Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Para peneliti dari Divisi Ekologi dan Keanekaragaman Hayati Universitas Hong Kong menemukan bahwa belut Eropa (Anguilla anguilla), yang terancam punah, dijual bebas di pasar swalayan setempat. Temuan ini diterbitkan dalam Science Advances, pekan lalu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Mereka mendapati sekitar 50 persen produk yang ada di pasar swalayan tersebut merupakan belut Eropa. Produk tersebut dijual berupa filet atau makanan ringan, dari pedagang grosir sampai toko serba ada, yang berisi spesies ikan terancam punah.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tim penelitian yang dipimpin David Baker dari laboratorium Conservation Forensics Universitas Hong Kong juga menemukan jaringan penyelundupan belut Eropa dengan rantai pemasok lokal. Karena itu, spesies yang terancam punah itu sama sekali tak diketahui konsumen.
International Union for Conservation of Nature (IUCN) telah menyatakan belut Eropa terancam punah. Dengan alasan itu, perdagangan belut Eropa dan produk makanannya harus patuh pada peraturan internasional di bawah Konvensi Perdagangan Internasional Spesies Terancam Punah (CITES).
CITES memastikan izin diperlukan untuk impor dan ekspor belut Eropa dalam upaya mengatur perdagangan dan mendorong konservasi. Belut yang populer di Asia Timur, khususnya Jepang, ini secara tradisional diambil dari populasi belut Jepang di Asia Timur (Anguilla japonica).
Namun eksploitasi berlebihan akibat permintaan dari Cina yang meningkat dan ancaman dari kenaikan suhu laut hingga parasit menyebabkan populasi belut ini menurun. Bukan hanya spesies Eropa dan Jepang, tapi juga untuk kerabat hewan tersebut di Amerika dan Indo-Pasifik.
Untuk memenuhi permintaan akan belut di Asia Timur, belut muda (dikenal sebagai belut kaca) ditangkap di daerah asalnya yang mencakup Eropa dan Afrika Utara. Kemudian diselundupkan ke Asia untuk dibesarkan.
"Ekspor ilegal belut kaca dari Eropa ke Asia diakui sebagai salah satu kejahatan margasatwa terbesar di dunia. Europol belut Eropa yang memasuki rantai makanan nasional secara ilegal bergantung pada setiap negara," ujarnya.
Perdagangan belut kaca sangat menguntungkan. Satu kilogram belut kaca yang memuat 3.500 individu dihargai 50 ribu dolar Hong Kong atau sekitar Rp 95 juta di pasar gelap. Perdagangan yang sangat menguntungkan ini telah menarik perhatian sindikat kriminal internasional.
Saat sudah dewasa, belut sangat sulit untuk diketahui spesiesnya. Dua sepupu paling umum dari belut Eropa yang terancam punah (belut Jepang dan Amerika) tidak terdaftar dalam CITES. Akibatnya, kedua belut itu tidak memerlukan izin untuk diperdagangkan, dan ini menjadi pintu masuk penyelundupan belut Eropa. SCIENCE DAILY | NEW FOOD MAGAZINE | AFRILIA SURYANIS
Belut Eropa Terancam Punah
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo