Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

DPR Sepakati Tambahan Anggaran BMKG Sebanyak Rp 25 Miliar untuk Danai Modifikasi Cuaca

BMKG menjelaskan modifikasi cuaca tersebut akan dilakukan sebanyak 40 hari sepanjang tahun 2025 dengan total biaya Rp 22,09 miliar.

17 September 2024 | 17.05 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati di Gedung Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf), Jakarta Pusat, Senin, 19 Januari 2024. TEMPO/Hendri Agung Pratama

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - DPR mengesahkan tambahan anggaran untuk Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika atau BMKG sebesar Rp 25 miliar dalam APBN 2025.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengatakan tambahan anggaran tersebut akan digunakan untuk pembiayaan modifikasi cuaca pada 2025.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dwikorita mengatakan tambahan anggaran tersebut sudah disahkan oleh Badan Anggaran DPR. Dia menjelaskan modifikasi cuaca tersebut akan dilakukan sebanyak 40 hari sepanjang tahun 2025 dengan total biaya Rp 22,09 miliar.

"Modifikasi cuaca ini diperlukan untuk mencegah dampak bencana hidrometeorologi ekstrem pada tahun 2025," kata Dwikorita dalam rapat rencana kerja anggaran bersama Komisi V DPR, Selasa, 17 September 2024.

Meski mendapat tambahan anggaran, Dwikorita mengatakan jumlah tersebut masih jauh dari kebutuhan modifikasi cuaca secara nasional. Dia mengatakan dalam alokasi yang disusun BMKG, dibutuhkan Rp 700 miliar untuk modifikasi cuaca nasional.

Eks Rektor Universitas Gadjah Mada ini mengatakan akan memetakan di wilayah mana saja modifikasi cuaca dilakukan. Nantinya, kata dia, dalam satu hari akan ada satu unit pesawat yang akan menebarkan garam di sejumlah titik.

Untuk wilayah mana saja modifikasi cuaca dilakukan, Dwikorita mengatakan pihaknya masih melakukan kajian dan pemetaan.

Selain mengurangi dampak bencana akibat cuaca ekstrem, Dwikorita mengatakan modifikasi cuaca juga diperlukan di daerah yang menjadi sentra pangan. Cuaca ekstrem di wilayah pertanian berpotensi mengancam lahan pertanian dan memicu gagal panen.

"Untuk sampai menghentikan risiko hujan ekstrem, itu akan susah. Tapi paling tidak modifikasi cuaca ini bisa mengurangi dampak dari hujan ekstrem yang menjadi pemicu bencana hidrometeorologi," katanya.

 

 

 

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus