Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Terkenal di Kalangan Jakmania, Apa Arti ACAB dan Rojali?

Jakmania, suporter Persija Jakarta, saat ini menjadi sorotan terkait dengan perusakan Stadion Utama GBK saat final Piala Presiden 2018.

21 Februari 2018 | 07.24 WIB

Suporter Jakmania
Perbesar
Suporter Jakmania

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Jakmania, suporter Persija Jakarta, saat ini menjadi sorotan. Mereka dikaitkan dengan kerusakan Stadion Utama Gelora Bung Karno (GBK) saat final Piala Presiden, yang mempertemukan Persija Jakarta dan Bali United, Sabtu malam, 17 Februari 2018.

Dalam laga yang dimenangi Persija 3-0 itu, sejumlah orang yang diduga anggota kelompok Jakmania—karena menggunakan kaus oranye—melakukan aksi perusakan secara terpisah. Mereka menjebol pintu masuk, merusak kursi tribun dan pagar pembatas lapangan, juga merusak taman. Stadion megah yang baru selesai direnovasi itu mengalami kerugian hingga Rp 150 juta.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Empat pintu di Stadion Utama Gelora Bung Karno rusak didobrak penonton dalam laga Final Piala Presiden 2018, Sabtu, 17 Februari 2018. Tempo/M Rosseno Aji

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Jakmania adalah salah satu kelompok suporter besar di Tanah Air. Mereka berdiri sejak berdiri sejak 19 Desember 1997.

Seperti kelompok suporter lain, mereka kerap menjadi pemacu bagi para pemain di lapangan, tapi juga sering disorot karena ulah negatifnya di luar lapangan, termasuk melakukan keributan, perusakan, tawuran dengan kelompok suporter lain, atau bahkan bentrok dengan polisi.

Tempo pernah melakukan liputan mendalam tentang kelompok suporter ini pada November 2016. Liputan dilakukan setelah terjadi bentrokan dengan Bobotoh, suporter Persib Bandung, yang memakan korban jiwa.

Banyak temuan menarik dari penelusuran ke kantong-kantong kelompok suporter ini di seputaran Jakarta. Salah satunya adalah istilah ACAB atau all cops are bastards yang menjadi slogan yang diyakini sejumlah anggota kelompok suporter itu. Slogan itu antara lain ditemukan di buku harian Muhammad Fahreza, 16 tahun, yang tewas saat pertandingan Persija melawan Persela Lamongan, di Stadion Gelora Bung Karno, 13 Mei 2016.

Istilah itu dipungut dari Inggris dan di kalangan Jakmania kerap pula disebut dengan ‘1312’. Menurut seorang pengurus Jakmania yang ditemui Tempo saat itu, istilah ia diadaptasi oleh para anggota yang menilai polisi kerap melakukan pengamanan yang kasar dan berlebihan pada mereka. Meski mengakui bahaya penyebaran paham kebencian seperti itu, pengurus tak kuasa menghalanginya.

Tak hanya diyakini, istilah itu pun banyak dituangkan dalam kaus. Tempo sempat melihat t-shirt seperti itu dijual di sebuah toko merchandise Persija di Kalimalang, Jakarta Timur.



Konvoi Jakmania atas kemenangan Persija Jakarta di Senayan, Jakarta Selatan, Ahad 18 Februari 2018. TEMPO/Alfan Hilmi.

Istilah lain yang juga muncul dalam penelusuran itu adalah Rojali, singkatan dari "Rombongan The Jak Liar". Ini dipakai untuk menyebut mereka yang tak punya kartu anggota. Anggota seperti inilah umumnya yang sulit dikendalikan, termasuk dalam kasus perusakan seperti yang baru terjadi di GBK.

Untuk menyimak penelusuran selengkapnya soal Jakmania ini, simak di rubrik investigasi Tempo.co: Di Balik Aksi Brutal Jakmania.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus