Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ragam

3 Tempat Wisata Religi di Jakarta Selatan

Berikut tiga tempat wisata religi di Jakarta Selatan yang bisa dikunjungi sambil menunggu waktu berbuka puasa.

20 April 2022 | 10.50 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Masjid Hidayatullah terlihat dari sisi luar. Foto: Maria Fransisca Lahur

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Ngabuburit adalah salah satu tradisi yang identik dengan bulan Ramadan. Ngabuburit atau tradisi menunggu berbuka puasa ini biasanya diisi dengan berbagai macam kegiatan mulai dari jalan-jalan keliling kota, berburu takjil, melakukan kegiatan sosial, atau sekadar berkumpul bersama kerabat. Bagi Anda yang berdomisili di Jakarta Selatan, ada beberapa tempat yang bisa dijadikan tempat ngabuburit sambil wisata religi. Berikut tiga tempat yang bisa dikunjungi untuk berwisata religi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

1. Mesjid Hidayatullah di Kuningan

Mesjid ini dibangun pada tahun 1741-1747. Berada di atas tanah yang diberikan oleh seorang tuan tanah Belanda. Awalnya tanah memiliki luas 3.000 meter persegi. Namun, karena situasi luas tanah menyusut. Tanah di sekitarnya menjadi jalan dan akhirnya tersisa 1.600 meter persegi.

Arsitektur bangunan mesjid merupakan akulturasi dari Chinese, Hindu, Jawa dan Betawi. Pada bagian menara bergaya Persia. Jika dilihat sekilas, wujud bangunan tidak seperti mesjid yang selama ini kita temui, karena tidak ada kubah.

Menara mesjid ada 2 buah yang melambangkan 2 kalimat syahadat. Selain itu, terdapat 8 pilar yang melambangkan 5 rukun Islam dan 3 sikap pribadi muslim.  Sekedar perbandingan, di Mesjid Istiqlal memiliki 12 pilar yang melambangkan hari lahirnya Nabi Muhammad.

Sehubungan dengan nama Hidayatullah, diceritakan jauh sebelum mesjid dibangun lokasi ini adalah tempat persinggahan Sultan Syarif Hidayatullah yang lebih dikenal dengan Sunan Gunung Jati.

Mesjid yang sudah berusia ratusan tahun ini belum menjadi cagar budaya namun masuk sebagai objek diduga cagar budaya. Bangunan sempat direnovasi pada tahun 1921, 1948, 1972, 1983  dan 1986.

Pada komplek mesjid terlihat banyak makam. Menurut keterangan, peristirahatan terakhir tersebut diisi oleh para pejuang. Saat masa penjajahan, mesjid ini sempat menjadi tempat persinggahan untuk mengintai tentara Belanda. Pasokan senjata berasal dari Karawang dan Cikampek singgah di mesjid sebelum dibawa ke Batavia.

Pada hari kerja, pekerja kantoran yang berlokasi di sekitar mesjid banyak yang berdoa di sana. Menurut petugas yang berjaga di mesjid tersebut, mesjid kerap didatangi supir taxi, supir ojek online dan musafir untuk melepas lelah dan berdoa.

 

2. Makam Keramat Habib Kuncung

Habib Kuncung memiliki nama asli Habib Ahmad Bin Alwi Al Haddad. Ia adalah saudagar berasal dari Yaman. Awal perjalanannya karena mendapat mimpi untuk menyebarkan agama Islam di Pulau Jawa. Akhirnya, ia melepas usahanya dan pergi meninggalkan tanah kelahirannya.

Ia sempat mampir ke Temasek (Singapura sekarang), Makassar dan beberapa kota lainnya. Di Makassar, oleh penguasa di sana, ia diberi sebuah topi. Topi yang berwujud kuncung inilah yang membuatnya memiliki julukan Habib Kuncung.

Di Hindia Belanda, ia belajar agama pada Habib Abdurrahman bin Abdullah Al Habsy (Kwitang), Habib Husein bin Abu Bakar Alaydrus (Luar Batang) dan Habib Abdullah Muhsin Al Attas (Bogor). Makam Habib Kuncung berada dalam satu kawasan dengan Masjid At-Taubah di Jalan Rajawali Timur, Pancoran, Jakarta Selatan,

Pengurus makam dapat memberi penjelasan bagi pengunjung yang menginginkan informasi seputar Habib Kuncung. Di kompleks pemakaman, ada bangunan lain menjual buku islami, sarung, kopiah, stiker menggunakan huruf Arab dan cemilan.

 

3. Mesjid Babah Alun Desari

Mesjid ini memiliki keunikan dengan adanya nuansa Cina. Secara keseluruhan bangunan memiliki dominan warna hijau, merah dan putih. Lokasi di Kecamatan Cilandak, Jakarta Selatan, tepatnya di sebelah Tol Jakarta – Depok. Jadi, saat melintas di tol melihat sebuah bangunan berwarna seperti klenteng, tapi memiliki kubah, itulah Mesjid Babah Alun Desari.

Mesjid ini dibangun oleh Muhammad Jusuf Hamka dan diresmikan pada Agustus 2020 bertepatan pada Tahun Baru Islam 1442 Hijriah. Pada area seluas 450 meter persegi terdapat tiga bangunan utama yaitu bangunan mesjid, minimarket dan gedung serbaguna.

Minimarket yang bernama Pojok Halal menyediakan produk-produk makanan dan minuman halal dengan harga terjangkau. Pada salah satu dinding yang menghadap keluar tertulis kalimat dengan ukuran yang cukup besar. “Pribumi yang sebenarnya adalah: warga negara yang cinta tanah air Indonesia. Yang sayang Rakyat Indonesia. Yang bersumpah menyatakan NKRI harga mati. Persatuan Indonesia Harga Pasti! Babah Alun.”

 

Maria Fransisca Lahur

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus