Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) memperingatkan masyarakat tidak beraktivitas pada jarak 2 kilometer dari kawah Gunung Slamet. Kepala Badan Geologi, Muhammad Wafid, mengatakan peringatan itu seiring dengan peningkatan aktivitas vulkanik dari gunung yang berada di Jawa Tengah tersebut.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dari hasil pengamatan, terdapat indikasi tekanan yang meningkat di bawah tubuh gunung yang berpotensi memicu gempa dangkal maupun erupsi. “Erupsi freatik maupun magmatik Gunung Slamet dapat menghasilkan lontaran material pijar yang membahayakan wilayah dalam radius tersebut," kata Wafid dalam keterangan tertulis pada Sabtu, 30 November 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Petugas Pos Pengamatan Gunung Api (PPGA) di Desa Gambuhan, Kecamatan Pulosari, Kabupaten Pemalang mencatat aktivitas Gunung Slamet didominasi oleh gempa hembusan dan tremor menerus. Fenomena tersebut mengindikasikan pergerakan fluida di sekitar permukaan.
Selain itu dilaporkan adanya peningkatan jumlah gempa tektonik lokal dan amplitudo tremor sejak pekan keempat September hingga awal Oktober 2023. Peningkatan amplitudo tremor berlanjut sampai Oktober 2023 disertai gempa tremor harmonik berdurasi panjang.
Perkembangan itu, kata Wafid, menunjukkan adanya peningkatan pemanasan air tanah di kedalaman dangkal dan peningkatan hembusan dalam tubuh Gunung Slamet. Pada periode 9-19 Mei 2024, juga terdeteksi gempa vulkanik dalam, yang menandakan adanya suplai magma menuju permukaan.
Status Gunung Slamet, gunung tertinggi kedua di Pulau Jawa itu, masih level II atau waspada sejak 19 Oktober 2023.