Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Pujaan ayax menunggu nasib

Klub ajax amsterdam dari belanda menawarkan kontrak kepada fandi ahmad, pemain dari singapura. belum ada keputusan dan fandi. (or)

21 Agustus 1982 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SINGAPURA yang berpenduduk 2,4 juta ternyata tidak hanya pasar barang-barang konsumsi. Negara itu juga menghasilkan Fandi Ahmad, seorang pemain bola yang pintar, sehingga klub Ayax Amsterdam dari Belanda terpikat untuk mengontraknya. Jangankan ditawari kontrak, dicoba untuk berrnain dalam klub terkenal dari Eropah itu, sudah merupakan sebuah mimpi buat seorang pemain. Termasuk Fandi. Selama 3 minggu, sejak pertengahan Juli yang lalu, anak Melayu dari Singapura itu sudah menjalani percobaan dengan menurunkannya dalam beberapa pertandingan Ayax melawan klub-klub profesional dan amatir di Belanda. Termasuk juga dalam pertandingan persahabatan Ayax melawan 2 buah tim Jerman, Austria Wein dan Eintracht Brunswick. Fandi yang berusia 20 tahun dengan wajah kekanak-kanakan itu ternyata lulus dan bisa diterima. "Fandi lulus secara gemilang dan ini membuat saya sangat gembira. Terbukti saya tidak melebih-lebihkan kemampuannya," kata Japp Reinders pencari bibit dan orang yang membujuk Ayax supaya memberikan kesempatan pada Fandi untuk menjalani tes. Reinders yang mengamati pemain nasional Singapura itu selama setahun, menyebutkan Fandi "punya keistimewaan dan bisa menjadi Johan Cruyff baru." Ada hal lain yang membuat penemu pemain Singapura itu gembira. "Para pemain Ayax ternyata telah menyambut Fandi secara simpatik. Mereka bahkan menemaninya ketika Fandi sudah mulai tidak betah tinggal di negeri orang dan hampir hilang nafsu makannya," kata Reinders. Tadinya Reinders khawatir, para pemain Ayax yang umumnya warga negara Belanda, akan melihat Fandi sebagai saingannya. Keputusan pimpinan Ayax untuk menawarkan kontrak kepada Fandi diambil 29 Juli. Tetapi apakah dia akan menerima tawaran itu ? "Ini pertanyaan yang sulit," katanya kepada wartawan di Belanda. "Pertama-tama saya harus mempelajari kontrak itu. Tetapi yang jelas saya tidak akan menandatanganinya di sini. Saya ingin pulang dan mendiskusikannya dengan orang-tua saya dan beberapa orang lagi. Saya memerlukan waktu untuk mempertimbangkannya." Buat Fandi menerima atau menolak kontrak itu merupakan keputusan paling penting dalam hidupnya. Dia, katanya, tak mau melakukan sesuatu yang akhirnya nanti akan mempersulit dirinya. Menurut peraturan di Singapura, dengan usianya sekarang, Fandi memang masih membutuhkan izin dari orangtuanya untuk menandatangani kontrak yang ditawarkan Ayax tadi. "Kalau orangtuanya setuju membubuhkan tandatangannya, dan Fandi sendiri ingin main di Ayax, maka salah seorang anggota pengurus kami secara pribadi akan menjemput Fandi," ucap Reinders yang mengantar Fandi ke lapangan terbang Schiphol, Amsterdam. Sampai akhir. pekan kemarin, nasib Fandi Ahmad dan tawaran Ayax itu belum menentu juga. Tawaran itu sendiri memang tidak punya batas waktu. Tetapi pihak Ayax senang kalau keputusan Fandi diambil selekasnya supaya namanya bisa didaftarkan untuk memperkuat Ayax dalam kompetisi antar-klub Eropa yang akan berlangsung 15 September. Sebab nama-nama pemain sudah harus masuk pertengahan Agustus ini. Pertemuan yang berlangsung antara pengurus Persatuan Sepakbola Singapura dengan wakil Ayax Guus van Bladel serta ayah Fandi, Ahmad Wartam dan pamannya Ismail, tanggal 5 Agustus, juga belum mengeluarkan keputusan pasti. Teo Chong Tee, "Syarnubi Said"-nya Singapura menganggap tawaran Ayax belum jelas benar. "Kami perlu mengetahui lebih banyak mengenai pajak pendapatan di Belanda. Kami dengar pajak di sana lebih tinggi dari di Singapura," katanya. Chong Tee juga meminta kejelasan mengenai masalah asuransi, sekolah dan perumahan untuk Fandi. Dan bagaimana kalau Fandi rindu kampung, siapa yang membayar ongkos pesawat. Apakah dia tidak boleh main untuk pertandingan penting di Singapura. "Kami tidak dalam posisi menentukan. Kami hanya bisa membantu pihak-pihak yang terlibat untuk memperoleh gambaran yang jelas mengenai tawaran itu," katanya. Menurut Guus van Bladel tawaran Ayax itu memberi peluang Fandi untuk memilih apakah dia mau dibayar dengan jumlah pasti untuk setahun atau berdasarkan bonus, dengan gaji tetap yang lebih kecil. "Ayax sudah menasihati Fandi agar menerima gaji tetap saja. Karena kalau berdasarkan bonus menang atau draw akan membuatnya terlalu tertekan," kata orang Belanda itu. Andaikata dia segera menerima kontrak yang 3 tahun itu, dia baru diizinkan ikut dalam kompetisi setelah Badan Pengawasan Perburuhan setempat menyetujui Fandi bekerja di Negeri Belanda. Tapi agaknya, pejabat urusan perburuhan di Belanda, Joop Vander Klink ingin melihat Fandi bisa memperkuat tim Ayax dalam Turne 707 yang dimulai tanggal 13 dan 15 Agustus ini. "Semua surat-surat keterangan tentang Fandi, akan segera kami perhatikan. Pemain tersebut bukan berasal dari salah satu negara MEE. Tetapi publikasi tentang diri pemain mendapat pujian itu telah mendorong kami untuk cepat menyelesaikan perizinan bagi dirinya. " Ayax bertanding melawan Kesebelasan Tottenham Hotspur (Inggris) pukul 21.00 waktu setempat pada tanggal 13 Agustus 1982 di Stadion Olympic Amsterdam. Wakil Ayax itu tidak mau menyebutkan berapa gaji Fandi. Tetapi sebuah sumber memperkirakan sekitar Sing.$ 60.000 (lebih kurang Rp 18 juta) pertahun. Satu jumlah yang juga pernah ditawarkan klub Niac Mitra dari Surabaya kepada pemain itu. Kalau Fandi Ahmad menerima tawaran Ayax tadi, dia merupakan pemain Asia Tenggara pertama yang dapat kesempatan menunjukkan kebolehannya dalam turnamen sepakbola yang keras di Eropa. Indonesia sendiri baru menghasilkan Iswadi Idris yang pernah dikontrak di Australia tahun 1975. Sedangkan Risdianto, Abdul Kadir, Hartono dan Jefri Pranata main di Hongkong.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus