DI kertas, tim NIAC Mitra dari Surabaya semula tak
diperhitungkan tapi ternyata ia pekan lalu pulang dengan piala
di tangan. Selama turnamen sepakbola Piala Aga Khan di Dacca,
Bangladesh, tak satu pun kesebelasan yang sanggup
mengalahkannya. Bahkan tim RRC dan Korea Selatan yang semula
diunggulkan telah diatasinya.
Apa rahasia keberhasilan NIAC Mitra? Pelatih Mohamad Basri
mengaku tak punya resep apa pun dalam menjinakkan musuh. Namun
anak asuhannya memang bermain sebaik mungkin.
Persiapan regu ini cukup matang. Sebulan penuh menjelang
keberangkatan seluruh pemain mendapat gemblengan fisik khusus di
bawah pengawasan Iskandar, pelatih renang nasional. "Tiga kali
lebih berat dari latihan fisik biasa," komentar seorang pemain,
Suyanto.
Suyanto benar dan hasilnya terbukti. Dalam final, misalnya,
ternyata mereka masih sanggup menggebu meladeni permainan RRC --
suatu hal yang selama ini menjadi titik kelemahan tim Indonesia
di berbagai turnamen panjang. Sekalipun NIAC Mitra, menurut
kiper Purwono, hanya memegang kendali permainan selama 30 menit,
musuh tak mudah menerobos pertahanan mereka dalam 60 menit
sisanya. RRC sempat kecolongan 1 gol di menit ke-13 terlebih
dahulu. Kedudukan baru berhasil disamakan 28 menit kemudian. Dan
hasil itu tak berubah sampai pertandingan diperpanjang 2 kali 15
menit.
Dalam adu penalti untuk menentukan juara, NIAC Mitra sempat
repot. Dua kali eksekusi yang dilakukan oleh Sunardi dan Rudy
Kelces gagal. Andaikata Purwono ikut gugup akibat kegagalan itu,
keadaannya pasti akan lain. Tak heran bila ia mengatakan mereka
lebih banyak ditolong oleh nasib. Pertarungan itu berakhir 4-2.
Mengapa RRC gugup menghadapi NIAC Mitra? "Mereka merasa kecut
setelah melihat permainan kami dalam babak terdahulu," jawab
Basri. NIAC Mitra di ronde pendahuluan memukul Korea Selatan
(4-1) dan RRC (2-1). Tentang lawan keseluruhan, Chef de
Mission, Alexander Wenas mengatakan tidak ada yang enteng dalam
turnamen ini. Korea Selatan, misalnya, datang dengan tim B
dengan 6 pemain nasional di dalamnya. RRC yang diwakili regu
Provinsi Liaoning menurunkan 4 pemain top. "Belum lagi tim tuan
rumah sendiri," ujar Wenas.
Sukses NIAC Mitra di Dacca, menurut Ketua Umum PSSI, Ali
Sadikin, memberi keyakinan pada dirinya dan pengurus lainnya
bahwa pembentukan Galatama merupakan langkah yang benar.
Sementara itu Syarnubi Said, Ketu Bidang Lembaga-lembaga PSSI
menyambut: kemenangan ini "terasa seperti setitik air di tengah
padang pasir."
Sejak 6 tahun belakangan, baru NIAC Mitra yang mencatat
kemenangan dalam turnamen internasional.
Terakhir yang memboyong piala adalah bond Persija, kampiun pada
kejuaraan Quoc Khanh di Saigon (sekarang kota Ho Chi Minh),
November 1973.
NIAC Mitra bernaung di bawah Yayasan Mitra yang didirikan Wenas,
1974. Ada tiga klub lainnya -- PS Mitra unior, PS Mitra, dan PS
NIAC -- dipayungi yayasan itu. Para pemain di klub utama ini
dikontrak selama 2 tahun, dan berstatus karyawan. Tiap bulan
mereka digaji Rp 150.000. Mereka juga menerima bonus
pertandinan. Fasilitas lain untuk mereka adalah perumahan,
kesehatan, dan asuransi.
Wenas, pimpinan dari berbagai perusahaan seperti New
International Amusement Centre (NIAC), grup bioskop Mitra,
serta PT Shira, tidak menyebutkan angka pasti yang
dikeluarkannya untuk pembinaan yang dilakukannya. Diperkirakan
untuk tim NIAC Mitra saja tak akan kurang dari Rp 4 juta per
bulan.
Rencana Wenas selanjutnya? Ia telah mengontrak Frans van Balkom,
bekas pelatih tim Pra Piala Dunia Hongkong, 1977, untuk jangka
waktu setahun. Van Balkom yang sudah bergabung dengan NIAC Mitra
sejak di Bangladesh, berpendapat bahwa para pemain asuhan
Basri masih bisa ditingkatkan, terutama tentang bagaimana
bermain tanpa bola. Diungkapkannya waktu untuk itu dibutuhkan 6
bulan.
"Untuk menjuarai kompetisi Galatama," katanya, "semua itu
tergantung dari apakah kami bisa bermain lebih baik." Dalam
kompetisi Galatama putaran pertama, NIAC Mitra menempati urutan
ke-3, di bawah Jayakarta dan Indonesia Muda.
NIAC Mitra selain memboyong Piala Aga Khan, juga anggotanya,
Dullah Rahim terpilih sebagai Pemain Terbaik oleh grup wartawan
olahraga Bangladesh. Karena prestasi ini, semua pemain klub dari
Surabaya itu akan mendapat hadiah sepe(la motor sebagai imbalan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini