Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Sains

29 Ilmuwan Internasional Ini Menjadi Mentor Peneliti Muda Indonesia

The Conversation Indonesia mengumumkan 29 ilmuwan yang akan menjadi mentor untuk dukung peneliti muda Indonesia menjadi pemimpin sains kelas dunia.

13 Agustus 2022 | 19.31 WIB

29 ilmuwan internasional dalam Science Leadership Collaborative 2022/2023. Istimewa
Perbesar
29 ilmuwan internasional dalam Science Leadership Collaborative 2022/2023. Istimewa

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - The Conversation Indonesia mengumumkan 29 ilmuwan internasional yang akan menjadi mentor untuk sejumlah peneliti Indonesia terpilih. Para ilmuwan dari berbagai bidang studi dan kepakaran itu berasal dari berbagai negara dan terafiliasi dengan sejumlah institusi bereputasi global seperti AstraZeneca, Anjani Mashelkar Foundation, dan Smithsonian National Museum of Natural History.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Mentoring akan berjalan terhadap 29 peneliti muda Indonesia selama sembilan bulan ke depan melalui program Science Leadership Collaborative 2022/2023. Tujuannya, mendukung peneliti Indonesia menjadi pemimpin sains kelas dunia di masa yang akan datang.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

“Program ini akan berdampak positif bagi usaha kita agar siap menyambut Indonesia Emas pada 2045,” kata Sastia Putri, mentor asal Osaka University, Jepang, juga Ketua Ikatan Ilmuwan Indonesia Internasional.

Dalam program itu, ke-29 ilmuwan internasional yang berasal dari Jepang, India, Australia, Amerika Serikat, Prancis, dan tentu saja Indonesia, itu akan berbagi pengalaman dan pengetahuan. Mereka juga diharap terlibat dalam berbagai kegiatan kolaboratif bersama peneliti yang didampingi, selain membantu memperluas jaringannya agar bisa menginisiasi riset-riset kolaboratif internasional di masa yang akan datang. 

“Sesuai dengan temuan studi pendahuluan kami, mentoring merupakan aspek penting bagi perkembangan peneliti agar dapat menjadi pemimpin di masa depan,” ujar Fito Rahdianto, Program Manager Science Leadership Collaborative. 

Studi pendahuluan itu dipimpin Mizan Bisri, Assistant Professor di Kobe University, Jepang, terhadap lebih dari 150 peneliti muda Indonesia. Program Science Leadership Collaborative adalah respons atas hasil studi itu yang menemukan bahwa para peneliti muda di Tanah Air masih kesulitan mengakses mentoring. 

Brian King, profesor di Pennsylvania State University, Amerika Serikat, mengaku sangat terhormat menjadi salah satu mentor di program itu. Dia mendukung karena, menurutnya, program akan menjadi kesempatan yang sangat menarik dan akan memberikan banyak pelajaran bagi satu sama lain. 

Tanggapan serupa disampaikan oleh Fitria Rahmawati, profesor di Universitas Sebelas Maret. Dia berjanji berkontribusi aktif sebagai mentor, "Dan memantik semangat peneliti yang saya mentori.”

Program Science Leadership Collaborative 2022/2023 dirancang The Conversation Indonesia, jaringan media nirlaba independen yang berfokus pada penyebarluasan hasil riset serta analisis mendalam kepada publik, secara kolaboratif bersama CARI!, CommonThread, Fraendi, dan RQ Genesis. Program ini didanai The David & Lucile Packard Foundation, serta didukung Ikatan Ilmuwan Indonesia International, Akademi Ilmuwan Muda Indonesia, dan UK-Indonesia Consortium for Interdisciplinary Sciences.

Pemilihan peserta program itu mengikuti tiga tahap seleksi mulai dari formulir aplikasi sampai observasi kemampuan berkolaborasi di tengah kelompok yang beragam. "Kami juga mengutamakan pendaftar yang sudah berada di tahap tertentu untuk kemudian didorong perkembangannya ke tahap selanjutnya," kata Dewi Setiawan, Communication Strategist di TCID saat dihubungi, Sabtu 13 Agustus 2022. 

Sedangkan beberapa hal yang dipertimbangkan ketika memilih mentor meliputi meliputi pengalaman, khususnya dalam memimpin dan melakukan riset, serta perpektif dan visi untuk pendampingan yang akan dilakukan. Pemilihan juga memperhatikan kesesuaiannya dengan kebutuhan peneliti muda yang akan didampingi. 

Berikut ini daftar lengkap 29 ilmuwan internasional yang terlibat program mentoring tersebut. Sebagian adalah ilmuwan Indonesia dari kampus ataupun institusi di dalam dan luar negeri.

Daftar 29 Ilmuwan Internasional yang Menjadi Mentor dalam Science Leadership Collaborative 2022/2023,

1. Agus Pramusinto 

Agus Pramusinto adalah seorang guru besar di Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta. Riset-riset yang telah ia lakukan banyak berkontribusi di bidang desentralisasi, pemerintahan lokal, serta reformasi dan inovasi sektor publik di Indonesia. Saat ini Prof. Agus juga menjabat sebagai ketua Komisi Aparatur Sipil Negara (KASN) 2019-2024 dan Ketua Asosiasi Ilmu Administrasi Negara/Publik Indonesia (IAPA) 2019-2022. 

2. Beben Benyamin 

Tidak hanya menjabat sebagai lektor kepala dan pengajar di University of South Australia, ilmuwan Indonesia ini juga merupakan senior research fellow di South Australian Health and Medical Research Institute. Ia juga pernah memimpin konsorsium penelitian genetik yang melibatkan 70 peneliti dari beberapa negara. Salah satu topik risetnya saat ini adalah genomik dan aplikasi statistiknya untuk memahami sifat dan penyakit manusia, terutama penyakit neuropsikiatris. 

3. Benny Tjahjono 

Memiliki latar belakang sebagai insinyur, Benny Tjahjono adalah seorang profesor keberlanjutan dan manajemen rantai pasokan di Coventry University, England. Ilmuwan Indonesia ini telah menerima hibah penelitian dari Uni Eropa, InnovateUK, dan Engineering & Physical Research Council (EPSRC). Prof. Benny juga terlibat aktif dalam berbagai inisiatif pembelajaran yang dapat memperkaya riset serta membina peneliti karir awal di institusinya.  

4. Bramasta Nugraha 

Bramasta Nugara merupakan ilmuwan Indonesia yang bekerja di Cardiovascular, Renal & Metabolism Department, AstraZeneca sebagai associate principal scientist. Saat ini ia sedang mempelajari pencitraan konten tinggi, biomaterial, rekayasa jaringan, sel induk, dan kardiovaskular di institusinya. Sebelum bergabung dengan AstraZeneca, ia lama berkarir sebagai peneliti (2016-2019) dan manajer proyek (2019-2021) di University of Zurich, Swis. 

5.Brian King 

Brian King adalah ahli geografi dan profesor yang juga memimpin Department of Geography di Pennsylvania State University, Amerika Serikat. Riset dan kegiatan mengajarnya fokus pada isu mata pencaharian,    konservasi dan pembangunan, perubahan lingkungan, serta kesehatan manusia. Ia telah melakukan riset di wilayah selatan Afrika sejak 1999 dan merupakan honorary research associate bersama African Climate and Development Initiative di University of Cape Town, Afrika Selatan. 

6. Brian Yuliarto 

Brian Yuliarto adalah ilmuwan dan juga guru besar di Institut Teknologi Bandung (ITB). Ia merupakan pakar di bidang pengembangan nanomaterial untuk dimanfaatkan di bidang energi dan lingkungan. Selain itu, ia memiliki peran penting dalam menjembatani dan membina kerjasama penelitian antara Institut Teknologi Bandung dengan banyak universitas atau lembaga penelitian, antara lain UC Berkeley, Amerika Serikat, NIMS Jepang, dan KAIST Korea Selatan. 

7. Dave Little 

Dave Little memiliki lebih dari 35 tahun pengalaman riset antar-disiplin dan di bidang akademik. Ia merupakan seorang profesor di University of Stirling, Skotlandia, dan salah satu ilmuwan terkemuka di bidang akuakultur. Ia telah banyak berkontribusi membina hubungan kolaboratif antara produsen dan pusat pengetahuan untuk memajukan akuakultur yang berkelanjutan melalui Global Aquaculture Alliance (GAA). 

8. David Large 

David Large merupakan profesor di University of Nottingham, Inggris. Sebelumnya ia juga menjabat sebagai ketua di Department for Chemical and Environmental Enggineering di universitas yang sama. Salah satu topik riset utamanya adalah mempelajari kondisi gambut menggunakan pengukuran satelit. Saat ini juga sedang memimpin studi terobosan untuk mengevaluasi sensitivitas lahan gambut terhadap perubahan iklim global.  

9. Deden Rukmana 

Deden Rukmana adalah seorang profesor dan ketua Department of Community and Regional Planning di Alabama A&M University, Amerika Serikat. Riset-risetnya berkaitan erat dengan perencanaan tata ruang dan tantangan pembangunan di Indonesia, serta kesenjangan tunawisma dan kesehatan di Amerika Serikat. Ia juga memiliki pengalaman sebagai praktisi perencana kota di Indonesia dan analisis perencanaan di Department of Community Affairs, Florida, Amerika Serikat. 

10. Delvac Oceandy 

Delvac Oceandy adalah salah satu ilmuwan Indonesia yang saat ini berkarir sebagai pengajar dan peneliti di University of Machester, Inggris. Lab yang ia kelola memiliki fokus riset memahami aspek molekuler remodeling dan regenerasi jantung. Dr. Delvac juga berpengalaman dalam memimpin berbagai penelitian penting yang didanai oleh, di antaranya, British Heart Foundation (BHF), Medical Research Council (MRC), dan Heart Research UK (HRUK). 

11. Dionysius M. Siringoringo 

Dionysius M. Siringoringo adalah ilmuwan Indonesia yang ahli dalam bidang pemantauan kesehatan struktural, teknik jembatan, serta teknik angin. Saat ini ia menjabat sebagai lektor kepala di Yohokama National University, Jepang. Ia pernah menerima beberapa penghargaan atas riset dan kerjanya, di antaranya Penghargaan Takuji Kobori 2018 dari International Association of Structural Control and Monitoring (IASCM) dan Penelitian Terbaik tahun 2016 dari Japan Association of Wind Engineering (JAWE). 

12. Fitria Rahmawati 

Fitria Rahmawati merupakan guru besar dan dosen di Universitas Sebelas Maret, Solo. Ia merupakan pengajar di program studi kimia serta ilmuwan di bidang konversi energi elektrokimia. Di institusi asalnya, Prof. Fitria memimpin Kelompok Riset Kimia dan Katalisis Solid State serta menjabat sebagai ketua Program Magister Kimia. Risetnya juga mengantarkannya menjadi fellow Kavli Frontiers of Science pada 2012. 

13. I Nyoman Darma Putra 

I Nyoman Darma Putra merupakan guru besar dan pengajar sastra, budaya, dan pariwisata di Universitas Udayana, Bali. Sebelum bekerja di bidang akademik, Prof. Darma Putra bekerja sebagai jurnalis serta peneliti di berbagai institusi, seperti di KITLV Leiden (2010), The Cross-Cultural Centre Ascona, Swiss (2012), dan University of Melbourne, Australia (2015). 

14. Ifty Ahmed 

Saat ini Ifty Ahmed menjabat sebagai lektor kepala di University of Nottingham, Inggris. Ia merupakan ahli di bidang biomaterial, bioengineering, penggunaan material advanced untuk rekayasa jaringan dan aplikasi obat regeneratif, serta pengolahan air limbah. Dr Ahmed juga berpengalaman dalam bekerja sama dengan sektor industri untuk memproduksi temuan penelitiannya. 

Simak halaman berikutnya ada nama ilmuwan perempuan Ines Atmosukarto, Monica Medina, Sastia Prama Putri, dan lainnya

15. Ines Atmosukarto 

Ines Atmosukarto adalah ahli biologi yang saat ini menjalankan start-up biotek Australia, Lipotek, yang berfokus pada penelitian dan pengembangan vaksin, serta melihat sains dan teknologi sebagai alat diplomasi untuk menjembatani antar negara. Selain merupakan ilmuwan Indonesia pertama yang menerima UNESCO-L’Oreal Fellowship for Women in Science pada 2004, Dr. Ines juga aktif berkontribusi meningkatkan minat terhadap sains di masyarakat umum, terutama pelajar perempuan. 

16. Jacob Phelps 

Jacob Phelps merupakan dosen senior di Lancaster University, Inggris dan kepala Conservation Governance Lab, di mana ia mengkoordinasi conservation-litigation.org, sebuah jaringan ilmuwan, pengacara, ekonom, dan aktivis yang fokus mengatasi kerusakan alam dengan hukum. Ia juga aktif melakukan riset mengenai kebijakan, aspek hukum, serta tata kelola konservasi keanekaragaman hayati tropis dan pengelolaan sumber daya berkelanjutan 

17. Karen Osborn 

Karen Osborn adalah peneliti zoologi dan kurator koleksi Annelids dan Peracarids di National Museum of Natural History, Amerika Serikat. Riset-risetnya fokus mempelajari evolusi invertebrata pelagis yang hidup di dasar laut di laut terbuka. Sebelum bergabung dengan Smithsonian pada tahun 2011, ia menyelesaikan postdoc-nya di Scripps Institution of Oceanography dan merupakan alumnus Kavli Frontiers of Science. 

18. Manuel Boissière 

Manuel Boissière merupakan ilmuwan di lembaga Agricultural Research Centre for International Development (CIRAD), Prancis. Ia juga memimpin proyek mengukur, melaporkan, dan memverifikasi stok karbon di Indonesia dengan pendekatan partisipatif (PMRV) di Center for International Forestry Research (CIFOR). Riset-riset ia yang lainnya fokus pada isu partisipasi masyarakat lokal dalam pengelolaan hutan dan sumber daya alam yang berkelanjutan. 

19. Megan Huggett 

Megan Hugget adalah dosen senior di University of Newcastle, Australia. Salah satu bidang utama riset dan kerjanya adalah keanekaragaman hayati, terutama fungsi dan keanekaragaman mikroba laut. Ia telah berkontribusi melahirkan inisiatif terkait mikrobioma di Australia dan mengembangkan program penelitian dalam ekologi mikroba di Edith Cowan University, Australia.  

20. Mohammad Basyuni 

Mohammad Basyuni merupakan seorang guru besar kehutanan di Universitas Sumatera Utara. Riset yang sedang ia lakukan saat ini berusaha mempelajari pentingnya lipid tumbuhan dan spesies pionir bakau di Sumatera Utara. Ia pernah terlibat dalam beberapa inisiatif bersama ilmuwan dari berbagai negara, termasuk e-Asia JRP pada tahun 2021 dan Japanese Society for the Promotion of Science Core to Core 2020-2023. 

21. Monica Medina 

Monica Medina adalah seorang ahli biologi dan profesor dari Pennsylvania State University, Amerika Serikat. Ia memiliki ketertarikan untuk mempelajari ekologi dan evolusi organisme laut serta simbiosis dan interaksi karang. Baru-baru ini Prof. Monica dinobatkan sebagai fellow dari American Association for the Advancement of Science (AAAS) atas kontribusinya di bidang ekologi laut dan dedikasinya untuk memberikan mentor ke banyak ilmuwan muda. 

22. Muhammad Azizul Islam 

Sebagai salah satu peneliti akuntansi berkelanjutan terkemuka, Aziz telah Islam telah menyelidiki isu-isu tentang pengukuran hak asasi manusia di perusahaan, akuntansi perubahan iklim, audit sosial, dan upaya anti-suap perusahaan. Ia juga merupakan profesor dan ketua akuntasi di University of Aberdeen Business School, Inggris. 

23. Peter Mayer 

Peter Mayer merupakan seorang profesor di Osnabrück University of Applied Sciences, Jerman. Beberapa bidang riset yang ia dalami antara lain adalah ekonomi internasional dan manajemen pendidikan tinggi. Prof. Peter juga aktif mengelola berbagai program terkait manajemen pendidikan tinggi, salah satunya adalah DIES International Dean’s Course, sebuah program yang didanai oleh German Academic Exchange Service (DAAD). 

24. Raghunath Anant Mashelkar 

Raghunath Anant Mashelkar adalah salah satu ilmuwan terkemuka dari India dan pernah menjabat sebagai ketua Indian National Science Academy. Dr. Mashelkar juga banyak berjasa dalam mereformasi Council of Scientific and Industrial Research (CSIR) India, memimpin berbagai ‘Komite Mashelkar’, serta kampanye melawan paten asing terhadap pengetahuan tradisional dari India. 

25. Rodd Myers 

Rodd Myers adalah seorang praktisi dan peneliti trans-disiplin yang mempelajari hubungan kekuasaan dan implikasi kebijakan terhadap manusia dan lingkungan. Ia memiliki pengalaman desain, manajemen, monitoring, and evaluasi program dan telah bekerja dengan berbagai klien internasional. Ia juga merupakan co-founder dan managing director di Dala Institute, sebuah lembaga yang menyediakan riset, monitoring, evaluasi dan pembelajaran, serta asistensi teknis. 

26. Sastia Prama Putri 

Sastia Prama Putri adalah Associate Professor di Graduate School of Engineering, Osaka University, Jepang, serta dosen luar biasa di Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati, Institut Teknologi Bandung. Riset yang dilakukan Dr. Sastia berpusat pada aplikasi metabolomik untuk meningkatkan kualitas makanan dan hubungannya dengan kesehatan manusia. Ia merupakan penerima L'Oreal Award For Women in Science 2015 dan Penghargaan Saito dari Society for Biotechnology, Jepang. Saat ini ia merupakan ketua Ikatan Ilmuwan Indonesia Internasional (I-4). 

27. Stuart Green 

Stuart Green memiliki pengalaman lebih dari 30 tahun sebagai praktisi kebijakan ilmu kelautan di Asia Pasifik. Saat ini ia memimpin Blue-Green Advisors, di mana ia berkontribusi untuk memberikan memberi nasihat tentang kolaborasi dan strategi seputar hubungan konservasi, keanekaragaman hayati, dan mata pencaharian. Kerja-kerjanya telah menjadi katalis kerja sama antara lembaga penyedia donor, pelaksana, hingga komunitas dalam melestarikan sumber daya laut. 

28. Tatas Brotosudarmo 

Tatas Brotosudarmo adalah lektor kepala dan dosen di Universitas Ciputra, Surabaya. Sebagai ilmuwan, Tatas telah menginisiasi berbagai riset dan temuan, salah satunya adalah pigmen fotosintesis pada tahun 2011. Ia juga telah menerima berbagai penghargaan bergengsi, termasuk fellow Kavli Frontier of Science pada 2012 dan 2016 serta fellow Alexander von Humboldt Stiftung/Foundation pada 2020-2021. 

29. Teruna Siahaan 

Teruna Siahaan merupakan profesor, ilmuwan Indonesia, dan dosen kimia farmasi di University of Kansas, Amerika Serikat. Penelitiannya berfokus pada pengembangan metode baru untuk meningkatkan pengiriman obat ke otak dan sel-sel kekebalan untuk pengobatan penyakit otak dan autoimun. Sejak 2002 hingga sekarang, ia juga adalah anggota terhormat di  American Association of Pharmaceutical Scientists.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus