Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Peneliti teknologi bersih di Organisasi Riset Bidang Ilmu Pengetahuan Teknik, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), memperkenalkan nanobiopestisida dari mikroba endemik Indonesia untuk atasi layu fusarium pada tanaman. Penyebab layu ini adalah cendawan atau jamur Fusarium oxysporum f.sp. cubense (FOC).
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Salah satu penelitinya, Desak Gede Sri Andryani, menjelaskan bahwa pestisida yang dikembangkan telah diuji di laboratorium. Hasilnya, mampu menghambat layu fusarium pada tanaman pisang, juga manggis dan stroberi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
“Kami mendesain mikroba penghasil metabolit sekundernya, mendesain media produksi dan proses produksinya, proses sampai mendesain sintesis nanobiopestisida antimikroba, dan uji aktivasi antimikrobanya,” ujar Desak dalam Webinar Talk to Scientists: Tanaman Hias dan Peluang Inovasi di Masa Pandemi, Selasa 2 November 2021.
Desak menerangkan, biopestisida merupakan agen pengendali berupa metabolit sekunder yang memiliki mekanisme penghambatan terhadap patogen melalui antibiotik atau senyawa kimia yang dihasilkan. Bedanya dengan pestisida biasa adalah lebih ramah lingkungan karena menggunakan bahan baku hayati.
"Dan proses pembuatannya yang tidak membutuhkan biaya, tekanan dan suhu yang tinggi, serta bisa didaur ulang," kata perempuan lulusan S2 dan S3 Farmasi, Institut Teknologi Bandung (ITB) itu.
Desak melanjutkan, metabolit sekunder mikroorganisme dapat memproduksi enzim kitinase, selulase, glukosa oksidase, dan asam oklasat. Keempatnya berperan dalam menghancurkan dinding sel bakteri maupun jamur, dapat mengkatalis reaksi oksidasi, dan bisa sebagai antiseptik.
"Berdasarkan mekanisme aksinya, metabolit sekunder nanobiopestisida dengan aktivitas antimikroba bekerja menghambat sintesis ergosterol, yaitu bekerja dengan mengikat ergosterol dan mengganggu stabilitas membran jamur," kata dia lagi.