Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sains

Cermin Sekunder di Observatorium Nasional Timau Telah Terpasang

Instrumen utama dari Observatorium Timau berupa sebuah teleskop dengan cermin berukuran 3.8 meter.

28 Juli 2023 | 19.04 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Cermin sekunder dan penyangganya telah terpasang dalam kubah Observatorium Nasional Timau, Nusa Tenggara Timur. (Foto: Abdul Rachman/BRIN)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Peneliti Astronomi dan Astrofisika Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengungkap perkembangan pembangunan Observatorium Nasional Timau, Nusa Tenggara Timur (NTT).

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Cermin sekunder sudah terpasang di ujung atas teleskop,” tulisnya di media sosial pribadinya, Jumat, 28 Juli 2023. Ia menyatakan target berikutnya adalah pemasangan cermin primer dan tersier.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kabar tersebut dibenarkan oleh Abdul Rachman, Koordinator Stasiun Observasi Nasional Kupang BRIN. “Benar, cermin telah terpasang dua hari yang lalu,” tulisnya lewat pesan singkat, Jumat. Ia menjelaskan pemasangan cermin sekunder dilakukan dalam satu hari. Sebelumnya, cermin dirangkai terlebih dahulu dengan penyangganya sebelum diangkat dan dimasukkan ke dalam kubah teleskop.

Menurutnya, cermin berdiameternya sekitar 1 meter itu berfungsinya untuk memantulkan cahaya dari cermin utama ke cermin tersier. Sedangkan, kedua cermin sisanya direncanakan akan dipasang dalam waktu dua bulan ke depan. “Untuk pemasangan cermin sepenuhnya dilakukan oleh kontraktor Jepang, Nishimura Co.,” jelasnya. Menurutnya ada tiga sampai lima teknisi ahli yang dikirim ke Indonesia.

Sekilas Observatorium Nasional Timau

Instrumen utama dari observatorium ini berupa sebuah teleskop dengan cermin berukuran 3.8 meter yang akan menjadi teleskop terbesar di Asia Tenggara dan termasuk ke dalam 25 teleskop optik terbesar di dunia.

Melalui keberadaannya, diharapkan astronomi Indonesia akan kembali menjadi yang terdepan di Asia Tenggara seperti pernah diraih sebelumnya melalui keberadaan Observatorium Bosscha.

Harapannya, dengan beroperasinya teleskop 3.8 m di Timau maka produktivitas ilmiah di bidang astronomi akan meningkat pesat. Negara tetangga yang sudah merasakan hasil serupa adalah Thailand berkat teleskop berukuran 2.4 m yang selesai dibangun pada tahun 2013.

Observatorium yang berada di ketinggian sekitar 1.300 meter dari permukaan laut ini akan memperkaya dunia astronomi Indonesia. Sebelumnya, Indonesia memiliki Observatorium Bosscha yang berada di Lembang, Jawa Barat.

Observatorium Bosscha, yang berdiri pada tahun 1923, saat ini masih beroperasi, namun kondisi cuaca yang semakin sering mendung dan semakin intensnya polusi cahaya akibat perkembangan pemukiman di sekitarnya, yang tidak sejalan dengan visi sebuah observatorium, telah menurunkan produktivitasnya. 

Tidak tersedianya teleskop optik berukuran di atas 1 meter juga menyulitkan Observatorium Bosscha untuk mengamati benda-benda langit yang sangat redup yang akan selalu menjadi target dalam astronomi.

Nantinya, teleskop 3.8 m di Timau akan memperbaiki kondisi ini dengan kemampuannya yang lebih baik untuk mengamati benda-benda semacam itu berkat ukuran yang lebih besar dan kondisi langit yang lebih baik karena lebih gelap dan lebih bersih dari polusi cahaya dan udara.

Tonggak penting dalam proyek pembangunan Observatorium Nasional Timau (Obsnas) dimulai pada tujuh tahun silam. Hal itu ditandai dengan penandatanganan nota kesepahaman dan perjanjian kerja sama pada 7 Oktober 2015 antara lima pihak, yakni Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), Institut Teknologi Bandung (ITB), Universitas Nusa Cendana (UNDANA), Pemerintah Provinsi NTT, dan Pemerintah Kabupaten Kupang. 

Setahun kemudian master plan Obsnas Timau selesai dibuat. Demikian juga dengan master plan Kantor Operasional dan Pusat Sains yang berlokasi di dekat Bendungan Tilong, Kupang, beserta dokumen analisis dampak lingkungan Obsnas.

Tahun 2017 dimulailah kontrak tahun jamak pembuatan teleskop optik 3.8 m dan kubahnya selama 4 tahun. Pembuatan teleskop dan kubahnya tersebut dipercayakan kepada sebuah perusahaan dari Jepang yang sudah cukup berpengalaman dalam mengerjakan proyek serupa. Tahun berikutnya dimulai kontrak tahun jamak selama dua tahun pembangunan gedung teleskop 3.8 m yang proyeknya dikerjakan oleh kontraktor dari Indonesia.

OBSERVATORIUM NASIONAL TIMAU | BRIN

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus