GEMURUH tepuk tangan memanaskan suasana ruang sidang DPRD Kediri, Jawa Timur, Jumat pekan lalu. Bukan karena Kejuaraan Tenis Meja Yunior Asia III yang diselenggarakan di kota tersebut berhasil meningkatkan posisi tim Indonesia di tempat ke-4 (putra) dan 6 (putri). Tapi karena PTMSI berhasil mempertahankan ketua umumnya: Ali Said. Bersamaan dengan berlangsungnya pertandingan, Persatuan Tenis Meja Seluruh Indonesia (PTMSI) memang mengadakan Musyawarah Nasional (Munas) untuk memilih Ketua Umum PTMSI periode 1988-1992. Munas yang dihadiri oleh 21 Pengda dari 26 Pengda, dan berlangsung di ruang sidang DPRD Kodya Kediri itu sempat alot karena penolakan Ali Said untuk dicalonkan kembali sebagai ketua umum. "Dirayu dengan cara apa pun saya emoh lagi jadi ketua umum," tutur Ketua Mahkamah Agung Ali Said, yang telah menduduki jabatan ini sejak 1979. Lalu dengan sungguh-sungguh ia menambahkan, "Saya akan meyakinkan di forum ini: apa tidak salah memilih saya kembali." Mendengar pernyataan Ali Said itu, para utusan dari pengda-pengda sempat bimbang dan ragu. Siapa yang bakal bisa menggantikan Ali Said? "Pak Ali itu calon tunggal, belum ada nama lain yang layak menggantikan kedudukannya," kata Arsyad Sanusi, utusan dari Pengda Sulawesi Selatan ini. Peserta Munas tampaknya tidak kekurangan akal. Taktik pun dirancang. Langkah pertama: mereka meminta kesediaan Ali Said memimpin sidang. "Pokoknya, Pak Ali Said harus bersedia memimpin jalannya sidang," teriak para peserta Munas, menjadikan ruang berkarpet merah tanpa AC itu jadi hangat dan sedikit tegang. Setelah didaulat oleh peserta Munas, akhirnya Ali Said bersedia menjadi ketua sidang. "Baiklah, saya bersedia," tuturnya dengan nada lemah. Tepuk tangan pun menggema. Namun, kesediaan Ali Said memimpin sidang tidak berarti ia mau menjabat sebagai formatir tunggal untuk menyusun pengurus baru. Ia meminta kepada semua peserta agar memikirkan nama-nama lain yang dianggap bisa memimpin urusan pingpong ini, selama sidang diskors 15 menit. Namun, tekad para Pengda untuk tetap mendukung Ali Said tidak padam. Saling mempertahankan argumentasi inilah yang membuat Munas tambah semarak. "Atas nama masyarakat Sulawesi, saya meminta kesediaan Pak Ali Said untuk menjadi Ketua Umum PTMSI lagi," ujar Arsyad Sanusi dengan lantang. Menurut Arsyad, di masa kepengurusan Ali Said dunia tenis meja Indonesia mampu bangkit kembali. "Kalau Bapak tidak bersedia, berarti Bapak membenci masyarakat Sulawesi," tambahnya. Keplok dan ketawa riuh menyambut "rayuan" gaya Sulawesi. Berbagai rayuan dan dukungan bernada mendaulat beruntun mengalir. "Sungguh betapa kecewanya kami jika Pak Ali tidak bersedia menjadi ketua," kata utusan Jawa Tengah dengan nada memelas. Utusan dari Kalimantan lain lagi. "Tiada bulatlah bola pingpong, tanpa memilih Ali Said sebagai ketua," ujar Salmani Paris. Mendengar berbagai rayuan itu, rupanya leleh juga ketegaran Ali Said. Akhirnya, ia bersedia menerima permintaan peserta Munas untuk dipilih sebagai formatir tunggal sekaligus Ketua Umum Pengurus Pusat PTMSI. "Baiklah kalau ini yang kalian hendaki, saya bersedia," tuturnya. Keplok pun bergemuruh. Rudy Novrianto
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini