"HANYA Larry Holmes yang mampu mengalahkan Larry Holmes, ujar
Richie Giachetti, manajer dan pelatih yang didepak Holmes 15
bulan lalu, menjelang perebutan mahkota dunia tinju kelas berat
di ring Caesar Palace Hotel, Las Vegas, 11 Juni malam. Holmes
adalah juara bertahan dan sudah 11 kali mempertahankan gelar --
10 di antaranya dengan kemenangan knock out (KO). Kali ini ia
ditantang Gerry Cooney, 25 tahun, juga tak terkalahkan dalam 25
penampilan di ring tinju bayaran.
Giachetti benar. Holmes tak sampai menghabiskan seluruh ronde,
direncanakan 15, untuk merobohkan penantangnya. Pelatih Victor
Valle sudah melempar handuk untuk Cooney, tanda menyerah,
sebelum gong akhir ronde ke-13 berbunyi. "Saya minta maaf," kata
Cooney di kamar pakaian seusai pertandingan. Cooney, petinju
kulit putih dari Huntington, New York, semula diharapkan bisa
mematahkan dominasi atlet kulit hitam, yang tak tergoyahkan
selama 23 tahun, di ring tinju kelas berat -- petinju bule
terakhir yang memegang mahkota adalah Ingemar Johansson dari
Swedia.
Harapan masyarakat kulit putih yang digantungkan pada Cooney tak
berlebihan. Lihatlah prestasinya: dari 22 kemenangan KO yang
diraihnya 19 di antaranya terjadi dalam ronde ke-5 sampai ke-8.
Cooney belum pernah bertarung lebih dari 10 ronde. Kelemahannya:
Cooney tak mempunyai pukulan kanan yang hidup. "Kalau saja kedua
tangan Cooney sama cepatnya tak ada lawan yang sanggup
menahannya. Termasuk Holmes," kata bekas kampiun dunia Muhammad
Ali.
Pertarungan Holmes-Cooney, yang mengarah pada gengsi ras itu,
telah menumbangkan rekor bayaran ring profesional. Masing-masing
mengantungi US$ 10 juta -- waktu Ali melawan Joe Fraier di
Manila, 1975, yang disebut pertarungan terbesar abad ini, cuma
mendapat bayaran separuhnya. "Jika Cooney hitam seperti saya, ia
tak bakal dibayar sebesar itu, " kata Holmes. Selama ini memang
belum ada penantang yang dibayar sama dengan pemegang gelar.
Mengenai penampilan Cooney di ring Caesar Palace Hotel, menurut
Holmes, cukup merepotkan. "Empat atau lima kali dia sempat
membahayakan saya," kata Holmes. Wasit Duane Ford dan Dave
Moretti, sampai ronde ke-12, memberikan angka 111 lawan 113
untuk Cooney. Tapi catatan wartawan Associated Press,
menunjukkan Cooney cuma unggul di ronde ke-3, 4, 8 dan 10 --
sisanya untuk Holmes.
Tapi Holmes menolak pendapat bahwa dialah petinju terbaik dan
terbesar abad ini petinju legendaris (almarhum) Joe Louis cuma
mampu mencatat rekor KO tujuh kali berturut-turut dalam
memperebutkan gelar. "Keberhasilan saya banyak ditopang oleh Ray
dan Eddie," kata Holmes. Ray Arcel dan Eddie Futch adalah
pelatih yang menangani dia sepeninggal Giachetti.
Peran Arcel dan Futch memang terlihat nyata waktu Holmes
menghadapi Cooney. Strategi yang disusunnya betul-betul jitu.
Kedua pelatih, lebih suka disebut guru, menyarankan Holmes agar
tidak membiarkan Cooney merapat. Cooney, petinju tipe slugger
(penyeruduk), membahayakan dalam bertarung jarak dekat. Holmes,
waktu naik ring berbobot 86,39 kg, memang tidak membiarkan
Cooney, 102,29 kg, mengeluarkan "ilmu"nya itu.
Walau Cooney menyerah KO, penggemar tinju di Amerika Serikat
tak ada yang mengatakan jago bule ini tak bisa berkelahi. Mereka
bahkan menganggap pertarungan ulang pantas diadakan dan yakin
Cooney bisa menang. Karena waktu naik ring pekan lalu, Cooney
belum sembuh betul dari cedera di bahu yang dideritanya, dan
ditambah lagi sudah 13 bulan tak bertanding.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini