terbukti. Dalam final, misalnya, ternyata mereka masih sanggup menggebu meladeni permainan RRC -- suatu hal yang selama ini menjadi titik kelemahan tim Indonesia di berbagai turnamen panjang. Sekalipun NIAC Mitra, menurut kiper Purwono, hanya memegang kendali permainan selama 30 menit, musuh tak mudah menerobos pertahanan mereka dalam 60 menit sisanya. RRC sempat kecolongan 1 gol di menit ke-13 terlebih dahulu. Kedudukan baru berhasil disamakan 28 menit kemudian. Dan hasil itu tak berubah sampai pertandingan diperpanjang 2 kali 15 menit. Dalam adu penalti untuk menentukan juara, NIAC Mitra sempat repot. Dua kali eksekusi yang dilakukan oleh Sunardi dan Rudy Kelces gagal. Andaikata Purwono ikut gugup akibat kegagalan itu, keadaannya pasti akan lain. Tak heran bila ia mengatakan mereka lebih banyak ditolong oleh nasib. Pertarungan itu berakhir 4-2. Mengapa RRC gugup menghadapi NIAC Mitra? "Mereka merasa kecut setelah melihat permainan kami dalam babak terdahulu," jawab Basri. NIAC Mitra di ronde pendahuluan memukul Korea Selatan (4-1) dan RRC (2-1). Tentang lawan keseluruhan, Chef de Mission, Alexander Wenas mengatakan tidak ada yang enteng dalam turnamen ini. Korea Selatan, misalnya, datang dengan tim B dengan 6 pemain nasional di dalamnya. RRC yang diwakili regu Provinsi Liaoning menurunkan 4 pemain top. "Belum lagi tim tuan rumah sendiri," ujar Wenas. Sukses NIAC Mitra di Dacca, menurut Ketua Umum PSSI, Ali Sadikin, memberi keyakinan pada dirinya dan pengurus lainnya bahwa pembentukan Galatama merupakan langkah yang benar. Sementara itu Syarnubi Said, Ketu Bidang Lembaga-lembaga PSSI menyambut: kemenangan ini "terasa seperti setitik air di tengah padang pasir." Sejak 6 tahun belakangan, baru NIAC Mitra yang mencatat kemenangan dalam turnamen internasional. Terakhir yang memboyong piala adalah bond Persija, kampiun pada kejuaraan Quoc Khanh di Saigon (sekarang kota Ho Chi Minh), November 1973. NIAC Mitra bernaung di bawah Yayasan Mitra yang didirikan Wenas, 1974. Ada tiga klub lainnya -- PS Mitra unior, PS Mitra, dan PS NIAC -- dipayungi yayasan itu. Para pemain di klub utama ini dikontrak selama 2 tahun, dan berstatus karyawan. Tiap bulan mereka digaji Rp 150.000. Mereka juga menerima bonus pertandinan. Fasilitas lain untuk mereka adalah perumahan, kesehatan, dan asuransi. Wenas, pimpinan dari berbagai perusahaan seperti New International Amusement Centre (NIAC), grup bioskop Mitra, serta PT Shira, tidak menyebutkan angka pasti yang dikeluarkannya untuk pembinaan yang dilakukannya. Diperkirakan untuk tim NIAC Mitra saja tak akan kurang dari Rp 4 juta per bulan. Rencana Wenas selanjutnya? Ia telah mengontrak Frans van Balkom, bekas pelatih tim Pra Piala Dunia Hongkong, 1977, untuk jangka waktu setahun. Van Balkom yang sudah bergabung dengan NIAC Mitra sejak di Bangladesh, berpendapat bahwa para pemain asuhan Basri masih bisa ditingkatkan, terutama tentang bagaimana bermain tanpa bola. Diungkapkannya waktu untuk itu dibutuhkan 6 bulan. "Untuk menjuarai kompetisi Galatama," katanya, "semua itu tergantung dari apakah kami bisa bermain lebih baik." Dalam kompetisi Galatama putaran pertama, NIAC Mitra menempati urutan ke-3, di bawah Jayakarta dan Indonesia Muda. NIAC Mitra selain memboyong Piala Aga Khan, juga anggotanya, Dullah Rahim terpilih sebagai Pemain Terbaik oleh grup wartawan olahraga Bangladesh. Karena prestasi ini, semua pemain klub dari Surabaya itu akan mendapat hadiah sepe(la motor sebagai imbalan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus