Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Event

Auditorium Mochtar Riady Jadi Saksi Suksesnya 'Bernalar Berdaya x Neo Historia'

'Bernalar Berdaya x Neo Historia' sukses menginspirasi sekitar dua ratus peserta.

3 Juli 2024 | 14.16 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Bernalar Berdaya x Neo Historia di Kampus FISIP UI, Depok

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Info Event - Di Auditorium Mochtar Riady, Kampus FISIP UI, Depok, acara ‘Bernalar Berdaya x Neo Historia’ sukses menginspirasi sekitar dua ratus peserta. Kolaborasi antara Muda Berdaya dan Neo Historia ini mengusung tema ‘Belajar, Sejarah, Masa Depan Cerah,’ dengan tujuan menghidupkan kembali minat sejarah di kalangan generasi muda melalui pendekatan yang menyenangkan.

Ryan Batchin, co-founder Muda Berdaya, dan Daniel Limantara, founder Neo Historia, membuka acara dengan menggarisbawahi pentingnya sejarah dalam kehidupan sehari-hari. “Sejarah berada di keliling kita. Apa yang kita rasakan hari ini adalah konsekuensi dari masa lalu. Kami berdiri untuk mengembalikan sejarah ke masyarakat, agar kembali dipelajari dan menjadi bagian penting dari kehidupan kita,” kata Daniel.

Membuka Jendela Sejarah dengan Petualangan Narasi

JJ Rizal, sejarawan dari Universitas Indonesia, membuka narasi dengan mengajak semua untuk merenungkan bagaimana pemuda dengan semangat dan keberanian selalu menjadi motor perubahan. Ahwy Karuniyado dari Hipotesa Media mengkritisi kebiasaan generasi muda yang lebih suka menghabiskan waktu di media sosial ketimbang membaca, menggugah kesadaran akan pentingnya literasi dan empati di dunia maya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Leonard Alden dari Inspect History membahas pentingnya toleransi dalam memahami sejarah, mengajak peserta melihat sejarah sebagai pelajaran tentang toleransi dan inklusivitas. Sesi beliau membangkitkan partisipasi aktif dari peserta dengan melibatkan mereka dalam roleplay interaktif.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Asep Kambali, Presiden Asep Sedunia dan pendiri Komunitas Historia, menekankan pentingnya sejarah sebagai fondasi masa depan bangsa. Beliau mengkritik kurangnya penghargaan terhadap sejarah di Indonesia dibandingkan negara lain, seperti Amerika Serikat, di mana calon senator harus lulus tes sejarah. Asep mengingatkan bahwa Indonesia perlu menjaga persatuan melalui pemahaman sejarah, serta menyoroti pentingnya 3S: sehat, semangat, dan silaturahim dalam membangun masa depan yang sukses.

Guru Gembul, dengan pengetahuan mendalam dan humor khasnya, membuka wawasan peserta tentang bagaimana sejarah mempengaruhi identitas dan politik suatu wilayah. Beliau membahas konflik Israel-Palestina yang telah berlangsung selama 4.000 tahun, menyoroti bagaimana sejarah kawasan tersebut membentuk identitas mereka dan terus mempengaruhi politik saat ini.

Menghadirkan Perspektif Baru tentang Sejarah di Ruang Dialektika

Dalam sesi “Ruang Dialektika” yang dipandu oleh Stevie Thomas dari Muda Berdaya, narasumber Dr. Bondan Kanumoyoso dan San Tobias dari Pinter Politik membahas "Urgensi Menguak Sejarah," dengan topik peristiwa G30S yang menjadi isu utama dalam sejarah kebangsaan. Dr. Bondan menekankan pentingnya melihat sejarah dari berbagai perspektif, sementara San Tobias menyoroti pentingnya menghilangkan dugaan tak berdasar dalam memahami sejarah.

Pada topik kedua, "Pribumi, Makna & Relevansinya," Dr. Bondan berpendapat bahwa istilah "Pribumi" tidak relevan lagi karena semua etnis di Indonesia hidup berinteraksi dan bersatu dalam identitas bangsa Indonesia. San Tobias menambahkan bahwa istilah "Pribumi" sebaiknya diganti dengan "orang Indonesia" untuk mencerminkan semangat sumpah pemuda.

Menjelajahi Mitos dalam Sejarah

Dalam dua sesi terakhir, peserta diajak menggali mitos dan legenda yang melekat pada masyarakat Indonesia. Fajar Aditya memaparkan mengenai mitos Gunung Kemukus, mengisahkan bagaimana mitos dapat mempengaruhi pola sosial dan ekonomi masyarakat. Meskipun era teknologi telah maju, mitos seperti "pohon keramat" atau "Nyi Roro Kidul" masih memiliki dampak besar, menjadi bagian dari struktur kebudayaan setempat. Fajar menjelaskan bahwa mitos dipertahankan untuk alasan tertentu seperti motif ekonomi.

Hanafi Wibowo dari Neo Historia menutup acara dengan membahas "Genderuwo: Hantu yang Tak Lekang oleh Zaman." Hanafi menjelaskan bagaimana genderuwo, entitas mistis yang telah ada sejak era Hindu-Buddha, menjadi bagian dari kebudayaan dan politik Indonesia. Menurut Hanafi, penting untuk mencari kebenaran di balik cerita-cerita mistis dan melihatnya dari berbagai sudut pandang untuk mendapatkan pemahaman yang utuh.

Dengan suksesnya acara ini, diharapkan Bernalar Berdaya x Neo Historia dapat terus menginspirasi dan mendidik generasi muda Indonesia tentang pentingnya sejarah sebagai fondasi masa depan yang lebih cerah. (*)

Yefri

Yefri

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus