BOCAH kerempeng itu tampak pemalu. Setiap ditatap, ia berusaha
menghindar. Tapi begitu si bocah terjun ke air, tubuh kerempeng
itu melejit cepat. Di kejuaraan renang kelompok umur 5-7 Agustus
1982 di kolam Senayan Jackline Goenarso, 13 tahun, menumbangkan
Rekornas 100 m gaya punggung putri Kelompok Umur (KU) III atas
nama Pauline Wiwie. Catatan waktunya 1:15,63 detik, sedang rekor
lama 1:16,61 detik. Nomor 200 m gaya punggung atas nama Pauline
juga ia tumbangkan dengan 2:38,67. Sedang rekor Pauline dibuat
tahun lalu 2:42,60.
Dengan prestasi ini Jackline (tinggi 144 cm, berat 31 kg),
terpilih sebagai perenang terbaik KU III. Sukses Jackline tentu
saja tidak mendadak. Umur 5 tahun ia sudah bergabung dengan klub
Hiu, Surabaya, bersama kedua kakaknya, Andrianto dan Albertus.
Pertama kali ikut nyebur ke air, si kecil Jackline megap-megap
dan nyaris tenggelam, karena belum dapat berenang. Untung kedua
kakaknya cepat menyelamatkan. Sejak itu Daniel Goenarso, ayah
Jackline, memasukkan dia ke klub Hiu.
Di klub itu mereka ditangani pelatih Iskandar Soeryaatmadja.
Latihan teknik dilakukan pagi-sore. Kadang-kadang pagi pukul
4.30 mereka sudah harus di kolam. Rasa malas bangun pagi memang
sering muncul. Tapi Andrianto, kakak sulungnya, selalu memberi
dorongan. Ayahnya pun rajin menjemput dan mengantar latihan.
Hasilnya, umur 10 tahun Jackline sudah memperoleh medali emas di
Kejurnas renang. Sekarang ada 8 medali emas di tangannya.
Kakaknya, Andrianto, 16 tahun, pada kejuaraan KU ini juga
menumbangkan nomor 1.500 meter gaya bebas (17:56,24) yang dulu
dipegang Daniel Budiman (18:08,15). Meski sudah menumbangkan
Rekornas, Andrianto agak kecewa karena prestasi itu tak lebih
baik dari prestasinya ketika di SEA Games Manila tahun lalu. Di
Manila ia mencatat 17:36 dan mendapat perunggu.
Mengapa melorot "Di sini nggak ada saingan sih," katanya. Lawan
memang berada lebih kurang 100 m di belakangnya. Tapi selain
itu, pelatih Iskandar melihat kepincangan gerakan Andrianto.
"Terlalu banyak gerakan yang tak perlu," katanya. Lanjutnya:
"Feel of water-nya belum bisa dirasakan." Tapi Iskandar memuji
kakak beradik asuhannya punya semangat bertanding tinggi.
"Mental dan kemauan mereka keras," katanya.
Dalam sehari paling tidak kakak beradik itu harus berenang 7-8
ribu m. Kemudian latihan fisik 3 kali seminggu, masing-masing «
jam. Menghadapi kejuaraan, biasanya Iskandar memperbanyak jarak
renangnya. "Jadi ada waktunya untuk digenjot," katanya.
Meskipun begitu, pelajaran di sekolah tetap lancar. "Kalau
prestasi di sekolah menurun, kegiatan renang saya akan setop,"
kata Kristiani, ibu Jackline. Di sekolah Jackline memang selalu
mendapat nilai baik. Setiap tahun ia juara kelas, walau hanya
kedua atau ketiga. Jackline yang suka makan ikan pindang, kini
duduk di kelas II SMP Vincentius Surabaya dan ingin meneruskan
ke sekolah kedokteran.
Yang juga ditetapkan sebagai perenang terbaik adalah Sari
Yulianti Saad, 14 tahun, dalam KU II. Putri ke-3 Ir. Saad yang
baru duduk di kelas II SMP Negeri 40 Jakarta, ini menumbangkan
rekor 200 m gaya dada atas nama Anita Saparjiman yang sudah
bertahan 7 tahun. Waktunya 2:54,17, sedang rekor lama 2:56,28.
Ia juga menumbangkan nomor 100 m gaya dada atas namanya
sendiri. Rekor lama 1:2092 diperbaiki menjadi 1:20,53.
Berenang adalah olahraga satu-satunya buat Sari. Umur 4 tahun ia
masuk klub Tirta Kencana Jakarta. Itu pun bukan karena hobi.
Kakaknya, Fifi yang waktu itu berumur 6 tahun sakit asma. Oleh
dokter dianjurkan berenang agar asmanya tak kambuh. Sejak itu,
putri keluarga Saad diajak ke kolam semua. Yang menonjol
ternyata Sari.
Berlatih di kolam pagi 1« jam dan sore 2 jam kalau mau
bertanding. Tapi latihan rutin, cukup 2 jam sore hari. Latihan
fisik 3 kali seminggu, masing-masing 3/4 jam. Ketekunan ini
membuahkan perunggu pertama di kejuaraan KU tahun 1978, untuk
nomor 50 m gaya dada. Sejak itu pula berturut-turut medali emas
diraihnya, baik dalam kejuaraan di luar negeri maupun di dalam
negeri. Sekarang Sari telah mengumpulkan 25 medali emas, 7 perak
dan 8 perunggu. Emas pertama di luar negeri ia raih di kejuaraan
renang Chiang Mai (Muangthai) tahun 1980 pada nomor 100 m dan
200 m gaya dada.
Sejak kelas II SD Sari juga selalu juara kelas. Tapi di SMP,
karena tak masuk sebulan untuk persiapan di SEA Games Manila,
prestasinya melorot. "Nilai rata-rata saya cuma 7."
Dorongan orang tua memang tak kecil, juga pelatih. "Kalau tidak,
susah untuk berprestasi," kata Ir. Saad, ayah Sari. Menu pun
agak lebih diperhatikan dibanding saudara-saudaranya yang lain.
"Ibu yang mengatur, kok," kata Sari yang ingin jadi arsitek ini.
Sedang untuk mengatur waktu, dilakukannya sendiri. Pukul 9 malam
ia harus sudah di tempat tidur. Acara film seri di tv menjadi
tugas kakaknya atau orang tuanya untuk direkam, dan esoknya
ditonton Sari dan Ivan, adiknya.
Atlet terbaik lain yang terpilih dalam kejuaraan ini ialah Irina
S. Karjono dan Agung K. Mastur (KU IV), Katarinus Aligita (KU
III), M. Iqbal Tawakal (KU II) dan Nunung Selowati (KU I) --
semuanya dari Jakarta. Sedang atlet senior terpilih Tan Bie Sian
(Jawa Tengah) dan Daud Djiang dari Yogyakarta.
Kejuaraan renang KU yang ditutup Sabtu, 7 Agustus itu akhirnya
menumbangkan 15 rekor nasional dengan Jakarta sebagai pengumpul
medali terbanyak (55 emas). Disusul Ja-Tim, Yogya dan Ja-Teng.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini