Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Badan Antariksa Amerika Serikat, NASA, mematikan dua instrumen ilmiah di wahana antariksa Voyager 1 dan Voyager 2 untuk menghemat daya agar keduanya dapat terus beroperasi hingga tahun 2030. Langkah ini dilakukan mengingat daya listrik Voyager semakin menipis setiap tahunnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Insinyur di Jet Propulsion Laboratory (JPL) NASA, California Selatan, mematikan eksperimen sistem sinar kosmik Voyager 1 pada 25 Februari lalu. Selanjutnya, mereka akan mematikan instrumen partikel bermuatan energi rendah Voyager 2 pada 24 Maret. Meski demikian, masing-masing wahana masih akan mengoperasikan tiga instrumen ilmiah lainnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Voyager telah menjadi bintang rock luar angkasa sejak peluncurannya, dan kami ingin tetap seperti itu selama mungkin,” kata Suzanne Dodd, manajer proyek Voyager di JPL, dikutip dari keterangan tertulis NASA, Senin, 10 Maret 2025. “Tapi daya listrik semakin menipis. Jika kita tidak mematikan satu instrumen di masing-masing Voyager sekarang, mereka mungkin hanya memiliki daya selama beberapa bulan lagi sebelum kita harus mengakhiri misinya.”
Voyager 1 dan Voyager 2 diluncurkan pada tahun 1977 dan mengandalkan sistem tenaga radioisotop yang menghasilkan listrik dari panas peluruhan plutonium. Setiap tahun, daya listrik mereka berkurang sekitar 4 watt. Hingga saat ini, kedua wahana tersebut telah melampaui misi awalnya untuk mempelajari planet luar dan terus mengirimkan data berharga tentang heliosfer serta ruang antar bintang.
Pada Oktober 2024, Voyager 2 telah lebih dulu kehilangan instrumen ilmu plasma untuk menghemat daya. Kini, Voyager 1 masih mengoperasikan magnetometer dan subsistem gelombang plasma, sementara Voyager 2 akan tetap mengaktifkan instrumen medan magnet dan gelombang plasma.
“Setiap menit dari setiap hari, Voyager menjelajahi wilayah yang belum pernah dikunjungi pesawat ruang angkasa mana pun sebelumnya,” ujar Linda Spilker, ilmuwan proyek Voyager di JPL. “Itu juga berarti setiap hari bisa menjadi hari terakhir kita. Tapi hari itu juga bisa membawa kabar baru tentang ruang antarbintang. Jadi, kami melakukan segala yang kami bisa untuk memastikan Voyager 1 dan 2 tetap melanjutkan eksplorasinya selama mungkin.”
Saat ini, Voyager 1 telah berada lebih dari 25 miliar kilometer dari Bumi, sedangkan Voyager 2 berjarak lebih dari 21 miliar kilometer. Dengan langkah penghematan ini, insinyur NASA berharap kedua wahana dapat terus beroperasi dengan setidaknya satu instrumen ilmiah hingga dekade mendatang.
Para ilmuwan NASA menekankan bahwa setiap data yang dikirimkan Voyager memiliki nilai ilmiah yang luar biasa, terutama dalam memahami batas heliosfer dan interaksi antara angin matahari dengan medium antarbintang. Data yang dikumpulkan selama bertahun-tahun telah memberikan wawasan baru tentang lingkungan luar tata surya, termasuk perubahan tingkat partikel bermuatan dan medan magnet di ruang antar bintang.
Meskipun langkah penghematan ini diharapkan dapat memperpanjang umur operasional Voyager, NASA tetap bersiap menghadapi tantangan teknis yang mungkin muncul. Usia perangkat keras yang sudah hampir lima dekade menjadi salah satu faktor utama yang dapat mempengaruhi kelangsungan misi. Namun, tim insinyur akan terus memantau kondisi kedua wahana dan melakukan penyesuaian seperlunya agar Voyager dapat terus memberikan kontribusi bagi ilmu pengetahuan selama mungkin.