Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sains

Apakah Binatang Bisa Benar-benar Mengerti Bahasa Manusia?

Kebanyakan binatang tak memiliki alasan evolusi untuk peduli tentang bahasa manusia. Tapi tidak dengan anjing dan mungkin juga kucing.

24 Maret 2025 | 20.45 WIB

Ilustrasi anjing mengenali emosi manusia. google.com
Perbesar
Ilustrasi anjing mengenali emosi manusia. google.com

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Pada awal 1900, seekor kuda bernama Clever Hans menggemparkan Jerman. Binatang itu mengundang decak kagum karena dugaan kemampuannya memahami bahasa Jerman, tahu tentang waktu, dan bahkan menjawab soal matematika.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Tapi, ketika satu tim independen menyelidiki Clever Hans, mereka menyimpulkan kemampuan itu palsu. Terungkap kalau kuda itu sebenarnya hanya merespons di bawah sadarnya terhadap petunjuk bahasa tubuh dari pelatihnya dan tidak benar-benar bisa mengerti bahasa manusia atau berhitung aritmatika.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Sampai kini, para peneliti masih menguji sampai batas mana kemampuan binatang memahami manusia. Apakah ada hewan yang dapat benar-benar memahami bahasa manusia?

Studi-studi bahasa binatang seperti primata, burung, lumba-lumba, dan binatang lain berkembang pada 1960-an dan 1970-an. Studi disertai pandangan skeptis yang mengkritik bahwa hewan-hewan hanya meniru pelatihnya seperti halnya Clever Hans.

Meski banyak hewan dikenal 'pintar' mengambil petunjuk konteks seperti bahasa tubuh dan tekanan atau nada suara, tak terlalu jelas apakah mereka memahami arti kata-kata atau fitur bahasa yang lebih kompleks seperti struktur (grammar). Beberapa riset mulai menduga kalau, dengan latihan, beberapa jenis binatang mungkin memahami fitur tertentu dari bahasa manusia, seperti suara dan arti dari kata-kata spesifik.

"Manusia adalah spesial dalam banyak hal, dan bahasa tentu saja kemampuan unik manusia," kata Simon W. Townsend, profesor antropologi evolusioner di University of Zurich, kepada Live Science. "Tapi saya berpikir lebih dan lebih lagi bahwa ada beberapa kemiripan di antara sistem komunikasi hewan dan manusia."


Dapatkah Primata, Kerabat Terdekat Manusia, Mempelajari Bahasa Manusia?

Salah satu eksperimen paling terkenal adalah yang melibatkan Koko, gorila betina yang mempelajari American Sign Language (ASL) yang dimodifikasi. Koko yang mati pada 2018 dapat menggunakan sekitar 1.000 isyarat dan merespons kepada lebih dari 2.000 kata yang dituturkan dalam bahasa Inggris.

Bagaimanapun, para ahli memperingatkan bahwa ada perbedaan besar antara belajar beberapa isyarat yang dimodifikasi dan benar-benar menguasai ASL, dan Koko dianggap tak sedikitpun mendekat ke fasih berbahasa. Kritik yang datang juga menunjuk kalau Koko kadang memberikan isyarat yang tak bermakna, dan pelatihnya cenderung meminjamkan interpretasi mereka sendiri.

Menurut profesor bahasa dan psikologi komparatif di Duke University, Amerika Serikat, Michael Tomasello, penghargaan keterampilan bahasa paling maju dalam primata pantas diberikan kepada Kanzi, bonobo jantan (Pan paniscus) yang hidup dari 1980 sampai 2025. Kanzi berkomunikasi lewat sebuah papan leksigram, sebuah papan ketik terdiri dari sekitar 200 simbol arbiter atau acak yang berkorelasi terhadap hal-hal di lingkungannya.

Townsend termasuk yang meneliti Kanzi. Dia mengatakan kalau bonobo itu mengerti simbol-simbol yang ada pada papan leksigramnya dan dapat menggunakannya untuk berkomunikasi dengan para pelatihnya. Kanzi, kata Townsend, menggunakan simbol-simbol untuk nama-nama orang, obyek yang familiar, aksi dan lokasi, dan dia melakukan vokalisasi untuk kata 'ya' dan 'tidak'. 

"Dia menggunakan papan leksigramnya untuk meminta benda atau meminta dilakukan sesuatu," katanya sambil menambahkan, "Dia belajar komunikasi simbolik."

Namun, Townsend juga menambahkan bahwa bahasa manusia lebih dari sekadar penggunaan simbol-simbol; tapi juga mengombinasikannya ke dalam struktur-struktur yang lebih besar untuk menciptakan arti yang lebih kompleks yang disebut syntax. Kalau Kanzi menguasai syntax, kata Townsend, "Itu akan mengindikasikan pemahaman yang lebih dalam dari bahasa manusia."

Sejauh ini, studi-studi menunjukkan kalau Kanzi bisa mengurutkan simbol-simbol tapi tetap diragukan kemampuan gramatikalnya. Townsend dan para peneliti lainnya mempelajari Kanzi sampai dengan kematian primata itu untuk mencari tahu batasan keterampilan syntax-nya. 

Kanzi di antaranya mengerti beberapa tuturan bahasa Inggris. Dalam studi 1993, tim penelitinya menemukan ketika bonobo itu mendengarkan kalimat yang baru, seperti "Put on the monster mask and scare Linda," dia dapat mengerjakan yang diminta itu sekitar tiga dari empat kali instruksi. Itu melampaui kemampuan anak usia 2,5 tahun. 

Lalu, Bagaimana dengan Anjing atau Kucing?

Kebanyakan hewan tak memiliki alasan evolusi untuk peduli tentang bahasa manusia. Tapi anjing, yang telah hidup bersama manusia untuk setidaknya 14 ribu tahun memiliki sebuah motivasi spesial untuk mendengarkan tuannya dan merespons dengan tepat.

Bangsa anjing bisa dengan sangat mudah menyesuaikan diri terhadap suara spesifik dan nada suara yang digunakan manusia untuk berkomunikasi. Faktanya, anjing sudah sejak berusia 8 minggu menunjukkan ketertarikan dalam suara dan gestur manusia.

Anjing-anjing begitu terbiasa dengan suara manusia sehingga mereka dapat membedakan kapan sebuah ucapan itu adalah perintah. Riset ilmu saraf bahkan menduga anjing mempunyai representasi mentalnya sendiri atas kata-kata, yang menuntun kepada dugaan pemahaman yang lebih dalam dari bahasa sama seperti manusia.

Beberapa jenis anjing sepertinya menguasai tata bahasa. Salah satunya adalah Chaser, seekor anjing border collie yang sangat terlatih dan dikenal sebagai anjing terpintar di dunia yang mampu mempelajari lebih dari 1000 kata. Menurut studi 2011, Chaser--mati pada 23 Juli 2019--bisa membedakan perintah seperti "bring the sock to the ball" dan "bring the ball to the sock" yang mengindikasikan pemahaman dasar dari syntax.  

Federico Rossano, associate professor bidang ilmu kognitif di University of California, San Diego, menggunakan papan tombol untuk meneliti kemampuan liguistik anjing. Pada tahun lalu, Rossano menunjukkan kalau anjing merespons ke bunyi kata yang aktual. 

Dalam sebuah studi terhadap 59 anjing, hewan-hewan itu mendengarkan ketika peneliti menekan tombol-tombol dengan kata-kata yang berhubungan dengan 'outside', 'play', dan 'food', seperti halnya juga dengan kata tak bermakna sebagai pembanding. Peneliti menggunakan headphones sehingga reaksi dan bahasa tubuhnya tak mempengaruhi respons anjing-anjing. 

Bahkan tanpa petunjuk konteks, tim peneliti menemukan ketika anjing-anjing mendengar bunyi yang berarti 'outside' dan 'play', mereka cenderung memperlihatkan perilaku yang berelasi dengan pergi ke luar atau bermain. Misalnya, berlari ke pintu atau meraih sebuah mainan.

Riset ini dianggap sebuah langkah menjanjikan untuk menunjukkan anjing dapat memahami perkataan manusia. Tapi, beberapa studi lain menemukan kalau anjing tak bisa membedakan kata-kata seperti 'sit' dan 'set'. Artinya, kemungkinan ada batasan terhadap seberapa besar mereka bisa mengerti.

Rossano menekankan kalau studinya tak ditujukan untuk membuktikan kalau anjing bisa bicara. Seperti para peneliti bahasa hewan lainnya, Rossano menyatakan masih memiliki banyak pertanyaan tentang kemampuan bahasa binatang.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus