Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Aktivitas studi astronomi di Observatorium Bosscha, Lembang, Bandung Barat tengah terganggu oleh polusi cahaya yang berasal dari lampu sorot di salah satu pusat hiburan masyarakat.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Cahaya terang dari lampu sorot itu mengaburkan tangkapan instrumen pengamatan benda-benda langit, sehingga hampir keseluruhan data yang diambil dari teleskop tidak bisa digunakan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Lampu sorot dari salah satu pusat hiburan yang dipotret pada 13 Juli 2024, dan polusi cahaya Kota Lembang secara keseluruhan mengancam pengamatan bintang di Observatorium Bosscha,” tulis akun Instagram @bosschaobservatory, Minggu, 14 Juli 2024.
Lalu, apa itu polusi cahaya sebenarnya? Berikut penjelasan lengkapnya untuk Anda.
Apa Itu Polusi Cahaya?
Melansir laman resmi Observatorium Bosscha, polusi cahaya merupakan cahaya buatan yang muncul berlebihan dan tidak diinginkan. Polusi cahaya timbul akibat sistem pencahayaan yang salah arah, berlebihan, tidak perlu, dan tidak efisien.
Mayoritas polusi cahaya dapat ditemukan di daerah perkotaan di mana banyak sumber cahaya buatan. Di daerah tersebut, sumber cahaya kemungkinan diarahkan ke langit atau ke bawah, tetapi akan dipantulkan ke atas. Cahaya yang ke atas kemudian disebarkan oleh lapisan-lapisan atmosfer dan menciptakan pendaran cahaya yang mengurangi kegelapan langit malam.
Polusi cahaya memiliki beberapa komponen. Pertama, skyglow yang diartikan sebagai langit malam di atas area yang dihuni. Skyglow berasal dari cahaya buatan berlebih yang terpancar ke atas atau terpantul ke atas (pendaran sekunder), lalu dihamburkan oleh aerosol, seperti bulir air dan awan atau partikel kecil seperti polutan di atmosfer.
Kedua, glare atau silau yang mempunyai arti sebagai sensasi visual yang dialami seseorang saat cahaya menyimpang. Efek glare bergantung kepada intensitasnya yang dapat mengurangi kontras, persepsi warna, dan kinerja visual. Hal yang paling umum terjadi akibat salah satu komponen polusi cahaya tersebut adalah gangguan pada kemampuan penglihatan.
Ketiga, clutter merupakan pengelompokan sumber cahaya yang terang, membingungkan, dan berlebihan. Keempat, light trespass atau cahaya luber yang disebabkan oleh cahaya jatuh di lokasi yang tidak diinginkan, sehingga paparan dalam jangka panjang dapat mengganggu kesehatan.
Dampak Polusi Cahaya
Apabila pencahayaan digunakan tidak pada tempatnya dan berlebihan, maka akan mengganggu dan dianggap sebagai sebuah pemborosan. Cahaya buatan yang berlebihan dan tidak tepat pemanfaatannya itu berpotensi mengganggu ritme makhluk hidup, termasuk manusia, hewan, dan tumbuhan.
Misalnya, hewan nokturnal yang beraktivitas di malam hari akan terganggu dengan adanya pencahayaan buatan berlebih, seperti kelelawar dan burung hantu.
Malam yang gelap dapat membantu jenis-jenis hewan seperti itu untuk bersembunyi dari predator atau ketika mengintai mangsanya.
Akibat polusi cahaya, burung-burung yang sedang bermigrasi juga berisiko tinggi menabrak bangunan karena kebingungan yang timbul dari banyaknya sumber cahaya.
Penyu yang baru menetas atau tukik kemungkinan juga salah menilai cahaya lampu di sekitar pantai sebagai cahaya bulan purnama yang digunakan sebagai petunjuk untuk menuju ke laut lepas.
Kemudian, instalasi lampu yang buruk juga dapat mengakibatkan skyglow. Cahaya yang mengarah ke langit tersebut tidak hanya menyebabkan polusi cahaya, tetapi juga berdampak pada pemborosan energi karena digunakan untuk menerangi tempat yang tidak seharusnya.
Polusi cahaya juga berdampak negatif terhadap kesehatan manusia karena menimbulkan risiko obesitas, gangguan tidur, depresi, diabetes, hingga kanker payudara.
Terpaparnya tubuh manusia oleh cahaya lampu di malam hari dapat mengganggu produksi hormon melatonin, yaitu hormon yang berfungsi sebagai antioksidan dan meningkatkan sistem kekebalan tubuh.
Selain itu, lampu yang banyak memancarkan panjang gelombang biru juga berpotensi mengganggu kesehatan manusia. Hal itu terjadi karena panjang gelombang biru adalah panjang gelombang yang memiliki energi tinggi.
MELYNDA DWI PUSPITA
Pilihan Editor: Polusi Cahaya Ancam Spesies Kelelawar yang Rentan Cahaya