Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
PEREKAMAN detak jantung biasanya mengandalkan tenaga medis atau dokter di rumah sakit. Satria Mandala, dosen Telkom University, Bandung, membuat Arrhythmia Monitoring System untuk memantau parameter denyut dan gangguan irama jantung (aritmia). Perangkat ini didesain mungil, sebesar kotak korek api, sehingga mudah dibawa dan digunakan.
Alat ini berfungsi mendeteksi aritmia berdasarkan sinyal yang dihasilkan aktivitas listrik otot jantung pasien serta parameter dan variabilitas denyut jantung. Teknologi kecerdasan buatan sebagai program monitor pola aritmia dipadukan dengan sensor berbasis Internet of things dalam sistemnya untuk mengambil data sinyal jantung pasien.
Dengan desainnya yang ringkas, pasien bisa menggunakan alat itu sendiri ketika di rumah. Dokter, meski dari jarak jauh, bisa memperoleh data perekaman irama jantung pasien secara langsung. “Proses mendeteksi dan memonitor aritmia menggunakan kombinasi konsep on-demand dan real-time,” kata Satria pada Jumat, 3 Januari lalu.
Alat ini dapat mengenali aritmia secara komprehensif, dari yang tidak berbahaya, yang memicu stroke, hingga yang mematikan. Pemantauan aritmia dilakukan menggunakan bantuan aplikasi khusus yang dipasang di telepon seluler pintar. Jika pola aritmia berbahaya terdeteksi, sistem akan mengirim peringatan ke dokter ataupun keluarga pasien. “Pertolongan pertama kepada pasien dapat segera dilakukan,” ujar Satria.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo