Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Hari akhir atau kiamat merupakan hari dibangkitkannya umat manusia dari alam kubur untuk mempertanggungjawabkan perbuatan masing-masing selama hidup di dunia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Umat Islam harus percaya dan meyakini bahwa hari akhir pasti datang sebagaimana firman Allah, salah satunya dalam Al-Qur’an surah Al-Hajj ayat 7.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Melansir Buku Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Kelas IX Sekolah Menengah Pertama (2019), mengimani datangnya hari kiamat merupakan rukun iman yang kelima. Lantas, hari pertimbangan amal manusia disebut apa?
Hari Penimbangan Amal Manusia
Hari ditimbangnya amal manusia dinamakan yaumul mizan. Arti kata mizan sendiri adalah timbangan, sedangkan secara harfiah, yaumul mizan adalah hari ditimbangnya amal perbuatan manusia dari yang terkecil hingga terbesar.
Amal baik dan amal buruk manusia kelak akan ditimbang pada timbangan keadilan. Iman kepada yaumul mizan tersebut sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur’an surah Al-Anbiya’ ayat 47.
Artinya: “Dan Kami akan memasang timbangan yang akurat pada hari kiamat, maka tidak ada seorang pun yang dirugikan meski sedikit, sekalipun hanya seberat biji sawi, pasti Kami mendatangkannya (pahala). Dan cukuplah Kami yang membuat perhitungan.”
Fase Kehidupan di Akhirat
Selain yaumul mizan, menurut cendikia.kemenag.go.id, terdapat enam tahapan hari akhir, meliputi:
Yaumul Qiyamah (Hari Kehancuran)
Pada fase yaumul qiyamah, bumi dan alam semesta akan hancur atas izin Allah. Pada hari itu, makhluk hidup, termasuk manusia akan meninggal dunia untuk mempertanggungjawabkan seluruh perbuatannya sewaktu hidup di bumi.
Yaumul Ba’as (Hari Kebangkitan)
Yaumul ba’as terjadi ketika Allah memerintahkan malaikat Israfil untuk meniup sangkakala yang keduakalinya. Manusia yang sudah beratus-ratus tahun lamanya meninggal dunia, sehingga menjadi tulang-belulang di dalam kubur, akan dihidupkan kembali oleh Allah untuk menerima balasan dari perbuatannya.
Yaumul Mahsyar (Hari Perkumpulan)
Pada tahap yaumul mahsyar atau yaumul hasyr, seluruh manusia akan dikumpulkan di suatu tempat yang luas. Di tempat tersebut, matahari berada sejengkal di atas kepala, sehingga tidak ada yang dapat memberikan pertolongan, kecuali amal baik manusia ketika hidup.
Yaumul Hisab (Hari Perhitungan)
Pada hari perhitungan, manusia tidak bisa berdusta atas semua amal perbuatan yang pernah dilakukannya. Mulut terkunci, sedangkan tangan dan kaki akan berbicara sebagai saksi sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur’an surah Yasin ayat 65.
Yaumul Mizan (Hari Penimbangan)
Di hari penimbangan, perbuatan baik dan perbuatan buruk manusia akan ditimbang. Manusia harus mempertanggungjawabkan seluruh perbuatannya kepada Allah.
Yaumul Jaza (Hari Pembalasan)
Di hari pembalasan, manusia yang melakukan perbuatan baik selama hidupnya akan mendapat kebaikan, sebaliknya, perbuatan buruk akan menerima siksaan.
Pada fase yaumul jaza atau yaumul ad-din tersebut, manusia yang timbangan amal baiknya lebih ringan akan mendapatkan balasan neraka hawiyah atau neraka yang panas.
Amalan untuk Memperberat Timbangan Kebaikan
Melansir laman Nahdlatul Ulama (NU), Nabi Muhammad telah menawarkan berbagai amalan yang dapat memperberat timbangan kebaikan saat yaumul mizan. Amalan-amalan tersebut mulai dari yang terberat hingga teringan, yaitu:
Berakhlak Mulia
Rasulullah pernah bersabda bahwa berakhlak mulia menjadi salah satu amalan yang dapat memperberat timbangan kebaikan. Akhlak yang baik termasuk amalan yang paling berat timbangannya.
“Sesungguhnya di antara amalan yang paling berat dalam timbangan amal di hari kiamat adalah berakhlak mulia.” (HR Ath-Thabrani)
Mengucap Kalimat Thayyibah
Diriwayatkan, ketika timbangan amal di hari kiamat dipasang, didatangkanlah seorang pria. Setelah amal perbuatannya ditimbang, diputuskan bahwa dia masuk neraka. Namun, terdengar perintah dari Allah.
“Janganlah kalian tergesa-gesa, karena masih ada satu amal lagi yang tersisa untuknya.” Kemudian, datanglah satu lembaran yang berisi tulisan “lailahailallah”. Setelah lembaran itu ditambahkan, maka bertambah beratlah amal kebaikannya. Demikian bunyi hadis riwayat Ahmad dalam Musnad-Nya dari ‘Amru bin Al-Ash.
Bertasbih, Tahmid, dan Takbir Setelah Salat
Rasulullah juga pernah bersabda bahwa amalan yang sangat ringan, tetapi berat dalam timbangan di yaumul mizan adalah selalu bertasbih, membaca tahmid, dan takbir setelah salat.
Artinya: “Dua amalan yang tidak dihitung (dijaga) oleh seorang muslim, kecuali akan masuk surga. Dua amalan itu sangat sederhana, tetapi orang yang menunaikannya sedikit. Ditanya oleh para sahabat, ‘Amalan apa itu, wahai Rasulullah?’ Beliau menjawab, ‘Salah seorang kalian bertasbih sepuluh kali, membaca tahmid sepuluh kali, dan takbir sepuluh kali setiap sesudah salat. Jadi, totalnya 150 kali (30 x 5 waktu salat fardu) dalam lisan, tetapi jadi 1.500 kali dalam timbangan amal’.” (HR Ibnu Majah, At-Tirmidzi, dan lain-lain).