Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sains

Pemenang Olimpiade Astronomi 2023 Jadi Penjaga Teleskop pada Pengamatan Super Blue Moon

Planetarium memfasilitas warga yang ingin mengamati Blue Moon dan Saturnus dengan 10 teleskop.

31 Agustus 2023 | 13.46 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Pengamatan fenomena langit Super Blue Moon dan Saturnus yang diadakan oleh Planetarium dan Observarium Jakarta menarik minat ratusan warga. Planetarium memfasilitas warga yang ingin mengamati benda langit tersebut dengan 10 teleskop.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Acara yang berlangsung pada pukul 19-22.00 WIB hari Rabu, 30 Agustus 2023, di Plaza Teater Jakarta, Taman Ismail Marzuki Jakarta, itu dibantu oleh klub astronomi binaan Planetarium Jakarta, Himpunan Astronomi Amatir Jakarta (HAAJ) serta organisasi turunannya seperti Forum Pelajar Astronomi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Forum Pelajar Astronomi adalah bentukan para alumni peserta olimpiade astronomi. Salah satu penjaga teleskop, Bryan Herdianto, adalah pelajar SMAS Kanisius DKI Jakarta yang meraih medali perunggu dan juga Best International Team pada International Olympiad on Astronomy and Astrophysics (IOAA) pada 10-20 Agustus 2023 di Chorzów, Polandia.

“Senang jadi penjaga karena ilmu astronomi yang dipelajari bisa berguna untuk membantu sesama,” kata Bryan setelah selesai bertugas melayani warga. Menjadi penjaga teleskop dan melayani warga seputar astronomi sudah dilakukannya tiga kali, yaitu saat gerhana bulan 2022, pengamatan malam benda langit dan pengamatan Super Blue Moon.

Ketertarikan pada Astronomi

Awalnya Bryan memilih astronomi karena pindah haluan bidang saat mengikuti olimpiade sains nasional. Saat kelas 10, ia mendengar tentang olimpiade sains nasional dan tertarik ikut ke bidang komputer.

“Tapi, setelah melihat soal di tingkat provinsi, saya sadar kalau terlalu susah,” jelasnya. Ia melihat temannya ikut OSN astronomi, dan kemudian tertarik untuk mempelajarinya. Ia mengaku belajar dari saluran YouTube yang mengajarkan tentang astronomi, terutama olimpiadenya. Selain itu, ia juga mempelajari soal-soal tahun lalu dari tingkat kabupaten, provinsi dan nasional.

Saat lomba, menurutnya, soal observasi merupakan soal yang paling sulit. Hal ini karena observasi memunculkan soal-soal sangat berbeda dari tahun-tahun lalu. Observasinya tidak melihat bintang di langit malam, tetapi melihat gambar terang yang diletakkan di ruangan yang gelap. “Dengan metode tersebut, soal-soal yang dimunculkan bisa lebih variasi,” jelasnya.

Saat ini, Bryan telah diterima di UI jurusan teknik komputer. Ia tidak mendalami astronomi karena  merasa sudah cukup. Di teknik komputer ia sudah memiliki berbagai angan-angan. “Dengan teknik komputer kita bisa membuat alat sesuai kebutuhan kita, misalnya dikaitkan astronomi,” jelasnya.

Menurutnya, Indonesia masih kurang sekali produksi satelit. Ia berharap dengan jurusan pilihannya dapat dikaitkan, seperti membuat program atau barang elektroniknya.

Sementara itu, Planetarium Jakarta juga telah bekerja sama dengan Forum Pelajar Astronomi (FPA) untuk memfasilitasi beberapa anggota timnas olimpiade Indonesia yang bertanding di Polandia untuk melakukan pelatihan observasi langit selama lima hari pada bulan Juli 2023. Saat itu siswa mempelajari teleskop yang dipasang di luar gedung Teater Jakarta.

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus