Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Menggali emas di ciloto

Gedung pusat latihan yudo di ciloto, megah dan menarik, dibangun dengan harga Rp. 1 milyar. sekarang Indonesia berada di urutan ketiga setelah jepang dan korea. (or)

30 Oktober 1982 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

JEPANG sendiri, sebagai kampiun judo, tidak pernah melaksanakan pemusatan latihan secara tetus-menerus bertahun-tahun. Tetapi Indonesia rupanya lain. Terpencil di kaki- Gunung Pangrango, di daerah Ciloto, masuk sekitar 1 km dari jalan raya Jakarta-Bandung, dengan megah berdiri pusat latihan judo yang dibangun dengan harga Rp 1 milyar. Di situ sepanjang tahun, ditempa 20 pejudo (lima di antaranya wanita) asal Jakarta, Jawa Barat, Jawa tengah, Yogyakarta dan Sumatera Utara. "Kami menganggap training center sepanjang tahun jalan yang paling baik untuk meningkatkan prestasi," kata Sudjono, ketua bidang organisasi Pengurus Besar Persatuan Judo Seluruh Indonesia (PJSI). Sistem pemusatan latihan sepanjang tahun itu dimulai sejak 1979. Dan Ketua Umum PJSI, A.R. Soehoed rupanya terpesona melihat hasilnya. Dari 16 medali emas yang diperebutkan dalam SEA Games Manila (1981), Indonesia meraih 8 buah. Padahal dalam SEA Games yang berlangsung 1979 di Jakarta, hanya 5 emas yang diperoleh. "Kita sekarang berimbang dengan Taiwan," uiar Tony Atmajaya, ketua bidang pembinaan. Orang-orang judo Indonesia mengaku mereka sekarang berada di urutan ketiga, setelah Jepang dan Korea. Karena posisi yang membaik itu, Soehoed (Menteri Perindustrian) dengan dukungan beberapa bekas pejudo nasional memprakarsai pembangunan pusat latihan di Ciloto yang diresmikan 30 Oktober ini. Pada kesempatan itu pula dibuka kejuaraan judo "Piala Soehoed tahun 1982". Soehoed yang jangkung dan bersuara lembut itu agaknya punya daya pikat di kalangan pengusaha. Tak kurang dari 40 perusahaan, mulai dari pabrik mobil semen, sampai rokok kretek, menyumbangkan dana untuk pembangunan pusat latihan yang berdiri di atas tanah 7 000 meter persegi. Gelanggang judo pusat latihan itu bisa menampung 200 penonton. Ada pula gedung berlantai 3, yang sebagian buat asrama 100 pejudo. Ada warung kopi (coffee shop), sauna, tempat mandi furo (mandi khas Jepang) dan poliklinik. Di bawah lindungan pohonpohon pinus menunggu pula 12 cottage --dan kawasan itu dinamakan Lembah Pinus. Segala sesuatunya dibuat menarik, supaya pejudo betah. Ada guru les untuk mengejar ketinggalan pelajaran di sekolah. Malahan ada pejudo yang semula buta huruf, berhasil memberantas BH-nya di situ. Sedangkan buat mereka yang masih bersekolah di SMP atau SMA diantarjemput dengan mobil. Mungkin karena daya pikat itu., beberapa pejudo yang duduk di perguruan tinggi rela meninggalkan bangku kuliah. Tapi ada juga yang menolak. Terutama mereka yang sudah berkeluarga. "Membosankan," kata Yono Boediono. Tanpa masuk ke pemusatan latihan itu ia juara dalam kejurnas di Surabaya, Agustus lalu. Sebab seorang pejudo bisa terus tinggal di sana sepanjang dia masih dapat berprestasi dan betah berpisah dengan keluarga bagi yang sudah punya anak-istri. Pemusatan latihan menahun itu menghabiskan dana sekitar Rp 2 juta per bulan, berasal dari sumbangan berbagai perusahaan. "Tapi 'kan belum tentu lancar kalau Pak Soehoed tak lagi jadi menteri!" cetus Fanny Setiawan, ketua bidang dana PB PJSI. Agaknya untuk berlatih membiayai sendiri, Yayasan Penggemar Judo Indonesia (didirikan Soehoed 1981) yang menjadi pemilik kompleks judo itu berniat menyewakan fasilitas peristirahatan yang ada di situ.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus