Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, California - Dunia satwa memang unik. Tahukah Anda kalau gurita dan cumi-cumi bisa mengubah warna tubuhnya layaknya bunglon dan kadal? Ya, mereka bisa melakukannya, tapi dengan cara berbeda.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Warna pada organisme hidup dapat terbentuk dengan dua cara, yaitu pigmentasi atau struktur anatomis. Warna struktural muncul dari interaksi fisik cahaya dengan nanostruktur biologis. Banyak organisme memiliki kemampuan itu, tapi mekanisme yang melandasi proses tersebut masih kurang dipahami.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sekelompok peneliti dari University of California, Santa Barbara, menemukan mekanisme neurotransmitter yang dapat mengubah warna cumi Doryteuthis opalescens secara dramatis. Akumulasi neurotransmitter acetylcholine itu akan menambah kelompok fosfat pada keluarga protein reflectin. Proses ini membuat protein berkondensasi dan mendorong perubahan warna pada binatang.
Para ilmuwan menggali lebih dalam untuk membongkar mekanisme yang bertanggung jawab atas perubahan warna pada cumi-cumi dan gurita. Temuan ini dipublikasikan dalam jurnal Proceedings of the National Academy of Science.
Warna struktural sangat bergantung pada kerapatan dan bentuk material, bukan pada sifat kimianya. Riset tim UCSB menunjukkan bahwa sel khusus iridocyte pada kulit cumi-cumi memiliki lipatan-lipatan pada membran sel yang masuk jauh ke tubuh sel. Lipatan itu menciptakan lapisan yang beroperasi seperti reflektor Bragg.
"Kami tahu bagaimana Cephalopoda menggunakan spektrum warna pelangi untuk kamuflase, sehingga mereka dapat mengontrol transparansinya, bahkan cocok dengan lingkungan sekitarnya," kata Daniel E. Morse, ahli bioteknologi sekaligus Direktur Marine Biotechnology Center/Marine Science Institute, di UCSB seperti dikutip Science Daily.
Gurita dan cumi-cumi juga menggunakan kemampuan itu untuk menciptakan pola membingungkan yang mengganggu kemampuan visual predator. "Pengendalian warna juga membantu koordinasi interaksi, terutama saat kawin, karena mereka terus-menerus mengubah penampilan," ujarnya. "Beberapa jenis sotong, misalnya, bisa berubah dari merah terang, yang berarti menjauhlah, hingga belang seperti zebra, yang bermakna undangan untuk kawin."
Simak artikel menarik lainnya dari dunia satwa hanya di kanal Tekno Tempo.co.
PROCEEDINGS OF THE NATIONAL ACADEMY OF SCIENCE | SCIENCE DAILY