Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendapat

Awan kelabu di yogya

Terjadi kekacauan dlm kongres dan kejurnas bridge di yogyakarta, yang memutuskan tidak menggunakan tirai. sebagian kontingen dki jaya meninggalkan tempat. pb gabsi agar merevisi pengurus gabsi yang bermutu.

22 Mei 1976 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PEPATAH "alon-alon asal kelakon" diterapkan oleh Yogya, dalam menerima keputusan kongres, untuk menyelenggarakan kongres dan kejuaraan nasional (kejurnas) bridge tahun ini. Hal ini pun melalui pendekatan pengurus yang mundar-mandir ke Yogya dan menerimanya dua bulan menjelang waktu tanggal mainnya. Setelah menerima, panitia Yogya mengumumkan, bahwa kejurnas tahun ini tanpa menggunakan tirai. Atas pengumuman inl, terjadi keluh-kesah. Kejurnas Banjarmasin tahun lalu pakai tirai, sehingga timbul pendapat bahwa ketetapan tahun lalu telah merupakan yurisprudensi. Keluh-kesah ini sampai pada sekjen Gabsi dan serta merta membantah berita dari Yogya tersebut. Sekjen mengirim utusan yang sekaligus membawa contoh tirai. Bila perlu, biaya untuk ini ditanggung PB. Gabsi. Namun demikian, Yogya tetap menolak. Penolakan ini oleh PB. Gabsi diterima dengan mengirimkan teleks ke Yogya pada tanggal 25 Maret. Pada tanggal 26 Maret, Pengda Gabsi Jaya yang merangkap pengurus Gabsi, melaporkan pada kontingen DKI Jaya, bahwa sidang pleno PB Gabsi telah memutuskan bahwa kejurnas berlangsung dengan menggunakan tirai. Tenteramlah hati kontingen DKI. Sesampainya para pemain DKI di Yogya, kongres telah memutuskan bahwa kejurns tidak menggunakan tirai. Akibatnya terjadi kekacauan di antara kontingen DKI Jaya dan menuntut pulang ke Jakarta. Pengda Jaya bilang: main terus! Teleks Ketua Koni DKI Jaya memerintahkan: main terus! Tapi sebagian anggota kontingen meninggalkan Yogya. Keadaan ini telah menunjukkan skor, kekalahan mental bagi DKI Jaya. Pengda Gabsi Jaya dalam komentarnya menyatakan bahwa kekacauan ini memang menyedihkan. Sikap PB Gabsi perlu dicela. Tetapi, kata Pengda Gabsi Jaya, sebagai tamu kiwa wajibmenghormatituan rumah maka main terus, sedangkan protes tetap dijalankan! Sekjen PB. Gabsi bilang, bahwa sidang pleno yang dikatakan Pengda, tidaklah benar. Memang betul, kata Sekjen, bahwa Gabsi telah mengirimkan kawat setuju tanpa tirai. Saya tanya, mengapa tindasan kawat itu tidak diberikan kepada daerah? Jawabnya: untuk menghindarkan gagalnya kongres dan kejurnas Yogya. Apakah tidak diperhitungkan, kekacauan di setempat lebih runyam daripada sebelumnya? Sekjen tidak menjawab, tapi meneruskan dengan mengatakan bahwa itulah kebijaksanaan pimpinan. Ketidak-puasan pemain Jakarta, yang pulang dan yang tidak pulang, tertumpah pada PB Gabsi. Hal ini memang cocok dengan hasil kongres, agar mandataris merevisi pengurus Gabsi dan melengkapinya dengan tokoh yang bermutu. Putusan kongres lain yang penting ialah bahwa soal pembentukan Regu Nasional, diserahkan kepada Panitia Sembilan alias Walisongo, dengan catatan agar anggota Walisongo ini benar-benar orang yang memahami teknis dan organisasi bridge. Hasil dan Komentar Dalam memperebutkan Piala Soeharto, ternyata regu bertahan Manado berhasil memboyongnya kembali ke Manado. Kedua dan ketiga masih tetap dipegang Jakarta Barat dan Pusat. Surprise tahun ini terjadi pada regu Jawa Barat yang kena gradasi ke kelas B. Untuk kejurnas Empat-kawan, regu Manado tanpa Manoppo Bersaudara (disisihkan di babak pendahuluan) telah keluar sebagai juara. Sedangkan untuk Pasangan Wanita, dimenangkan oleh pemain DKI Jaya.Ny. Els Tobing/Ny. Marie Laya. Sama dengan pendapat Ketua Koni Jaya, bahwa hasil kongres hendaknya diterapkan untuk tahun yang akan datang dan bukan untuk kejurnas yang sedang berlangsung. Namun demikian, perlu dijelaskan, bahwa ketetapan penggunaan tirai, belum merupakan keputusan final. Masih coba-coba. Untuk diketahui, kejuaraan dunia di Bermuda tahun lalu, sudah menggunakan tirai dan penggunaan ini merupakan ketetapan Federasi Bridge Dunia. Hanya teknis penggunaannya yang belum diperinci. Akan tetapi dalam Kejuaraan Timur Jauh di Bangkok akhir tahun lalu, tidak menggunakan tirai dan baru diketahui oleh kontingen Indonesia sesampainya di Bangkok. Dari kenyataan di atas dapat ditarik garis kesimpulan bahwa digunakannya tirai atau tidak, belum merupakan perumusan yang jelas. Cuma, untuk soal yang prinsip ini sebaiknya PB Gabsi sudah harus mengambil sikap tegas pakai atau tidak. Tanpa ketegasan ini, awan kelabu bertengger di atas Yogya dan juga di tahun-tahun mendatang. Dari situasi kongres, terlihat adanya dua kecenderungan. Pertama, peserta kongres yang tidak memahami teknis dan organisasi Gabsi. Hal ini terbukti dengan adanya fikiran, tanpa Jakarta bridge Indonesia akan maju terus. Kedua adanya motif memusuhi kontingen DKI Jaya serta adanya emosi daerah yang berlebihan. Itu semua tergantung kepada pembinanya. Tetapi rumuskanlah! Itulah letak soalnya. Lain tidak.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus