BAKAT memang banyak dipunyai orang. Tapi keterikatan pada
olahraga memanah, agaknya hanya ada pada Yana. Itu kata Udi
Harsono, pelatih panahan yang menemukan Yana di Kejurnas Panahan
1980 di Surabaya. Saran Udi agar masuk sekolah Ragunan, ternyata
tak sia-sia. Sebab, Nurfitriana, yang akrab dipanggil Yana,
telah membuktikan hal itu di kejuaraan Indonesia Terbuka 17-18
Oktober di Senayan, Jakarta.
Enam rekornas dipecahkan Yana dengan cemerlang, sekaligus
melampaui rekor SEA Games dan. 3 rekor Asian Games. Gadis
berkulit hitam manis itu dalam nomor 60 m ronde tunggal,
mencatat nilai 327. Berarti melampaui rekornas atas nama Ny.
Leane Manurung (318), melampaui rekor SEA Games atas nama
Murniningsih (313) dan juga menumbangkan rekor Asian Games atas
narna Kim Hyang Min dari Korea Utara (325).
Nomor lainnya yang pecah: 70 m ronde tunggal dengan nilai 304.
Sedang rekornas tercatat 301 atas nama Ny. Leane, rekor SEA
Games tercatat 300 atas nama Murniningsih dan rekor Asian Games
(Yuriko Goto, Jepang) dengan nilai 292. Pada total ronde
tunggal, Yana 20 tahun, satu-satunya pemanah putri yang
dipersiapkan ke Asian Games IX di New Delhi, mencatat skor 1251.
Sementara rekornas 1239 (Ny. Leane), rekor SEA Games hanya 1226
(Murniningsih) dan rekor Asian Games 1230 (Kirn Gin Ho, Korea
Selatan).
Untuk nomor 50 m ronde ganda, Yana anak bungsu dari 9 bersaudara
putra pensiunan TNI-AD dan tercatat sebagai mahasiswa ASMI
(belum sempat mengikuti kuliah), mengumpulkan nilai 603. Atau 9
angka lebih baik dari rekornas-dan 4 angka lebih unggul dari
rekor SEA Games. Pada nomor 70 m ronde ganda tercatat nilainya
596 atau 13 angka lebih baik dari rekornas dan 34 angka lebih
tinggi dari rekor SEA Games. Juga untuk total ronde ganda Yana
bisa melampaui rekornas dan rekor SEA Games.
Dengan prestasi ini, menurut Donald Pandiangan, pemanah yang
pernah memecahkan rekor Asia, belum bisa dijadikan patokan
prestasi Yana. Sebab, "waktu itu cuma turnamen terbuka yang uk
banyak diikuti pemanah lain. Jadi ketegangan tak begitu besar,
sehingga Yana bisa mencapai skor tinggi." Tapi melihat postur
Yana yang bagus (tinggi 159 cm berat 53 kg), kekuatan fisik,
ketenangan, ketekunan dan kematangan emosinya, Donald yakin,
"Yana bisa menjadi pemanah kaliber dunia."
Ketekunan memang ciri Yana. Lagi pula, menurut Udi Harsono, "ia
tenang, tidak emosional dan tak mudah terpengaruh oleh
lingkungan. Dan sifat-sifat demikian memang diperlukan untuk
atlet panahan."
Di SEA Games Manila 1981) dan di invitasi Jepang, Yana memang
belum berhasil. Ia kemudian diperiksa di laboratorium penelitian
fisik milik KONI di Jakarta. Berdasarkan data yang ada,
pembinaan kemudian ditekankan: 70 persen fisik, 30 persen
teknis. Dan dua minggu menjelang Indonesia Terbuka, komposisi
pembinaan itu dibalik. Hasilnya: 6 rekornas pecah.
Tapi Yana sampai kini tetap belum bisa meramalkan masa depan
dirinya di olahraga panahan. Bersama dengan atlet TC Asian
Games, Donald Pandiangan, Tatang dan Suradi, ia tetap tekun
berlatih di lapangan Seskopol Lembang, Bandung. Rasa bosan
memang sering muncul di udara Lembang yang dingin itu. Tapi Yana
tetap bertekad "saya akan berlatih dan berlatih terus."
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini