DONALD Pandiangan kembali menarik busur prestasi. Ia membidik
satu rekor Olympiade dan tiga prestasi regional dalam Kejuaraan
Panahan Asia di Kalkuta. Dari sana dua pekan lalu, ia sekaligus
memboyong tiga medali emas (perorangan), dua medali perak
(perorangan dan beregu), serta satu medali perunggu
(perorangan). "Prestasi Pandiangan itu memang sudah
diperkirakan," kata Sekjen Perpani, Udi Harsono.
Harsono membeberkan bahwa Pandiangan sekarang, 34 tahun, bukan
lagi Pandiangan dua tahun silam. "Ia sudah banyak berubah,"
lanjutnya. "Sudah mau berdialog, dan tidak lagi oppig (keras
kepala)."
Dulu ia rupanya dikenal sebagai atlet yang sulit diatur. Harsono
mengemukakan contoh sewaktu pemanah top ini hehdak dilatih oleh
Tadeusz Purzycki dari Polandia, untuk Asian Games 1978 di
Bangkok. Ternyata ia memilih berlatih sendiri. Dan ia gagal
merebut medali waktu itu.
Perubahan sikap Pandiangan sebetulnya sudah terlihat menjelang
SEA Games 1979. Diasuh oleh Drs. Nana Kosasih, ia kemudian
menyabet medali emas SEA Games X di bagian putra -- 5 dari nomor
perorangan dan 1 hasil beregu.
Pandiangan sebelum pergi ke Kejuaraan Panahan Asia memang serius
melatih diri, 4 sampai 5 kali dalam seminggu secara teratur.
Sekalipun tim panahan nasional tak menjalani pelatnas, tak ada
persoalan baginya. Di Kalkuta, rekor yang dipecahkannya
masing-masing untuk nomor 30 m, 50 m, dan total. Angkanya 348
(Asia: 337), 326 (Asia: 319, dan Olympiade: 322), serta 1272
(Asia: 1250). "Yang diakui cuma rekor Asia saja," tambah
Harsono. "Untuk rekor Olympiade, pengakuan hanya diberikan bila
diperbaiki pada kejuaraan yang sama."
Di tingkat regional ini, ia makin memperkuat posisinya untuk ke
Olympiade Moskow. Klasifikasi yang dikeluarkan Federation
Internationale de Tir a L'arc (FITA) bagi seorang pemanah untuk
dapat mengikuti Olympiade adalah 4 kali berhasil mengumpulkan
nilai 1.100 -- total dari nomor 30 m, 50 m 70 m, dan 90 m Bagi
Pandiangan, ini buat ke-7 kalinya.
Di bagian putri, ternyata regu Indonesia tak mencatat prestasi
mengesankan. Satu-satunya medali yang dibawa putri pulang
adalah dari mata lomba tim. Regu Indonesia menempati urutan
ketiga. Kegagalan ini, menurut Harsono, karena persiapannya
memang tak ada, sedang pemanah Murniningsih tak ikut. Dalam SEA
Games X, ia adalah motor tim nasional dalam menyapu 6 medali
emas. "Ia menderita anemia (kurang darah)," ujar Harsono.
Panahan adalah atu-satunya cabang olahraga di Indonesia yang
sudah mendapat tiket ke Olympiade Moskow. Terlepas dari soal
jadi berangkat atau tidak (akibat kampanye Presiden Carter yang
ingin memboikotnya), pelatnasnya di Jakarta akan dimulai April.
Bagi Pandiangan, peluangnya di Moskow juga akan ditentukan oleh
faktor cuaca. "Perlu ada waktu untuk menyesuaikan diri dengan
iklim," katanya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini