Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Peneliti Ahli Utama dari Pusat Riset Iklim dan Atmosfer Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Erma Yulihastin mengatakan lembaganya memakai aplikasi berbasis web, Sadewa dan Kamajaya, untuk memitigasi potensi siklon tropis di Indonesia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Kami memitigasi terjadinya siklon tropis di Indonesia dengan Sadewa dan Kamajaya, mengingat dampaknya dapat menyebabkan kehilangan nyawa dan kerusakan infrastruktur,” ujar Erma melalui keterangan tertulis pada Senin, 17 Februari 2025.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Erma memperkirakan siklon tropis akan mencapai Australia pada Jumat, 14 Februari 2025, sekitar pukul 19.00 waktu setempat. Dengan kecepatan angin berkategori 4, dampak siklon itu perlu diwaspadai, bahkan sampai ke Indonesia. Mata badai ini berputar dan bergerak, menciptakan jalur panjang dari gerombolan awan atau squall line yang dapat menjangkau Indonesia.
Melalui Sadewa, kata dia, para peneliti memantau pergerakan awan dan memprediksi cuaca hingga tiga hari ke depan, dengan pembaruan setiap jam. Sebelum Siklon Tropis Seroja terjadi pada 4 April 2021, dia mencontohkan, tiim BRIN telah mendeteksi dua bibit siklon yang tumbuh di Perairan Banda pada 28 Maret. Saat itu Kamajaya juga dipakai untuk memetakan potensi badai siklon untuk periode satu semester.
Erma berharap aplikasi Sadewa dan Kamajaya bisa mendukung pemerintah daerah untuk mewaspadai rangkaian siklon tropis. Dia memastikan alat pantau dan prediksi sudah tersedia Masyarakat diimbau mengakses situs web kedua aplikasi meteorologi tersebut agar dapat mengantisipasi musim kemarau atau hujan."
"Pemerintah daerah juga dapat membuat kebijakan yang melindungi masyarakat dari bahaya siklon tropis,” kata Erma.
Sejarah Siklon Tropis di Indonesia
Siklon tropis merupakan sistem tekanan udara rendah yang terbentuk di daerah tropis dan hanya terjadi di lautan hangat. Berdasarkan strukturnya, siklon tropis adalah daerah raksasa yang terdiri atas aktivitas awan, angin, dan badai petir yang berputar.
Sejak 1851 hingga 2006, badai siklon tropis belum pernah terjadi di Indonesia. Pasalnya, fenomena ini cenderung terbentuk di wilayah tropis pada lintang 15–20 derajat. Namun, beberapa badai siklon semakin sering terdeteksi di sekitar Indonesia selama beberapa dekade terakhir. Indonesia pernah mengalami Badai Siklon Vamei pada 27 November 2001.
Menurut Erma, mengutip hasil penelitian beberapa jurnal, peristiwa badai siklon seharusnya terjadi setiap 100–400 tahun sekali di Indonesia, bahkan diyakini tidak akan terulang. Kenyataannya, ada lagi Badai Siklon Ingrid terjadi pada 6 Maret 2005.
Siklon Tropis Dahlia pada 26 November 2017 di selatan Yogyakarta merusak sejumlah tambak. Ada juga Badai Siklon Lili di Laut Arafura pada 8 Mei 2019. “Yang terbaru Siklon Tropis Seroja pada 4 April 2021,” tutur Erma.