Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ragam

Bahaya Makan Gorengan saat Berbuka bagi Penderita Maag

Gorengan mengandung kadar lemak tinggi yang dapat memperlambat proses pencernaan dan pengosongan lambung.

1 Maret 2025 | 10.00 WIB

Ilustrasi gorengan. Shutterstock
Perbesar
Ilustrasi gorengan. Shutterstock

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Gorengan sering menjadi pilihan favorit saat berbuka puasa karena rasanya yang gurih dan teksturnya yang renyah. Namun, bagi penderita maag, konsumsi gorengan secara berlebihan dapat menimbulkan risiko kesehatan, terutama pada lambung.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dokter spesialis gizi klinik lulusan Universitas Hasanuddin, Makassar, Yasmin Syauki, mengingatkan bahwa penderita maag atau nyeri ulu hati perlu berhati-hati dalam mengonsumsi makanan berminyak ini saat berbuka puasa.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Menurut dia, gorengan mengandung kadar lemak tinggi yang dapat memperlambat proses pencernaan dan pengosongan lambung. Kondisi ini berisiko meningkatkan produksi asam lambung yang dapat memperburuk gejala maag seperti perut kembung, nyeri ulu hati, hingga sensasi terbakar di dada akibat refluks asam.

“Sebaiknya hanya mengonsumsi satu paling banyak dua setelah minum air putih, sehingga asam lambung yang mulai diproduksi tidak berlebihan, terutama untuk yang menderita riwayat nyeri ulu hati," kata Yasmin pada 19 Maret 2024 seperti dikutip dari Antara.

Ia menyarankan agar saat berbuka puasa, hal pertama yang dilakukan adalah minum air, karena selama puasa tubuh mengalami penurunan kadar cairan. Terlebih jika berpuasa di daerah dengan suhu tinggi, sebaiknya berbuka diawali dengan minuman, baik air mineral maupun minuman manis, namun dalam jumlah yang tidak berlebihan.

Sering kali masyarakat memilih minuman manis seperti teh dan mengonsumsi kudapan yang juga mengandung gula saat berbuka. Menurut Yasmin, hal ini diperbolehkan, tetapi sebaiknya dibatasi hanya satu gelas minuman manis atau satu potong kue saja untuk menjaga keseimbangan asupan gula dan menghindari lonjakan kadar gula darah yang berlebihan.

“Biasanya yang manis adalah makanan selingan atau kue atau minuman ringan, ini harus dibatasi, makan satu atau dua kue saja, minum tidak berlebihan tidak lebih dari satu gelas ukuran sedang,” ujar dia.

Yasmin menjelaskan bahwa berbuka puasa dengan makanan dan minuman ringan bertujuan untuk segera mengembalikan kadar cairan dan gula darah yang menurun selama berpuasa. Namun, konsumsi tersebut tidak boleh berlebihan, karena tubuh juga memerlukan asupan makanan utama yang akan dikonsumsi pada malam hari untuk memenuhi kebutuhan nutrisi secara optimal.  

Setelah berbuka, Yasmin menyarankan untuk segera melakukan aktivitas ringan, seperti shalat, guna mencegah lonjakan gula darah yang terlalu cepat.  

Untuk makan malam, dianjurkan mengonsumsi makanan dengan kandungan gizi lengkap dalam porsi besar, yang mencakup karbohidrat, protein, dan lemak. Sementara saat sahur, asupan zat gizi tetap perlu diperhatikan, tetapi dengan porsi yang lebih seimbang agar tidak membebani pencernaan dan tetap memberikan energi yang cukup untuk menjalani puasa sepanjang hari.

“Ketika sudah buka puasa dan jam makan sebaiknya mengkonsumsi cairan air putih lebih sering, dan mencukupkan zat gizi karbohidrat, protein dan lemak saat jam makan,” jelasnya.

Ia juga menyarankan bahwa mengonsumsi suplemen bisa menjadi pilihan yang tepat untuk membantu meningkatkan daya tahan tubuh, terutama jika seseorang merasa bahwa aktivitas yang akan dijalani selama bulan puasa cukup padat atau menguras energi. 

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus