Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Permata di pantat kuda

Harta karun milik maharaja terakhir kashmir, yang tersimpan dalam 6 peti di bawah tanah di tepi sungai, menimbulkan sengketa antara dr. karan signh, anak maharaja terakhir dengan pihak pemerintah. (sel)

4 Februari 1984 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

LELAKI tua itu telah bertekad akan membawa rahasia yang disimpannya terkubur bersamanya di liang lahad. Namun, tak lama setelah ia merayakan ulang tahunnya yang ke-84, harapannya buyar. Harta terpendam yang dirahasiakannya, dan telah dijaganya selama 40 tahun, diketahui orang. Harta karun itu adalah tebusan milik maharaja terakhir Kashmir, tersimpan dalam enam peti yang terbuat dari baja, diperkirakan bernilai antara 20 juta dan 35 juta, dan ditaruh di dalam liang di bawah tanah di tepi sebuah sungai yang kotor, lalu dilupakan semua orang - kecuali si orang tua, pelayan gaek yang aneh itu. Namanya Diwan Iqbal Nath. Dikawal pejabat resmi pemerintah Kashmir, Mary Ann Weaver diiringi Bhavan Singh, juru potret, merupakan wartawan pertama yang melihat segala permata simpanan itu. Yang pertama dikeluarkan dari kain penutup tipis yang sudah usang adalah salah satu perhiasan untuk kuda yang dipakai dalam upacara. lni sangat unik. Siapa kiranya penguasa lama itu, yang sampai hati menyuruh membuat perhiasan dari zamrud 50 karat yang hanya akan ditaruh di lubang pantat kuda yang ditungganginya? Ratusan mahkota dan pisau belati, jubah-jubah upacara dan ikat pinggang emas, menurut Nicholas Rayner dari perusahaan pelelangan Sotheby, London, menunjukkan kekayaan maharaja yang paling lengkap yang masih adadi India. Kashmir adalah wilayah yang subur, indah, juga penting karena letaknya yang strategis. Daerah luas ini dibeli dari pemerintah Inggris pada tahun 1846 oleh Gulab Singh, seorang anggota istana para penguasa beragama Sikh di Lahore. Ia kemudian berhasil meminjam sejumlah uang, dan menjadi raja pertama dari keempat penguasa yang memerintah Kerajaan Dogra. Dinasti ini tumbuh dan berkembang selama 100 tahun. Kemudian runtuh. Mengamati koleksi maharaja ini, barangkali tepat bila orang-orang menganggapnya koleksi permata dari zaman barok India. Raja Dogra mewariskan dua pisau belati bertatahkan batu rubi, zamrud dan berlian dengan teknik pelapisan yang sempurna. Dari seluruh koleksi permata yang ada, kedua benda inilah yang paling menakjubkan dan merupakan contoh hasil seni Moghul yang luar biasa. Tetapi, anehnya, sebagian besar tempat penyimpanan bawah tanah yang menimbulkan perdebatan itu, seperti juga permata-permata itu sendiri, baru dibuat sekitar 1900 sampai 1940. Jadi harta benda ini mungkin dikumpulkan, dibeli, atau ditukar oleh kedua maharaja yang terakhir. Yaitu Pratap Singh, yang terkenal dengan julukan Si Kecil Pemberang, dan Hari, kemanakannya. Merekalah yang menyerahkan Kashmir kepada India pada 1947, disusul penyerangan Pakistan, yang menganggap kawasan itu masuk wilayahnya. Hari terpaksa melarikan diri. Tapi selalu bermaksud kembali lagi untuk mengambil hartanya, yang untuk sementara disimpan di tempat persembunyian Toshakhana itu, dengan tanda pribadinya. Tetapi apa daya. Di awal 1984 ini kepala menteri Kashmir, Farouq Abdullah, memerintahkan membuka secara paksa peti-peti rahasia itu. "Jumlahnya sangat banyak," kata Nicholas Rayner yang tadi. Ada 435 potong permata. Tidak ada yang dapat menyaingi jumlah koleksi sebanyak itu." Puluhan ribu berlian merupakan koleksi permata yang terbanyak. Sejumlah besar di antaranya lebih dari 30 karat beratnya. Demikian juga batu zamrud, yang hampir semuanya berasal dari Pegunungan Ural di Rusia. Permata-permata zamrud ini jauh lebih berat dibandingkan yang lain-lain dalam simpanan itu. "Batu terindah adalah zamrud yang beratnya hampir 100 karat, sangat istimewa halusnya, dan merupakan bagian dari pakaian kuda dalam upacara," kata Rayner, terpesona. Dr. Karan Singh, anak maharaja terakhir, setengah mati menyatakan bahwa semua benda itu merupakan "pusaka keluarga", dan tidak dapat disangkal dialah pemiliknya kini. Farouq Abdullah, sang kepala menteri, mengatakan harta itu kepunyaan negara dan rakyat Kashmir. Dan agar sengketa ini tidak berkembang menjadi drama politik, Ny. Indira Gandhi meminta menteri kehakiman dan keuangan sekaligus untuk mengadakan penyelidikan secara resmi. Juga untuk mengetahui apakah undang-undang mengenai barang antik dapat digunakan untuk mencegah semua permata itu jatuh ke penjualan lelang. Kelihatannya ada sedikit keraguan bahwa pihak raja terakhir Dinasti Dogra akan mengejar perkaranya sampai ke pengadilan. Tetapi yang menarik, satu-satunya orang di India yang memiliki pengetahuan mendalam tentang sejarah harta tadi, si pelayan tua kerajaan, Diwan Iqbal Nath, dengan hati dingin tidak mau melepaskan kunci-kunci peti baja. Kashmir hanyalah suatu negeri yang relatif miskin - walaupun memiliki satu daerah kecil yang rakyatnya hidup dalam gaya bangsawan. Karena itu harta karun ini semakin menggiurkan. Indira Gandhi, Farouq Abdullah, dan Karan Singh mungkin juga akan berkelahi memperebutkannya, menentukan siapa pemiliknya. Entah sampai kapan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus