Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Bogor - IPB University langsung merespons kebijakan Kampung Merdeka Mendikbud Nadiem Makarim dengan rencananya membuka program studi baru tahun ini. Prodi baru yang akan dibuka di tahun akademik 2020/2021 adalah Statistika dan Sains Data.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dalam keterangannya, Rektor IPB University, Arif Satria, mengatakan bahwa pembukaan prodi tersebut sangat penting sebagai bentuk antisipasi kampus itu terhadap perkembangan ilmu ke depan. Menurutnya, dunia industri, bisnis dan riset di berbagai bidang sekarang sangat membutuhkan dukungan big data dan sains data.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Berbagai perguruan tinggi di dunia seperti Stanford, University of Houston, Yale, Monash dan Eidenburgh telah memiliki program studi Statistika dan Data Science," katanya, Jumat 31 Januari 2020. Di IPB University, Arif menambahkan, program studi itu akan dibuka untuk seluruh pogram sarjana, magister, dan doktor.
Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) IPB University, Sri Nurdiati, mengaku persiapan untuk mengembangkan program studi baru itu sudah dilakukan lebih dari satu tahun terakhir. Saat ini, kata dia, telah disetujui Senat Akademik. "Program studi ini akan mulai menerima mahasiswa baru di semua strata mulai tahun ini," kata Sri.
Tepat sepekan sebelumnya, Mendikbud Nadiem Makarim mengumumkan kebijakannya untuk pendidikan tinggi yang dinamakannya 'Merdeka Belajar: Kampus Merdeka'. Satu dari empat isi kebijakannya itu, memberi otonomi bagi Perguruan Tinggi Negeri (PTN) dan Swasta (PTS) dalam pembukaan atau pendirian program studi baru.
Saat ini, kata Nadiem, membuka prodi baru dianggap tak mudah karena harus mendapatkan izin dari kementerian, tapi PTN dan PTS ditantang untuk menjawab kebutuhan industri yang berubah. Padahal, Nadiem menuturkan, banyak kurikulum yang sifatnya teoritis dan tidak sejalan dengan kebutuhan dan belum bisa bersaing di panggung dunia.
"Solusinya, kami ingin melajukan kolaborasi atau pernikahan massal antar universitas dan berbagai pihak untuk menciptakan prodi baru," katanya.