Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Daging sintetis atau daging in vitro adalah daging yang diproduksi secara sintetis tanpa perlu membunuh hewan. Dalam beberapa tahun terakhir, daging sintetis menjadi topik hangat dalam industri makanan dan lingkungan. Berikut adalah beberapa fakta menarik tentang daging sintetis.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
1. Tidak membunuh hewan
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Salah satu aspek paling menarik dari daging sintetis adalah tidak ada hewan yang harus dibunuh dalam proses produksinya. Mengutip Good Food Institute, daging sintetis dibuat dengan mengambil sampel sel-sel hewan hidup, seperti sel otot atau jaringan hewan. Diambil melalui biopsi tanpa membahayakan hewan tersebut.
Selanjutnya, sel-sel ini ditempatkan dalam kondisi kultur yang sesuai dengan nutrisi yang tepat untuk memacu pertumbuhan sel. Dalam jangka waktu tertentu, sel-sel ini berkembang menjadi jaringan otot yang mirip dengan struktur dan komposisi daging konvensional.
2. Bermanfaat untuk lingkungan
Produksi daging konvensional memiliki dampak lingkungan yang signifikan. Daging sintetis, di sisi lain, dapat mengurangi jejak karbon, penggunaan air, dan deforestasi yang terkait dengan industri peternakan tradisional.
Melansir Live Science, daging sintetis jika diproduksi menggunakan energi terbarukan, dapat mengurangi emisi gas rumah kaca hingga 92 persen dan penggunaan lahan hingga 90 persen dibandingkan dengan daging sapi konvensional.
Selain itu, produksi komersial diharapkan tanpa antibiotik dan kemungkinan akan menghasilkan lebih sedikit risiko penyakit bawaan makanan karena kurangnya risiko paparan dari patogen enterik.
3. Aman dikonsumsi
Daging sintetis tidak akan mengandung residu pestisida. Biasanya pestisida diterapkan pada hewan untuk mengendalikan serangga, tidak ada obat penenang, dan tidak ada obat cacing.
Mengutip The Atlantic, meski sama-sama menggunakan antibiotik, namun dalam produksi daging konvensional, antibiotik diberikan secara rutin kepada hewan yang sehat untuk meningkatkan pertumbuhan. Menurut Food and Drug Administration, 72 persen dari penggunaan antibiotik menyebabkan munculnya bakteri resisten.
Pilihan Editor: Daging Hamburger Sintetis, Seperti Apa Rasanya?