Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Para ilmuwan dan inovator telah menciptakan terobosan baru dalam industri makanan, daging sintetis, sebagai upaya mencapai keberlanjutan pangan. Daging yang lebih dikenal sebagai daging in vitro atau daging laboratorium itu adalah daging yang diproduksi secara sintetis tanpa perlu membunuh hewan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Mengutip Good Food Institute, proses produksi daging sintetis menggunakan teknik biologi molekuler. Pertama, sampel sel-sel hewan hidup, seperti sel otot atau jaringan hewan, diambil melalui biopsi tanpa membahayakan hewan tersebut.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Selanjutnya, sel-sel ini ditempatkan dalam kondisi kultur yang sesuai dengan nutrisi yang tepat untuk memacu pertumbuhan sel. Dalam jangka waktu tertentu, sel-sel ini berkembang menjadi jaringan otot yang mirip dengan struktur dan komposisi daging konvensional.
Daging sintetis menawarkan sejumlah manfaat yang menjanjikan. Dilansir dari DrCate, salah satu manfaat daging sintetis adalah dampak lingkungan yang lebih rendah dibandingkan dengan produksi daging tradisional.
Menurut penelitian, industri peternakan adalah salah satu penyumbang utama emisi gas rumah kaca dan deforestasi. Daging sintetis dapat mengurangi pengorbanan hewan dan penebangan hutan yang dibutuhkan untuk memelihara hewan. Selain itu, produksinya mengonsumsi lebih sedikit air dan lahan dibandingkan dengan peternakan tradisional.
Selain manfaat lingkungan, daging sintetis juga memiliki potensi untuk meningkatkan kesejahteraan hewan. Industri peternakan sering dikaitkan dengan praktik-praktik yang eksploitasi hewan. Dengan begitu, daging sintetis dapat mengurangi penggunaan hewan sebagai objek eksploitasi.
Penelitian lain menyebutkan bahwa daging sintetis jika diproduksi menggunakan energi terbarukan, dapat mengurangi emisi gas rumah kaca hingga 92 persen dan penggunaan lahan hingga 90 persen dibandingkan dengan daging sapi konvensional.
Selain itu, produksi komersial diharapkan terjadi sepenuhnya tanpa antibiotik dan kemungkinan akan menghasilkan lebih sedikit risiko penyakit bawaan makanan karena kurangnya risiko paparan dari patogen.
Pilihan Editor: Daging Hamburger Sintetis, Seperti Apa Rasanya?