Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Paris - Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) tentang Teknologi Kecerdasan Buatan (Artificial Intelligence atau AI) di Paris, Prancis, dimulai hari ini, Senin 10 Februari 2025. Sebagai tuan rumah, pemerintah Prancis mengharapkan forum ini membawa narasi baru soal inklusivitas teknologi untuk kepentingan bersama, saat percakapan publik soal AI didominasi narasi ancaman akan risiko eksistensial AI untuk manusia dan persaingan global perusahaan teknologi AI dari Amerika Serikat dan Cina.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Kami ingin memulai percakapan global yang lebih menekankan manfaat yang bisa diberikan AI untuk menjawab berbagai masalah di dunia saat ini, tak melulu soal risiko AI untuk manusia," kata Anne Bouverot, utusan khusus Presiden Prancis Emmanuel Macron, yang mendapat mandat menyelenggarakan Action AI Summit ini, pada sesi pembukaan di museum Grand Palais, tepat di jantung kota Paris.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dalam sesi khusus untuk pers, dua hari sebelumnya, Anne Bouverot, yang juga dikenal sebagai peneliti dan enterprenur di bidang teknologi, menjelaskan bahwa KTT Kecerdasan Buatan sebelumnya, yang digelar pertama kali di Inggris (2023) dan Korea Selatan (2024), terlampau berfokus pada risiko dan dampak buruk AI untuk manusia.
"Karena itu, kami menambahkan kata 'Action' di judul KTT ini menjadi 'AI Action Summit' karena Prancis ingin mendorong percakapan ke arah implementasi AI untuk kebaikan bersama, tak hanya soal risiko dan prosedur keselamatan," kata Anne.
Menurut Anne, KTT kali ini dirancang seinklusif mungkin dengan mengundang lebih dari 800 peserta dari 100 negara di dunia, yang mewakili akademisi, media, pemerintah, masyarakat sipil, dan perusahaan swasta. Dia menilai kalau sebelumnya, banyak negara merasa hanya akan jadi konsumen di era AI.
"KTT ini akan menjadi momen bersejarah agar teknologi ini bisa dikembangkan dan dimanfaatkan bersama," katanya sambil menambahkan, "Mari membangun poros inovasi yang terdesentralisasi di seluruh dunia karena perkembangan teknologi AI adalah tanggung jawab kita bersama."
KTT Aksi Kecerdasan Buatan (AI) di Paris, Prancis, 10 Februari 2025. Reuters/Benoit Tessier
Setelah sesi pembukaan, ilmuwan komputer dari Stanford University di Amerika Serikat, Fei-Fei Li, memberikan pidato kunci yang menekankan pada pentingnya merumuskan tata kelola yang efektif untuk memastikan perkembangan AI yang berpusat pada manusia. Fei-Fei adalah ilmuwan yang risetnya dengan ImageNet pada 2012 menjadi dasar perkembangan teknologi AI.
Dia menjelaskan bahwa ada tiga variabel utama dalam perkembangan teknologi AI, yakni: algoritma, data dan kekuatan komputasi. Ketiganya sama penting dan tidak boleh dimonopoli oleh satu kekuatan tertentu di dunia. "Kita harus mendorong agar AI menjadi action machine, bukan cuma thinking machine, dan menggunakannya untuk kepentingan publik," katanya.
Tata kelola global untuk AI, menurut Fei-Fei, harus menekankan pada sains, aplikasi yang pragmatik, dan penguatan ekosistem. "Jangan membuat aturan berdasarkan ketakutan akibat fiksi sains semata," katanya lagi.