Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sains

Bulan Telah Lalui Titik di Orbit yang Lahirkan Supermoon Terbesar 2024

Supermoon terbesar 2024 terjadi pada Rabu malam sampai Kamis pagi ini, 18-19 September 2024.

19 September 2024 | 04.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Supermoon terbesar 2024 terjadi pada Rabu malam sampai Kamis pagi ini, 18-19 September 2024. Fenomena ini terbentuk karena fase Bulan Penuh atau purnama berbarengan dengan titik perigee Bulan (jaraknya yang terdekat dari Bumi).

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dikutip dari keterangan yang diberikan akun InfoAstronomy di media sosial X, peristiwa supermoon ini bisa diamati sepanjang malam hingga pagi nanti saat Bulan tenggelam.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Supermoon adalah fenomena astronomi yang nggak berkaitan dengan fenomena apapun yang terjadi di Bumi, termasuk gempa Bumi. Jangan mau dibohongi pakai supermoon," bunyi pesan yang disertakan akun tersebut.

Diterangkan, fenomena supermoon hanya disebabkan oleh orbit elips Bulan mengitari Bumi. Dia terlihat lebih besar daripada biasanya karena purnama atau fase Bulan Penuh, dan berada pada titik orbit yang jaraknya terdekat dari Bumi (363.300 kilometer).

Jika dibandingkan saat berada di titik apogee atau titik terjauhnya dari Bumi (405.500 kilometer), Bulan Purnama malam ini terlihat 14 persen lebih besar dan 30 persen lebih terang. Syaratnya, tentu saja, langit yang cerah tanpa awan tebal dan hujan sehingga pengamatan bisa dilakukan.

Bulan mencapai titik perigee kali ini tepatnya pada Rabu malam, 18 Septemer 2024, pukul 20.28 WIB. Harvest moon, begitu supermoon September ini juga dikenal dalam tradisi Amerika Utara. 

Kalaupun tidak bisa teramati secara visual, efeknya bisa dicek lewat air pasang laut yang lebih tinggi daripada biasanya. Penyebabnya, Bulan berada lebih dekat dengan Bumi sehingga gravitasi Bulan menarik air laut lebih kuat.

"Fenomena ini tidak menimbulkan dampak yang berbahaya bagi kehidupan di Bumi, tetapi lebih pada keindahan visual dan potensi untuk mempelajari hubungan antara orbit Buman dan dinamika pasang surut," kata periset di Pusat Riset Antariksa BRIN, Farahhati Mumtaha di akun Instagram BRIN Indonesia.

Puncak fenomena supermoon hanya satu malam ini, layaknya Bulan Purnama biasa. Setelahnya, Bulan tetap akan terlihat besar dan terang selama beberapa malam

SCIENCE.NASA 

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus