Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Masjid Al Aqsa kembali diserang secara brutal oleh kepolisian Israel pada Rabu, 5 April 2023. Polisi Israel mengamankan sekitar 500 orang untuk dimintai keterangan. Berbagai negara termasuk Indonesia mengutuk keras aksi dan perbuatan yang merugikan berbagai pihak.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Kementerian Luar Negeri RI Retno L.P. Marsudi menuturkan, serangan Israel kepada Negara Palestina menyakiti perasaan umat di seluruh dunia. Sebab, serangan Israel berlangsung pada bulan Ramadan yang melanggar prinsip agama.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Lantas apa yang menyebabkan Masjid Al Aqsa diperebutkan?
Melansir dari Reuters, Al Aqsa merupakan masjid yang terletak di jantung kota Yarussalem, berada di bukit orang Yahudi yang biasanya dipanggil orang Yahudi dengan Har ha-Bayit atau Temple Mount. Letak Al Aqsa juga menghadap tempat peribadatan bagi orang Yahudi dan Kristen.
Masjid Al-aqsha dibangun ada abad ke-8 Masehi, Ulama dari Ibnu Katsir, Ath-Thabari, dan Al Qurthubi mengatakan jika Masjid Al Aqsa dibangun atas perintah Allah. Namun, ada mayoritas pendapat yang mengatakan bahwa Masjid Al Aqsa dibangun sejak Nabi Adam. Di tempat itu pula, Nabi Muhammad menerima wahyu yang dikenal dengan peristiwa Isra Miraj.
Sementara, tempat peribadatan orang Yahudi dibangun pada 3000 tahun lalu, namun kuil kedua dihancurkan pasukan Romawi. Orang Yahudi percaya Raja Salmono atau Sulaiman adalah orang yang pertama kali membangun kuil tempat peribadatan tersebut, dikabarkan dari cbc.com
Dari kondisi itu, Kebudayaan PBB dan UNESCO menetapkan kompleks seluas 35 hektare yang disebut sebagai al-Harram al-Sharif-tempat suci umat Islam, dan temple mount, tempat peribadatan orang Yahudi sebagai situs warisan dunia, dengan tujuan memberikan rekognisi dan toleransi kepada masing-masing agama.
Rekognisi itu diwujudkan pada 1947, PBB merencanakan untuk memisah Palestina menjadi dua negara, satu untuk Yahudi dan satu untuk Palestina dengan memberikan 55 persen tanah kepada Yahudi dan 45 persen tanah untuk Palestina. Dari kebijakan itu, pada 1948 perang Arab-Israel pecah. Israel mendeklarasikan kenergaraan dengan merebut tanah dari Palestina.
Bahkan pada 1967, Israel melakukan deportasi secara diam-diam kepada warga Palestina. Israel membangun permukiman illegal dengan jumlah 200.000 orang serta menghancurkan rumah warga Palestina. Dikutip dari cbc.com, status quo masih dipertahankan oleh Israel dengan melakukan peribadatan dengan terbuka.
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “http://tempo.co/”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.