Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sains

BMKG: Gempa Merusak Myanmar Tak Pengaruhi Kegempaan di Indonesia

Gempa kembar (doublet) Myanmar memiliki efek merusak sampai ke wilayah Cina dan Thailand.

30 Maret 2025 | 15.05 WIB

Petugas penyelamat melakukan evakuasi di lokasi bangunan yang runtuh akibat gempa bumi di Mandalay, Myanmar, 29 Maret 2025. Reuters/Stringer
Perbesar
Petugas penyelamat melakukan evakuasi di lokasi bangunan yang runtuh akibat gempa bumi di Mandalay, Myanmar, 29 Maret 2025. Reuters/Stringer

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika atau BMKG menegaskan bahwa gempa kembar (doublet) Myanmar yang efek merusaknya sampai ke wilayah Cina dan Thailand tak sampai berdampak kepada kegempaan di wilayah Indonesia. Alasan pertama dan utamanya adalah sumber gempa yang berbeda.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Jalur Sesar Sagaing yang menjadi pemicu Gempa Myanmar tidak menerus masuk ke wilayah Indonesia," kata Direktur Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono dalam keterangan yang dibagikannya pada Sabtu, 29 Maret 2025.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Gempa M7,7 dan M6,4 dalam waktu dan dari sumber yang berdekatan mengguncang Mandalay, Myanmar, pada Jumat siang 28 Maret 2025. Kekuatan guncangannya dipetakan hingga skala intensitas VIII-IX MMI (menyebabkan kerusakan berat). 

Menurut Daryono, alasan kedua gempa yang sangat kuat itu tak sampai berdampak ke wilayah Indonesia karena memang jaraknya sangat jauh. Ujung selatan jalur Sesar Sagaing hingga Pulau Sabang jaraknya sekitar 1.256 kilometer.  

Peta lokasi gempa Myanmar, 28 Maret 2025. Dok. USGS

Tambahan alasan lainnya adalah, Daryono menjelaskan, "Masing-masing segmen sumber gempa akan mengalami rilis energi sendiri-sendiri, bukan saling picu, berdasarkan besaran laju geser (slip-rate) dan tentunya dapat mengalami akumulasi tegangan sendiri-sendiri pada masing-masing segmen." 

Kalaupun terjadi gempa yang berdekatan jarak dan waktunya, Daryono menambahkan, itu adalah faktor kebetulan saja, tidak ada hubungannya. Ditegaskannya bahwa tidak ada konsep atau teori yang dipahami saat ini bahwa gempa bisa saling picu dan merambat.

Hingga saat ini, kata Daryono, peneliti masih lebih mudah mengkaji aktivitas gempa dalam aspek spasial dan temporal daripada mengkaji perubahan dan perpindahan tegangan (stres) di kulit Bumi. Sehingga, yang baru bisa dijelaskan adalah kaitan antara gempa utama dan gempa susulannya.

Sedangkan secara empirik, Daryono melanjutkan, "Masih sulit menjelaskan sebuah gempa dapat dipicu oleh gempa jauh."

Atas dasar itulah, BMKG menyatakan bahwa aktivitas tektonik di zona Sesar Sagaing tidak dengan mudah secara langsung mempengaruhi wilayah Indonesia. Namun demikian, sebagai langkah kesiapsiagaan, masyarakat di Indonesia tetap diimbau agar tidak abai dengan keberadaan jalur sesar aktif di daerah masing-masing. 

"Jika ternyata tempat tinggal kita relatif dekat sumber gempa maka sebagai upaya mitigasi kita wajib membangun rumah yang memenuhi standar tahan gempa," kata Daryono.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus