Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

sains

Bikin Turis Indonesia Dikecam, Ini yang Perlu Diketahui dari Pohon Sakura di Jepang

Perilaku sekelompok turis asal Indonesia di Jepang mengundang kecaman luas gara-gara perilakunya terhadap bunga sakura yang sedang bermekaran.

19 April 2024 | 05.17 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Perilaku sekelompok turis asal Indonesia di Jepang mengundang kecaman luas gara-gara perilakunya terhadap bunga sakura yang sedang bermekaran. Seperti videonya yang viral di media sosial, mereka bergembira ketika dengan sengaja membuat bunga-bunga sakura berguguran dari satu dahan pohonnya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Video juga menunjukkan perbandingan bagaimana warga Jepang memperlakukan bunga sakura yang sedang bermekaran, yang kontras dengan perilaku itu. Warga Jepang berusaha tak melakukan kontak dengan bunga-bunga yang masih berada di pohon jenis ceri hias tersebut. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Mereka juga biasanya memuaskan diri hanya dengan berpiknik di bawah pohon sambil melihat bunga-bunga itu yang mekar serentak (Hanami). Larangan memetik bunga sakura biasanya pula ada di setiap tamannya. 

Dikutip dari website Laboratory Updates Hiroshima Universty, bunga sakura dari pohon keluarga Rosaceae dan genus Prunus, secara kultural, memang penting bagi masyarakat di Jepang. Sakura dianggap simbol kehidupan manusia, kefanaan, dan keluhuran. 

Setiap tahun, ribuan orang akan berkumpul di taman-taman untuk ambil bagian dalam Hanami, melihat bunga sakura mekar.

Jenis pohonnya memiliki musim berbunga yang singkat, yakni sekitar 2-4 minggu saja setiap tahunnya. "Bunga-bunga yang bermekaran di setiap pohonnya akan bertahan sekitar 3-7 hari," kata Hiromi Tsubota, Associate Professor di Miyajima Natural Botanical Garden, Graduate School of Science, Hiroshima University.

Bunga sakura mekar serentak dalam satu pohon karena mereka secara genetik sangat dekat satu sama lain, baik itu berasal dari teknik budidaya maupun terbentuk secara alami. 

Tsubota menambahkan kalau kebanyakan pohon sakura di Jepang saat ini bukan lagi spesies liar, tapi sudah persilangan dari spesies yang beragam. Kentalnya rekayasa genetika membuat sakura bisa  mekar berbarengan di satu waktu antara Maret dan April di Jepang, bergantung pada kondisi suhu. 

Prediksi musim mekar itu menjadi salah satu pekerjaan reguler Asosiasi Cuaca Jepang. Mereka menggunakan basisdata antara lain pohon sampel di observatorium meteorologi, selain juga lokasi lain yang unik ataupun lokasi taman-taman.

Berdasarkan prediksi itu pula, musim mekar sakura telah dimulai di Sukumo, Prefektur Kochi pada 12 Maret lalu. Pada April ini, musim mekar bersisa di Aomori, lalu Hokkaido, dan terakhir di Sapporo pada 29 April dan Kushiro pada 14 Mei mendatang. 

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus