Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Fenomena langka yang disebut Black Moon alias Bulan Hitam bakal muncul di pengujung tahun ini. Menurut astronom dari Observatorium Bosscha Yatny Yulianti, peristiwa langit itu bisa disaksikan dari wilayah Indonesia pada 31 Desember 2024 pada pukul 05.27 WIB. “Fenomenanya terjadi di satu waktu, hanya kita di permukaan bumi mengamatinya di waktu yang berbeda karena perbedaan zona waktu,” katanya kepada Tempo, Sabtu 28 Desember 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut Yatny, fenomena Black Moon tidak selalu terjadi di akhir tahun. Bisa juga di waktu lain, seperti pertengahan tahun. Karena saat ini akan muncul pada akhir tahun, maka Black Moon bisa disebut sebagai bulan baru ke-13 sepanjang 2024. “Periodenya terjadi setiap 33 bulan,” ujarnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Secara astronomi, kata Yatny, peristiwa Black Moon tidak ada yang istimewa. Namun daya tarik fenomena ini pada kemunculannya yang tergolong jarang atau terhitung langka. “Mirip dengan fenomena gerhana matahari yang tidak terjadi setiap bulannya,” kata dia.
Penggiat astronomi dari komunitas Langit Selatan Avivah Yamani mengatakan, istilah Black Moon merupakan kemunculan bulan baru yang terjadi dua kali dalam kurun waktu satu bulan kalender. Saat sekarang ini pada Desember 2024. Kemunculan bulan baru lazim menjadi patokan pergantian bulan dalam kalender Islam atau Hijriah.
Menurut Avivah, secara fisik kemunculan bulan berada di antara matahari dan bumi. Bulan terbit dan terbenam hampir berbarengan dengan matahari. Karena penampakannya yang sulit dilihat langsung oleh mata, bulan baru kedua dalam kurun waktu satu bulan itu dinamakan dengan istilah Black Moon.
Kemunculan bulan baru ganda dalam satu bulan kalender yang sama merupakan hasil akumulasi. Avivah berusaha memberikan gambaran kalkulasinya seperti ini. Fase antar bulan baru, seperti halnya purnama, yaitu 29,5 hari. Sehingga muncul 12 kali dalam setahun yang total jumlah harinya 354 hari. Waktu keseluruhan siklus bulan itu lebih pendek dari satu tahun kalender yang berjumlah 365,25 hari.
Sisa hari yang terakumulasi itu, kata Avivah, yang kemudian memungkinkan terjadinya purnama dua kali dalam satu bulan kalender atau disebut purnama kedua bulan biru. Begitu juga dengan kemunculan fase bulan baru hingga dua kali seperti pada 31 Desember 2024.