Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Tony memang cinta, tapi ...

Pssi minta tony pogaknik menangani diklat salatiga. ia dinilai cocok & sangat mencintai dunia persepakbolaan indonesia. tony tak menolak asal ada asisten yang bisa memberi contoh di lapangan. (or)

22 Mei 1976 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

MENAHAN seri (0-0) kesebelasan Rusia - Juara Sepakbola Olympiade 1956 Melbourne -- di hari pertama sekalipun kemudian menderita kalah 4-0 dalam pertandingan ulangan--kebolehan yang diperlihatkan team Olimpik Indonesia di Australia itu tak ayal berkembang menjadi legenda di kalangan penggemar sepakbola. Hampir selalu keberhasilan Jamiat dkk itu dijadikan ukuran penilai di mata publik untuk menakar kegagalan team PSSI dalam turnamen internasional masa kini. Dan nostalgia tersebut sering menyebabkan mereka berpaling pada pelatih Tony Pogaknik yang dinilai sebagai otak pengatur keberhasilan. Mengapa harus Wiel Coerver--pelatih team Pre Olimpik 1976 - yang dipilih? Mengapa tidak Tony Pogaknik saja yang diminta untuk menangani lagi kesebelasan Indonesia? Demikian pertanyaan yang diajukan publik ke alamat PSSI. "Saya tidak akan menolak tanggungjawab itu, bila PSSI melimpahkan kepercayaan kepada saya", tutur Tony Pogaknik ketika namanya mulai disebut-sebut lagi 2 tahun lalu. Tapi, "tidak mungkin buat saya untuk turun lagi ke lapangan seperti dulu. Di sini saya akan memerlukan beberapa asisten memberikan contoh kepada pemain. Karena usia saya sudah mulai lanjut". Umur Pogaknik sudah menua, memang. Gerakan tubuhnya pun berangsur layu. Tapi satu hal yang ia tak pernah ketinggalah adalah mengikuti perkembangan dunia sepakbola. Beranjak dari pengetahuan yang dimamah Pogaknik selama ia 'menyepi' sembari mengurus cottagenya di Bali namanya kembali diperbincangkan pekan lampau di PSSI. Menurut rencana Pogaknik akan diminta kesediaannya untuk menangani Diklat Salatiga yang telah ditinggalkan oleh Coerver dan Wiem ilendriks. "Tony sangat tertib dalam organisasi. Juga rajin menyusun data mengenai pemain. Ini sangat cocok untuk tugas seperti di Salatiga", ujar Sekjen PSSI Joemarsono Dan, "yang lebih penting lagi, ia sangat mencintai dunia persepakbolaan Indonesia". Kecintaan Tony kepada PSSI memang tak perlu diragukan. Ini dibuktikannya dengan tuntutan bayaran yang cukup rendah--ketika namanya diperbincangkan untuk aktif lagi-- dibandingkan dengan permintaan pelatih luar negeri lain. Adakah Pogaknik - salah seorang pendukung konsep Trio Plas (Hutasoit - Syarnubi - Suparyo)--akan menerima baik tawaran yang bakal diajukan PSSI kali ini? Tampaknya hal itu tidak akan menjadi permasalahan. Sebab bagi Bardosono, persoalan Trio Plus sndah dianggapnya tak ada lagi. Syukurlah.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus