Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Sains

BepiColombo Segera Dikirim untuk Kuak Misteri Planet Merkurius

Merkurius tampak jelas dari bumi, berpendar di antariksa seperti bintang di langit kala pagi dan petang.

11 Juli 2017 | 12.07 WIB

Planet Merkurius. scitechdaily.com
Perbesar
Planet Merkurius. scitechdaily.com

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Paris - Merkurius tampak jelas dari bumi, berpendar di antariksa seperti bintang di langit kala pagi dan petang. Namun planet ini masih menyimpan banyak misteri.

Untuk itu, Badan Antariksa Eropa (ESA) dan Badan Eksplorasi Luar Angkasa Jepang (JAXA) akan mengirim wahana BepiColombo pada Oktober tahun depan menuju planet paling dekat dengan matahari itu.

Baca: Balon Antariksa NASA Mulai Jalankan Misinya


Planet Merkurius berada paling dekat dengan matahari. (Wikipedia)

Planet Merkurius sudah dikenal oleh bangsa Sumeria yang menghuni kawasan selatan Mesopotamia (sekarang Irak) 5.000 tahun lalu. Para astronom Romawi sudah mempelajarinya dan menyebut planet itu sesuai dengan nama dewa Merkurius, sang pengirim pesan. Heraclitus, filsuf Yunani Kuno yang hidup sekitar 500 tahun sebelum Masehi, yakin Merkurius mengorbit matahari, bukan bumi.

Sepanjang sejarah misi manusia meneliti misteri antariksa, hanya ada dua wahana yang pernah mendekati Merkurius. Menurut Alvaro Gimenez Canete, Direktur Sains di ESA, Merkurius menjadi planet batu di tata surya yang paling jarang dieksplorasi manusia.

"Bukan karena dia tidak menarik, tapi sangat sulit untuk mencapainya," kata Canete seperti ditulis The Guardian.

Baca: Kapal Kargo Nirawak Cygnus Bawa Pasokan ke Stasiun Antariksa ISS

Marine 10 menjadi wahana antariksa pertama yang pernah mendekati planet berjarak 77 juta kilometer dari bumi itu. Namun wahana itu hanya sempat terbang melintasinya pada 1974 dan 1975. Tak sampai separuh permukaan Merkurius yang bisa teramati.


Mariner 10, wahana antariksa pertama yang mendekati Merkurius. (Wikipedia)

Perlu lebih dari tiga dekade untuk mengirim wahana lain menuju planet itu. Wahana nirawak milik Badan Antariksa Amerika Serikat, Messenger, melintasi Merkurius pada 2008 dan 2009.

Enam tahun lalu, Messenger mulai mengorbit Merkurius dan mempelajari kawasan yang belum pernah dilihat sebelumnya. Tidak seperti bumi yang memiliki lapisan tebal atmosfer untuk melindunginya dari terjangan obyek antariksa. Akibatnya, sebagian besar permukaan Merkurius rusak parah dihantam asteroid yang berasal dari berbagai belahan antariksa.

Baca: Setelah 6 Bulan di Orbit, 3 Kru Antariksa Mendarat di Kazakhstan

Selanjutnya: Merkurius sulit dipelajari...

Merkurius sulit dipelajari, bahkan dikunjungi, karena posisinya sangat dekat dengan matahari. Pengamatan dengan teleskop di bumi karena akan sangat terganggu oleh pancaran sinar matahari.

Mengirim wahana ke Merkurius berarti membangun perangkat yang bisa menahan energi panas tinggi. Tipisnya atmosfer membuat perbedaan temperatur di Merkurius bisa sangat ekstrem: -170 derajat Celsius pada malam hari dan menembus 430 derajat Celsius pada siang hari.


Posisi air di Planet Merkurius. (Russian Today)

Sebagian besar struktur wahana antariksa dirancang untuk menghadapi kondisi dingin ekstrem di luar angkasa. Para teknisi merancang BepiColombo untuk menahan suhu lebih dari 400 derajat Celsius. "Seperti mengoperasikan pesawat di dalam oven pizza," kata Manajer Proyek BepiColombo, Ulrich Reininghaus.

Baca: Suara Asing di Permukaan Pesawat Antariksa, Karena Alien?

Wahana antariksa BepiColombo akan mengangkut dua perangkat riset yang dilengkapi pelindung dan perangkat untuk menyalurkan panas matahari. Wahana itu juga dilengkapi panel surya untuk menyuplai energi dalam perjalanan jauhnya. Namun intensitas panas yang tinggi membuat panel surya tidak bisa menghadap langsung ke arah matahari.

BepiColombo membutuhkan setidaknya tujuh tahun untuk mencapai Merkurius. Perjalanan menjadi lama karena BepiColombo perlu melakukan manuver untuk mengantisipasi atmosfer tipis Merkurius yang membuat aktivitas pengereman konvensional tidak akan efektif.

Baca: Negara Antariksa Segera Dibangun, Bisa Tampung 150 Juta Jiwa



"Bisa saja mencapai Merkurius dalam tiga bulan, tapi perlu mesin pendorong yang sangat banyak untuk memperlambat wahana ini," kata Mark McCaughrean, penasihat senior di ESA.

Untuk memperlambat gerakannya, BepiColombo akan melakukan sembilan aksi terbang lintas: 2 kali terhadap bumi, 2 kali di Venus, dan 6 kali terhadap Merkurius. Ketika memasuki ruang orbit Merkurius pada 2025, BepiColombo diperkirakan menempuh jarak setara dengan 18,5 kali mengitari tata surya.

Baca: LAPAN Tengah Kaji Lokasi Pembangunan Bandara Antariksa

Selanjutnya: Teka-teki yang ingin diungkap...

Teka-teki yang ingin diungkap antara lain soal medan magnet. Karena ukurannya kecil, para ilmuwan menduga inti planet Merkurius telah mendingin dan memadat. Namun data Messenger menunjukkan bahwa Merkurius memiliki medan magnet, kondisi yang mengindikasikan inti planet berwujud cair, seperti di bumi.

Misteri besar lainnya adalah Merkurius tengah menyusut. Hal ini dipicu pendinginan inti planet yang membuat lapisan kerak Merkurius berkontraksi, mengerut, dan retak-retak. Pemetaan mendetail pada retakan di permukaan bisa menunjukkan seberapa cepat penyusutan terjadi dan bagaimana proses pemicunya.

Baca: Cina Kembangkan Teleskop Raksasa untuk Amati Antariksa


Planet Merkurius. (Scitechdaily.com)

Para peneliti juga ingin mencari bukti keberadaan air es yang ada di dalam kawah dan ceruk gunung di kutub Merkurius, terlindungi dari terpaan sengatan sinar panas matahari.

Tekanan di Merkurius sangat rendah. Artinya, jika bagian kutub menghangat, es akan langsung berubah menjadi gas. Jika BepiColombo bisa mengambil sampel senyawa kimia es, hal ini bisa membantu menunjukkan bagaimana planet itu terbentuk.

Baca: Cari Air di Antariksa, Ilmuwan Ini Temukan Tanda Kehidupan

Simak berita menarik lainnya soal misteri antariksa hanya di kanal Tekno Tempo.co.

THE GUARDIAN | SCIENCE ALERT | POPULAR MECHANICS | SPACE | GABRIEL WAHYU TITIYOGA

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Amri Mahbub

Amri Mahbub

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus