Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Teknologi & Inovasi

Kanker Beton Bertulang

Para ahli bangunan menemukan 3 penyebab terjadinya karat pada beton bertulang. banyak bangunan raksasa bertulang beton terancam ambruk karena kerangkanya berkarat. (ilt)

4 Februari 1984 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SEJAK Joseph Monier menerapkan beton bertulang, I840, teknik bangunan seakan mengangkasa bagaikan metcor. Bangunan apa saja mungkin dibuat.... dan aman! Ternyata, kesimpulan itu terlalu pagi. Kini diketahui, banyak bangunan raksasa bertulang "mengidap kanker". Padahal, tadinya dikecapkan bahwa bangunan itu bisa berdiri selama-lamanya. Bangunan-bangunan itu retak, pecah, dan ambruk karena kerangkanya berkarat. Gejala ini sangat memusingkan. Setiap bangunan harus diperiksa dengan teliti. Sebagian besar bangunan ternyata memerlukan perbaikan berat, bahkan tidak sedikit yang harus diruntuhkan sama sekali demi keselamatan penghuninya. Di Amerika Serikat, biaya menngani 'kanker tulang" ini mencapai milyaran dolar. Di Kanada, gedung-gedung bertingkat untuk parkir mobil sudah harus diperbaiki. Biayanya menelan US$ l,8 milyar. Di samping itu, Departemen Jalan Raya Kanada masih harus merogoh kocek dan mengeluarkan US5 50 milyar untuk pengamanan dan perbaikan jembatan selama lima tahun mendatang. Hal yang sama juga terjadi di Swedia, Jerman Barat, Inggris, dan Amerika Serikat. Di Timur Tengah, gedung-gedung bertingkat yang baru berumur sekitar sepuluh tahun sudah harus diruntuhkan karena tulangnya dimangsa karat. Secara teoretis, gedung dengan beton bertulang tidak akan berkarat, apalagi retak. Semen portland menciptakan lingkungan kimia yang sangat alkali, dan dengan demikian kebal korosi. Lalu, apa biang keladi "kanker" yang menyebalkan itu? Setelah diteliti dengan saksama, para ahli menemukan tiga penyebab utama. Pertama garam yang mengandung ion-ion klorida menghilangkan penahan korosi tadi. Kedua karbon dioksida dan bahan polusi dari udara juga turut menghilangkan penahan korosi tadi. Karbon dioksida yang dapat masuk ke dalam beton itu akan bersenyawa dengan air, dan membuat asam karbonik. Zat ini menetralisasikan sifat alkalinitas beton - proses yang disebut karbonisasi, alias pengarangan. Dan faktor terakhir: mutu pekerjaan yang di bawah standar. Di Timur Tengah, air payau dan pasir berkontaminasi, yang mengandung garam klorida digunakan untuk mendirikan gedung-gedung besar. Sebaglan lagi, beton yang mengelilingi tulang baja itu terlalu tipis untuk mencegah korosi. Hampir semua bangunan besar di Timur Tengah mengalami kecerobohan seperti itu. "Pengobatan" kilat bisa dilakukan dengan menambahkan zat-zat kimia yang sedang dikembangkan untuk mengembalikan kemampuan menahan korosi. Namun, sebelum itu, semua gedung harus diperiksa untuk mencegah kemungkinan ambruk tiba-tiba. Semuanya memerlukan biaya! M.T. Zen.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus