Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Kabar

Quraish Shihab: Idul Fitri Bukanlah Hari Kemenangan

Ahli tafsir Quraish Shihab meluruskan makna Idul Fitri yang selama ini dianggap sebagai hari kemenangan. Menang melawan siapa?

19 Mei 2021 | 13.03 WIB

Umat muslim bersiap menunaikan ibadah Shalat Idul Fitri 1442 H di Kawasan Pasar Senen, Jakarta Pusat, Kamis, 13 Mei 2021. Umat muslim di seluruh Indonesia melaksanakan shalat Idul Fitri 1442 H secara berjamaah di tengah pandemik COVID-19. TEMPO / Hilman Fathurrahman W
Perbesar
Umat muslim bersiap menunaikan ibadah Shalat Idul Fitri 1442 H di Kawasan Pasar Senen, Jakarta Pusat, Kamis, 13 Mei 2021. Umat muslim di seluruh Indonesia melaksanakan shalat Idul Fitri 1442 H secara berjamaah di tengah pandemik COVID-19. TEMPO / Hilman Fathurrahman W

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Setelah menjalani puasa satu bulan penuh dalam bulan ramadan, umat islam memasuki bulan syawal. Di mana seluruh umat islam akan merayakannya pada hari raya Idul fitri. Ahli tafsir Quraish Shihab menyebut ada salah kaprah di kalangan umat yang menilai Idul Fitri sebagai hari kemenangan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Sudah sepatutnya umat muslim menyambut haru raya Idul Fitri dengan penuh suka cita, sebagai bentuk rasa syukur seutuhnya karena takwa dan amal saleh.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Namun, pemaknaan hari raya inipun mengalami pergeseran makna. Ada yang menjadikan hari raya setelah satu bulan puasa sebagai hari balas dendam. Ada juga menganggap hari setelah Ramadan merupakan hari kebebasan. Ada juga yang  menyebut Idul Fitri sebagai kemenangan.

Dilansir dari laman resmi NU Online, penyebutan istilah hari kemenangan dalam perayaan Idul Fitri memiliki makna yang seharusnya diluruskan. Hal tersebut dikatakan oleh Pendiri Pusat Studi Qur’an, Quraish Shihab, menurutnya ada ketidaksesuaian dalam pengartian hari kemenangan itu sendiri. Pasalnya, arti dari kemenangan secara umum merupakan istilah yang diberikan kepada seseorang yang berhasil dalam persaingan.

"Saya bertanya kemenangan terhadap siapa ini? Siapa yang Anda lawan sehingga mengumumkan bahwa Idul Fitri itu hari kemenangan? Menang melawan nafsu Anda? Menang melawan setan? Apa benar itu?" kata Prof Quraish dalam podcast miliknya yang diunggah pada Rabu 12 Mei 2021 lalu.

Menurut Quraish Shihab, ada kekeliruan terhadap penyebutan Idul Fitri sebagai hari kemenangan, karena selema ini penyebutan tersebut merujuk dengan memahami lafad Faizin yang berarti menang. Karena pada zaman Nabi pengucapannya berupa lafal Taqabbalallahu minna wa minkum,

Untuk menafsirkan hari raya Idul  Fitri sebagai hari kemenangan dari karena telah berhasil melewati kebelengguan hawa nafsu.

Padahal perjuangan melawan nafsu, bertempur melawan setan tidaklah ada hentinya, kecuali setelah kematian.

"Bisa jadi Anda menduga diri Anda menang padahal sebenarnya Anda sudah kalah, setan itu sangat pandai, Al-Qur'an menyebutnya memperindah yang buruk," terangnya.

Prof Quraish menyampaikan, terdapat beberapa tingkatan level setan untuk menganggu manusia. Bahkan, Rasululullah Muhammad SAW yang mendapat predikat maksum, dikutip dari ayat surat al-Araf, beliau tak luput dari godaan setan sehingga, ia meminta pertolongan agar terhindar dari godaan setan kepada Allah. 

"Jadi kita belum menang ini, kita masih berjuang terus. Kenapa hari kemenangan? Kita belum menang," tuturnya.   

Mufasir lulusan Universitas Al-Azhar ini menjelaskan, agar jangan pernah menduga Idul Fitri merupakan hari kemenangan.  Sebab makna Idul Fitri sebagai hari kemenangan, dapat menjadikan seseorang berleha-leha, dan menimbulkan perasaan bangga.

Ia mengajak umat Islam merenungkan kembali makna minal'aidzin wal faizin. Di mana sebenarnya Rasulullah menyampaikannya melalui sebuah doa berlafaz Taqabbalallahu minna wa minkum yang berarti menerima segala peribadahan pada bulan Ramadhan.   

"Jadi Rasulullah itu mengajarkan kita berdoa semoga Allah menerima. Jangan pernah yakin bahwa amalan Anda sudah diterima oleh Allah. Kalau kita tidak yakin seperti itu kita jangan yakin bahwa menang," ujarnya.

Dalam  Al-Quran dijelaskan bahwa setan mengalir bak darah di tubuh manusia tanpa terasa melalui perbuatan-perbuatan kecil yang tak nampak, seperti riya dan sum'ah. Maka dari itu, Quraish Shihab mengimbau agar senantiasa membentengi diri dengan tidak memuji diri secara berlebihan termasuk setelah Idul Fitri.

WILDA HASANAH

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus