Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sains

BNPB Gelar Operasi Modifikasi Cuaca di Lampung dan Jawa Tengah, Efektifkah?

Operasi Modifikasi Cuaca dimaksudkan untuk mempercepat penanganan darurat banjir dan tanah longsor. Kenapa peneliti BRIN ragu bakal efektif?

24 Januari 2025 | 18.22 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Wakil Wali Kota Bandar Lampung Deddy Amarullah meninjau salah satu lokasi banjir, 17 Januari 2025. ANTARA/Ho-Pemkot Bandar Lampung

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melakukan Operasi Modifikasi Cuaca (OMC) di wilayah Lampung dan Jawa Tengah mulai Kamis, 23 Januari 2025. BNPB berharap operasi akan mempercepat penanganan darurat bencana banjir dan tanah longsor yang sedang melanda dua provinsi tersebut.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari mengatakan operasi modifikasi cuaca oleh BMKG itu direncanakan akan berlangsung dalam lima sorti penerbangan. "Kemarin, operasi yang dipusatkan di Bandara Radin Inten II (Lampung) ini telah melakukan penerbangan sebanyak dua sorti, membawa 2.000 kilogram Natrium Klorida (NaCl) disemai di langit 'Gerbang Pulau Sumatra'," kata Muhari melalui keterangan tertulis, Jumat, 24 Januari 2025.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Menurut Muhari, pesawat bernomor lambung PK-SNG akan kembali terbang besok, Sabtu 25 Januari 2025. Penyemaian awan menggunakan garam ini ditujukan pada awan-awan yang berpotensi terjadi hujan lebat di wilayah Lampung. Targetnya adalah hujan dapat diredistribusikan lewat teknik yang dikenal sebagai hujan buatan.

"Agar tidak turun di wilayah yang sedang dalam masa penanganan darurat pascabanjir besar yang melanda beberapa lokasi seperti di Kabupaten Pesawaran, Kabupaten Lampung, Kabupaten Lampung Timur, dan Kota Bandar Lampung," tutur Muhari.

Selain di Provinsi Lampung, BNPB juga melakukan Operasi Modifikasi Cuaca di wilayah Jawa Tengah. Target di sini adalah mendukung penanganan darurat bencana longsor dan banjir yang melanda Kabupaten Pekalongan, Kabupaten Grobogan, Kabupaten Kendal, Kabupaten Batang, dan Kabupaten Demak. 

Di Pekalongan, kata Muhari, tim gabungan hingga hari ini masih melakukan operasi pencarian dan evakuasi korban hilang akibat tanah longsor di Kecamatan Petungkriyono. Sementara prakiraan cuaca BMKG memantau pertumbuhan awan hujan di Provinsi Jawa Tengah masih didominasi oleh awan yang memiliki potensi pertumbuhan tinggi.

Relawan menyisir korban terdampak longsor di Desa Kasimpar di Kecamatan Petungkriyono, Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah, 22 Januari 2025. ANTARA/Harviyan Perdana Putra

"Kondisi tersebut menunjukkan peluang terjadinya hujan di wilayah sekitar Kabupaten Pekalongan masih cukup tinggi," ucapnya 

Pada Kamis, 23 Januari 2025, pesawat Carravan bernomor lambung PK-SNN telah melaksanakan operasi modifikasi cuaca pertama selama 4 jam 18 menit. Sebanyak 2.000 kilogram NaCl disemai di atas perairan laut utara Jawa Tengah. Penerbangan dilakukan dengan ketinggian 8.000 feet.

Operasi di Jawa Tengah rencananya akan dilaksanakan hingga Jumat, 24 Januari 2025, ini saja. Posko operasi di Jawa Tengah berpusat di Bandar Udara Jenderal Ahmad Yani Semarang.

Apakah Modifikasi Cuaca Efektif? 

Peneliti di Pusat Iklim dan Atmosfer Badan Riset dan Inovasi Nasional Erma Yulihastin memiliki pandangan berbeda tentang Operasi Modifikasi Cuaca. Menurutnya, modifikasi cuaca adalah cara paling instan dan sangat lokal yang tak disarankan ketika kondisi cuaca ekstrem karena gangguan sinoptik sedang menguat seperti yang saat ini sedang terjadi.

Erma menerangkan, kondisi saat ini sedang aktif pembentukan Mesoscale Convective Complex (MCC) di atas lautan. MCC adalah kumpulan awan kumulus yang biasa menyebabkan hujan lebat disertai angin kencang dan petir di permukaan. Saat ini juga, ditambahkan Erma, ada sistem propagasi hujan yang kuat pada Januari-Februari yang membuat hujan dari laut itu masuk ke darat dengan cepat.

Siklus MCC sangat lama, minimal enam jam, sehingga, Erma menilai, teknik modifikasi cuaca hujan buatan tak akan efektif. Terlebih, profesor riset bidang klimatologi ini menambahkan, ada mekanisme cold pool di permukaan atau ketinggian yang rendah, kurang dari 0,5 kilometer.

Mekanisme itu membuat awan yang sudah terurai atau meluruh bisa dengan cepat membentuk awan konvektif kembali. "Pembentukan atau replikasi diri awan yang agresif," kata Erma memberikan ilustrasi. 

Dengan kondisi itu, MCC di lautan dipastikannya tak akan terbendung masuk ke daratan dan tumbuh semakin besar. Di Pulau Jawa, angin baratan berperan mendorongnya terus ke timur. Ini sebabnya, hujan deras terus terjadi di Jawa Tengah dan Jawa Timur belakangan ini.

"Jadi lihat dulu MCC-nya seperti apa dan propagasi-nya kuat atau tidak untuk memprediksi apa yang kita tabur di laut apakah bisa memperparah yang terjadi di darat," kata dia.

 

Irsyan Hasyim

Irsyan Hasyim

Menulis isu olahraga, lingkungan, perkotaan, dan hukum. Kini pengurus di Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Jakarta, organisasi jurnalis Indonesia yang fokus memperjuangkan kebebasan pers.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus