SUATU hari di tahun 1973 Bengt Edberg, seorang polisi di Vasterik, Swedia, menuntun anak lelakinya memasuki sebuah sekolah tenis. Bagi Bengt dan istrinya, Barbro, ini tak mudah karena menyangkut biaya besar. Rumah sederhana mereka terpaksa dijaminkan untuk membayar uang pangkal agar anak lelakinya itu bisa diterima. Empat belas tahun kemudian, terbukti anak itu bukan saja berbakat tetapi telah memilih jalan hidup yang tepat. Ia tercatat di komputer tenis ATP (Asosiasi Tenis Profesional) sebagai pemain nomor satu dunia. Anak ini adalah Stefan Edberg. Dan dua pekan lalu, Stefan Edberg bisa berkata, "Ini adalah hari-hari paling menyenangkan." Ketika itu, ia baru saja menerima cek senilai US$ 120.700, setelah mengalahkan pemain Amerika Serikat Brad Gilbert di final sebuah turnamen di Cincinnati, AS. Sebenarnya, di perempat final, setelah membantai Michael Chang, Edberg sudah dicatat komputer ATP sebagai petenis No. 1 dunia menggantikan Ivan Lendl -- yang absen di turnamen ini. Tapi Edberg mungkin tak akan bertahan lama di puncak. Karena Edberg absen di Turnamen Volvo di New Haven, Connecticut, sedang musuh utamanya, Ivan Lendl, ikut turnamen berhadiah total US$ 1 juta itu. Kalau toh Lendl akan kembali jadi petenis No. 1 pekan ini, Edberg masih mencatat prestasi yang lain. Yaitu menjadi No. 1 tersingkat setelah rekor John Newcombe (Australia) duduk di tangga No. 1 itu selama 56 hari pada 1974. Dan Edberg masih sah untuk dikagumi. Alasannya jelas. Sepanjang 1990 ini saja ia sudah mengumpulkan gelar juara di lima turnamen, termasuk juara Wimbledon. Dan dia pulalah petenis Swedia kedua yang mampu menjuarai Wimbledon, setelah Bjorn Borg. Bahkan Edberg menjuarainya dua kali. Sejak yunior, bakat cemerlang Edberg sudah terlihat. Di usia 11 tahun ia sudah menjuarai Turnamen Donald Duck di Amerika. Kemudian, Edberg, yang lahir pada 16 Januari 1966, menyabet empat gelar juara turnamen "Grand Slam" yunior di tahun 1983. Di banyak turnamen, ia mengalahkan petenis Jerman Barat, Boris Becker. "Semasih di yunior, prestasi saya lebih baik dari Boris, tapi sekarang Boris lebih baik, ujar Edberg. Ini mungkin cara pemuda yang sangat pemalu ini untuk merendahkan din. Yang jelas, pada final Wimbledon tahun ini, Edberg masih lebih kuat dari Boris Becker. Apa sih kelebihan si jangkung -- tinggi Edberg 190, 5 cm atau 2,5 cm lebih tinggi dari Boris Becker -- dari Vasterik ini? Para pakar tenis menyebut gaya main servis-voli Edberg sebagai kombinasi gaya pemain-pemain besar Australia dan Amerika pada 1950-an dan 1960-an. Senjata utama Edberg adalah servis dan backhand-nya. Servis Edberg adalah servis yang paling sukar diterima pemain dari bagian jagat mana pun. Bola dilemparnya ke atas, ke sisi kiri kepalanya, dan kemudian Edberg meliukkan badan untuk memukul ketika bola mencapai titik tertinggi. Putaran bola yang dihasilkan sungguh aneh, karena Edberg memegang raketnya seperti hendak mengiris bola tadi. Biasanya bola jatuh di garis tengah dan terus lari dengan liar. Yang sanggup memukul servis Edberg ke baselule cuma Boris Becker dan Lendl sehingga langkah Edberg menyerbu ke depan tertahan. Pemain lainnya umumnya mengembalikan servis Edberg "tanggung", yang langsung "dimakan" Edberg dengan pukulan volinya. Grip (pegangan) raket Edberg merupakan kombinasi grip Continental dan Eastern. Edberg menaruh ibu jarinya lurus menghadap penampang raketnya sehingga kalau melakukan servis ia tampak seperti mengiris. Grip yang umum dipakai adalah semi-Western. Raket dipegang seperti ketika berjabat tangan. Grip Edberg yang tak lazim itu membuat pukulan backhand satu tangannya jadi yang paling top di dunia. Backhand irisnya (slice) juga yang paling tajam dan menekan di antara pemain dunia sekarang. Tapi grip yang tergolong "aneh" tadi membuat pukulan forehand Edberg lemah. Tak seperti Becker atau Lendl yang forehand-nya luar biasa keras dan berat, forehand Edberg biasanya cuma untuk mengembalikan pukulan lawan. Kalau lawannya terdesak, baru Edberg bagai musang ganas menyerbu ke jaring dengan volinya yang menggiurkan. Di lapangan, jarang terlihat Edberg gusar, marah, protes ke wasit, atau membanting raket. Bahkan, geleng-geleng kepala seperti gaya protes Lendl juga jarang dilakukan Edberg. Bintang Swedia yang tampangnya mirip bintang film Robert Redford ini dikenal dingin, tak acuh, dan tanpa ekspresi. "Percuma saya geleng-geleng kepala atau menampakkan wajah kesal, toh itu tak mengurangi rasa tegang saya di lapangan," ujarnya memberi alasan soal penampilannya yang dingin. Di luar lapangan, Edberg juga pribadi yang diam dan pemalu. Ia lebih senang membenamkan diri di flatnya yang mewah di London, sembari mendengarkan Genesis, Dire Straits, atau Simple Minds dari stereo-set-nya yang canggih. Atau, ia akan berada di lapangan tenis Quenn di London ditemani pacarnya, Annette Olsen, untuk berlatih. Padahal, ia bisa saja foya-foya sepuasnya karena penghasilannya setahun sudah jauh di atas US$ 3 juta. Selain dari hadiah tenis Edberg juga jadi model iklan untuk permen Snickers, penganan Sun Maid, minuman ringan Pripps, mobil BMW, atau perusahaan penerbangan SAS. Tapi itulah Edberg. Ketika orang ramai memuji Lendl atau Becker, Edberg diam-diam muncul di belakang mereka. Dan ia senang jadi orang tak terkenal. "Dengan begitu, saya bisa belanja ke mana saja, juga di Swedia, tanpa dikenali orang," katanya santai. Kalau toh sekarang ia jadi No. 1, "Itu hanya untuk merasakan bagaimana rasanya jadi yang terbaik," katanya. Toriq Hadad
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini