Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sains

Bumi Masih Dilanda Badai Matahari Pekan Ini

Badai matahari adalah cuaca luar angkasa yang cukup normal, terjadi setiap kali Matahari kita tumbuh lebih aktif.

16 Maret 2022 | 10.06 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Keindahan Aurora menghiasi angit di Pajala, Swedia, 10 Februari 2022. Langit Swedia dipenuhi dengan tarian cahaya hijau dan putih terang dari cahaya utara yang terlihat antara pukul 9-10 malam waktu setempat. REUTERS/Alexander Kuznetsov/All About Lapland

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Matahari terus mengalami suar surya (ledakan besar) dan lontaran massa korona hampir setiap hari sejak pertengahan Januari. Itu berarti hal yang tak terhindarkan telah terjadi. Beberapa dari letusan itu meledak ke arah Bumi, sehingga kita menghadapi badai matahari.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pusat Prediksi Cuaca Luar Angkasa dari Administrasi Kelautan dan Atmosfer Nasional AS (NOAA) dan Kantor Meteorologi Inggris telah mengeluarkan peringatan untuk badai geomagnetik ringan dan sedang selama beberapa hari ke depan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sebenarnya, kita telah dilanda badai geomagnetik skala ringan dan sedang selama beberapa hari terakhir. Artinya, tercatat G1 dan G2 pada skala badai matahari lima tingkat. Dengan tingkat ini, kita juga dapat melihat peningkatan aurora borealis dan aurora australis.

"Ada kemungkinan peningkatan pada aurora oval pada waktu-waktu selama 13 dan 14 Maret sebagai akibat dari dua Coronal Mass Ejections (CME) dan aliran kecepatan tinggi lubang koronal yang tiba di Bumi," ujar Kantor Meteorologi Inggris. Pertunjukan cahaya ini dapat dilihat pada garis lintang 55 derajat di setiap kutub.

Badai matahari adalah cuaca luar angkasa yang cukup normal, terjadi setiap kali Matahari kita tumbuh lebih aktif. Akibatnya, CME dan angin matahari menimbulkan gangguan pada medan magnet bumi dan atmosfer bagian atas. Saat ini keduanya sedang terjadi.

Korona Matahari, bagian terluar atmosfer, meletus, mengeluarkan plasma dan medan magnet ke luar angkasa. Jika CME diarahkan ke Bumi, tumbukan lontaran massa korona dengan medan magnet Bumi dapat menyebabkan badai geomagnetik, juga dikenal sebagai badai matahari.

Angin matahari muncul dari 'lubang' di korona Matahari. Ini adalah daerah plasma yang lebih dingin dan kurang padat di atmosfer Matahari, dengan medan magnet yang lebih terbuka. Daerah terbuka seperti itu memungkinkan angin matahari keluar dengan lebih mudah, meniupkan radiasi elektromagnetik ke luar angkasa dengan kecepatan tinggi. Jika lubangnya menghadap ke Bumi, angin itu bisa bertiup ke arah kita.

Ketika partikel bermuatan dari Matahari menabrak atmosfer Bumi, mereka disalurkan di sepanjang garis medan magnet Bumi ke kutub, di mana mereka menghujani atmosfer bagian atas dan berinteraksi dengan molekul di dalamnya. Interaksi ini mengionisasi molekul dan membuatnya bersinar, yang disebut aurora.

Menurut prakiraan aurora Space Weather, 14 dan 15 Maret memiliki tingkat maksimum Kp 6 dan Kp 5 masing-masing pada indeks aktivitas geomagnetik sepuluh titik Kp. Ini berarti kemungkinan besar aurora cerah dan dinamis dengan kemungkinan aurora korona, jadi ini saat yang tepat untuk mengejar cahaya di langit.

Indeks Kp menggambarkan gangguan medan magnet bumi yang disebabkan oleh angin matahari. Semakin cepat angin matahari bertiup, semakin besar turbulensinya. Indeks berkisar dari 0, untuk aktivitas rendah, hingga 9, yang berarti bahwa badai geomagnetik yang intens sedang berlangsung.

Kp 5 menunjukkan badai kecil, dengan tampilan aurora cerah, konstan dan berwarna-warni, muncul warna merah dan ungu. Sementara Kp 6 menunjukkan badai sedang, dengan tampilan aurora yang cerah, dinamis, dan berwarna-warni.

Jika sepertinya Matahari sedikit lebih aktif akhir-akhir ini, itu karena memang saatnya. Bintang kita melewati siklus aktivitas 11 tahun, yang menandai puncak dan palung dan dikenal sebagai maksimum matahari dan minimum matahari. Solar minimum, ketika medan magnet Matahari berada pada titik terlemahnya, terjadi ketika kutub magnet Matahari berpindah tempat. Solar minimum terbaru terjadi pada Desember 2019.

Itu berarti kita saat ini meningkat menuju maksimum matahari, ketika medan magnet matahari berada pada titik terkuatnya. Karena medan magnet Matahari mengontrol aktivitasnya, ini berarti kita akan melihat peningkatan pada bintik matahari, jilatan api matahari, dan CME. Bintik matahari adalah daerah sementara dari medan magnet kuat yang terbentuk ketika medan magnet matahari kusut.

Maksimum matahari akan terjadi sekitar Juli 2025. Sulit untuk memprediksi seberapa aktif siklus tertentu, tetapi ada bukti yang menunjukkan bahwa kita mungkin memasuki siklus terkuat yang tercatat hingga saat ini.

Badai matahari yang lebih kuat dapat menyebabkan masalah yang lebih signifikan, jadi semoga bintang kita akan menjaga agar badai tetap rendah.

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus