Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sains

Bagaimana Cara Astronaut Wudhu dan Salat di Luar Angkasa?

Salat merupakan ibadah yang wajib dilakukan oleh umat Islam. Namun, cara salat dan wudhu bagi astronaut di luar angkasa tentu berbeda dengan di Bumi.

13 April 2023 | 21.53 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Sheikh Muszapar Shukor, astronot asal Malaysia, yang melakukan salat di Stasiun Antariksa Internasional (ISS). (youtube.com)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Salat merupakan ibadah yang wajib dilakukan oleh umat Islam. Bahkan jika seorang muslim ikut serta dalam misi pergi ke luar angkasa, kewajiban untuk Salat harus tetap dilaksanakan. Namun, cara salat dan cara wudhu bagi seorang astronaut atau astronot di luar angkasa tentu berbeda dengan di bumi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Mengutip dari situs resmi Harvard, sejak tahun 1961 terdapat 500 astronot yang telah pergi menjalankan misi ke luar angkasa. Dari ratusan orang tersebut, sebanyak 2 persen atau sembilan orang diantaranya ternyata beragama Islam. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seperti diketahui, luar angkasa tidak memiliki gaya gravitasi sehingga astronot tidak memungkinkan untuk bisa menapakkan kaki dalam menjalankan ibadah Salat apalagi mengambil air wudhu. Lantas, bagaimana cara astronot wudhu di luar angkasa dan menjalankan Salat?

 

Cara Astronaut Wudhu di Luar Angkasa

Salah seorang astronot asal Malaysia bernama Sheikh Muszapar Shukor, sempat merasakan puasa di antariksa. Shukor adalah astronot Malaysia pertama yang dikirim ke Stasiun Antariksa Internasional (ISS) pada 2007. Dia mengemban misi riset selama 10 hari.

Oleh karena itu, Dewan Fatwa Nasional Malaysia kemudian mengumpulkan ratusan ulama, ilmuwan dan astronaut untuk menyusun panduan bagi para astronot sebagai tuntunan cara astronot wudhu dan Salat di luar angkasa sebelum Shukor berangkat.

Hasilnya, para ulama mengeluarkan fatwa untuk menolong para astronaut muslim yang hendak menunaikan ibadah di luar angkasa Dalam panduan itu, para ulama juga turut menyertakan panduan soal istinja untuk mensucikan dan membersihkan diri dari najis, misalnya selesai kencing.

Ada beberapa aturan bagi astronot yang ingin melaksanakan ibadah di ISS menurut fatwa yang dikeluarkan oleh Departemen Pengembangan Islam Malaysia (JAKIM). Sebelumnya, tentu astronaut diwajibkan untuk bersuci atau berwudhu terlebih dahulu.

Saat berada di stasiun luar angkasa, astronaut bisa berwudhu dengan cara tayamum alias wudhu tanpa menggunakan air. Wudhu dengan cara tayamum ini bisa dilakukan dengan cara menempelkan kedua telapak tangan pada permukaan yang bersih seperti dinding atau cermin ISS yang datar tanpa debu

Selain itu, ada pula panduan lain bagi para astronot muslim yang ingin beristinja. Istinja sendiri berarti membersihkan kemaluan setelah buang air agar bersih dari hadats besar maupun kecil. Saat beristinja, astronaut harus membersihkan diri menggunakan tisu yang tersedia di ISS. Adapun aturan melakukan istinja; di ISS sebagai berikut:

-   Menggunakan bahan padat

-   Menggunakan bahan yang kering dan tidak licin

-   Menggunakan tidak kurang dari 3 buah tisu

-   Bersuci sebelum kotoran mengering

-   Bersuci sebelum kotoran menyebar

 

Cara Astronout Salat di Luar Angkasa

Terkait cara astronot Salat di luar angkasa, Dewan Fatwa Malaysia menyatakan bahwa Salat dapat dijamak (digabung) dan qasar (disingkat) tanpa perlu qadha’ atau kompensasi. Untuk arah kiblat, Dewan Fatwa menyatakan setiap muslim yang berada di antariksa, apabila sulit menghadap ka'bah, diharuskan menghadap ke bumi sebagai kiblat.

Adapun soal pelaksanaan rukun Salat seperti berdiri, rukuk dan sujud bisa menyesuaikan dengan kondisi di ISS dengan mengutamakan hal berikut:

- Jika berdiri tegak tidak memungkinkan, maka bisa berdiri dengan postur apapun.

-  Apabila diharuskan Salat dalam kondisi duduk, maka rukuk bisa dilakukan dengan cara mendekatkan dagu ke lutut atau tempat sujud.

- Cara Salat selanjutnya adalah dengan berbaring miring ke kanan dengan badan  menghadap ke arah kiblat atau berbaring datar.

- Jika tidak memungkinkan untuk berbaring, maka astronaut bisa menggunakan kelopak mata sebagai indikator perubahan gerakan Salat.

- Terakhir, apabila sulit untuk melakukan gerakan Salat, maka bisa membayangkan urutan shalat.

 

VIVIA AGARTHA F | RIZKY DEWI AYU

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus